Tubuh Hanna langsung menegang. Ia panik, ingin mendorong Liam menjauh. “M-Mama… jangan…” bisiknya putus-putus.Tapi Liam justru menekan tubuhnya lebih erat, tangan besarnya menutupi mulut Hanna, menahan suara yang hampir lolos. Wajahnya menunduk, menempel begitu dekat hingga Hanna bisa merasakan panas napasnya di kulitnya.“Diam…” bisik Liam rendah, hampir seperti geraman. “Kalau kau bersuara… dia akan tahu.”Mata Hanna melebar, tubuhnya bergetar keras—antara panik, malu, dan sisa hasrat yang belum padam. Ia meronta kecil, tapi setiap gerakannya justru membuat tubuh mereka semakin bergesekan, membuat desahan tercekik lolos di balik telapak tangan Liam.Tok… tok… Suara ketukan terdengar lagi. “Hanna? Kau belum tidur kan, sayang? Aku taruh bajunya di depan pintu, ya…”Hanna hampir menangis, ingin berteriak tapi tak bisa. Matanya berkaca-kaca, tubuhnya melengkung di bawah Liam.Liam, seolah menikmati keadaan, menunduk dan berbisik tepat di telinganya, suaranya serak, tajam menusuk, “Hann
Last Updated : 2025-10-03 Read more