Firman bangun pertama, mengucek mata. Dia melihat Pak Darto di samping Margareta, lalu mendekat cepat."Pak, ada apa dengan Gre? Dia baik-baik saja?"Pak Darto menggeleng pelan, ekspresinya penuh kepedulian palsu. Dia letakkan tangan di bahu Firman, seperti ayah bijak."Anakku, aku khawatir. Semalam dia seperti kehilangan akal, bicara sendiri, ragu-ragu segalanya. Ini bukan cuma lelah biasa."Firman menatap Margareta, wajahnya cemas. Pak Darto tahu, rasa bersalah Firman sebagai pemimpin akan bekerja sekarang."Mungkin dia butuh bantuan medis sungguhan. Di kota, kita bisa bawa ke dokter jiwa. Tapi di sini, di gunung, kita terjebak."Diana bangun karena suara mereka, mata masih bengkak dari tangis kemarin. Dia mendekat, tangannya gemetar memegang lengan Margareta."Gre? Kamu kenapa, Sayang? Bangun dong."Margareta bergumam tak jelas, mata setengah terbuka. Pak Darto menyembunyikan senyumnya. Ini momen tepat untuk menanam benih."Diana, Firman, dengar aku. Margareta teman kalian, kan? Ki
Terakhir Diperbarui : 2025-11-09 Baca selengkapnya