Musik klasik mengalun pelan dari speaker mobil, mengisi ruang kabin dengan nada piano yang teduh. Kinanti duduk tegak di balik kemudi, posturnya anggun meski raut wajahnya jelas menyimpan lelah. Jalanan kota malam itu cukup lengang, lampu-lampu jalan berderet seperti bintang yang diturunkan ke bumi. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, seolah ritme musik menjadi pengatur gerak tangannya di atas setir. Tiba-tiba, nada dering ponselnya memecah keheningan. Kinanti melirik ke layar kecil yang menyala di dashboard. Ayah. Nama itu tertera jelas, dan jantungnya otomatis berdegup lebih keras. Ia tahu, panggilan ini pasti ada hubungannya dengan berita menghebohkan yang sejak pagi membanjiri media. Dengan helaan napas panjang, ia meraih earphone, menyambungkannya, lalu menekan tombol hijau. |Halo, Ayah... ada apa?Suaranya terdengar tenang, meski di baliknya ada selapis kelelahan. Suara Gibran, ayahnya, langsung terdengar berat dan penuh tekanan. |Kinanti, segera pulang ke ruma
Last Updated : 2025-11-03 Read more