Tubuh Sutra terhuyung maju mundur, setiap kali Kama mendorong keras tubuhnya dari arah belakang. Tangannya mencengkeram sprei, merasakan kenikmatan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. “Ouuh … aaahhh ….” Lenguhannya lolos dari bibir mungilnya, kala tangan kokoh Kama menahan pinggangnya. Menariknya lebih rapat, memaksa tubuhnya untuk mengikuti irama yang semakin liar. “Lihat aku … Sutra!” bisikan beratnya menyusup, rendah tapi tegas. Refleks matanya terarah pada pantulan samar di kaca jendela apartemen. Dirinya terguncang di sana. Gundukan kenyal itu menggelantung bak pepaya setengah matang yang siap untuk di panen. Rambutnya berantakan, bibir tenganga, matanya basah oleh kenikmatan yang meluap. Kemudian, sosok Kama terlihat jelas. Otot-ototnya menegang di bawah kulit yang berkilau oleh keringat, wajahnya terpahat tajam, rahang yang mengeras, dan yang terpenting—sepasang mata hitam yang menenggelamkan Sutra hingga pada titik kenikmatan ti
Terakhir Diperbarui : 2025-10-27 Baca selengkapnya