Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar utama tanpa banyak pikir. Napasku masih terasa berat, campuran antara lelah, marah, dan muak. Suara langkahku menggema di ruang tengah yang lengang. Hanya detak jam dinding yang terdengar, seolah menghitung waktu menuju kehancuran rumah tangga ini. Aku menatap kamar yang selama ini menjadi saksi dari semua tawa, tangis, dan luka batin yang kutelan sendiri. Kini, tempat itu tak lagi terasa seperti rumah. Rasanya pengap, dingin, penuh kenangan yang justru menyakitkan. Tanpa ragu, aku mulai membereskan semua barang-barangku. Kemeja, jilbab, dan beberapa pakaian tidur kumasukkan ke dalam koper kecil. Satu per satu barang pribadiku kuambil dari meja rias, dari kamar mandi, dari setiap sudut ruangan yang dulu kuanggap sebagai ruangku juga.
Last Updated : 2025-11-02 Read more