Arumi mengangkat wajahnya perlahan. Matanya masih sembab, tapi sorotnya lebih jernih dibanding beberapa menit lalu. Ia menatap ayahnya lama, seolah pertanyaan itu bukan sekadar tentang tempat tinggal, melainkan tentang keberanian untuk tetap berdiri setelah hampir jatuh.“Iya, Pa,” jawabnya akhirnya. “Aku masih mau kuliah di sini.”Alvin mengangguk pelan. Tidak terkejut. “Papa nggak akan maksa kamu pulang. Tapi Papa perlu tahu satu hal,” katanya tenang namun tegas. “Kamu merasa aman atau tidak?”Arumi terdiam sejenak, lalu menggeleng kecil. “Kalau tinggal sama Mama… nggak. Tapi kalau di asrama, aku merasa jauh lebih tenang. Tanggung, Pa. Kuliahku tinggal satu semester lagi.”Edo yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka ikut menimpali, “Asrama kampusnya cukup ketat, Om. Ada jam malam, kartu akses, dan petugas keamanan.”Alvin menghela napas panjang dan mengangguk. Kali ini bukan karena marah—melainkan karena lega. “Baik. Kamu tetap di asrama. Papa akan pastikan semuanya aman.”Arum
Last Updated : 2025-12-14 Read more