“Astaghfirullah, Ra, sejak kapan kamu terbiasa bicara kasar begini?” Ammar menatap mantan istrinya dengan tatapan keheranan. Dia benar-benar terkejut mendengar kata-kata bang sat dan baji ngan bisa keluar dengan sangat lancar dari mulut Zahra. Sejak dulu, dia hanya tahu kalau wanita itu selalu bertutur kata yang baik. “Itulah, lingkungan itu berpengaruh sekali. Kamu jadi seperti ini jangan-jangan karena dekat dengan banyak lelaki.”Suara tawa Zahra meledak mendengar ucapan mantan suaminya. Muak. Dia benar-benar muak dengan setiap kalimat yang keluar dari mulut Ammar. Dulu, dia bisa memaklumi sikap Ammar karena sudah kewajibannya sebagai istri untuk menerima kekurangan suaminya. Sekarang, dia baru bisa melihat kekurangan Ammar saat mereka tidak lagi bersama.“Aku begini karena kamu bebal, Mas, sulit sekali dikasih tahu!” Zahra menghela napas panjang, berusaha mengendalikan emosi yang membuat kepalanya terasa seperti berasap. “Sibuk ngajak balikan, tapi usaha tidak ada. Persis seperti j
Last Updated : 2025-11-21 Read more