Rumah Utama Bratasena berdiri gelap dan besar seperti biasanya, seakan menjadi monumen kekuasaan yang tidak pernah tidur. Namun malam itu, alih-alih terasa megah, bangunannya justru menekan dada Garda sejak langkah pertamanya melewati pintu depan.Begitu keluar dari mobil, Garda langsung melenggang masuk. Ia tidak perlu mengetuk, semua orang di rumah itu tahu bunyi langkahnya.Di ruang kerja, Gusti Bratasena, sang ayah sudah berdiri menunggu, jas dilepas, kemeja putihnya terbuka satu kancing. Sikapnya seperti biasa: dingin, presisi, dan memotong napas siapa pun yang berani masuk.Garda menahan diri. Tapi begitu pintu tertutup, kata pertama langsung pecah dari mulutnya. “Kenapa harus ada perjodohan itu?” Tidak ada basa-basi, langsung ke intinya.Gusti menatap anaknya dengan raut menilai, menguji, dan mendalami arti kalimat Garda. “Pertanyaan yang seharusnya kamu ajukan,” katanya tajam, “adalah kenapa foto memalukan itu bisa tersebar.”Garda berdiri tegak. “Saya tidak melakukan apa pun
Terakhir Diperbarui : 2025-12-13 Baca selengkapnya