Malam itu aku tak tidur sama sekali.Setiap kali aku memejamkan mata, aku terbangun sambil menangis. Saat fajar, aku hanya duduk di sana sambil memeluk lututku dan menatap kegelapan hingga langit menjadi kelabu.Ketika Dirga pulang keesokan paginya, aku pura-pura tidur.Dia menanggalkan mantelnya, menunggu dingin dari tubuhnya hilang, lalu menarikku ke dalam pelukannya. Aku bisa merasakan detak jantungnya, stabil dan kuat, terasa menempel di punggungku."Sayang, lihat ini," katanya pelan sambil membuka ipadnya.Sebuah gambar pulau muncul di layar, dengan pasir putih dan air biru, seperti surga yang digambarkan orang-orang dalam cerita."Aku baru membelinya," katanya dan suaranya hampir seperti anak kecil. "Ini untuk anak kita. Dan bukan cuma itu, aku sudah mulai membangun taman bermain di seluruh negeri.""Setiap taman akan memakai nama anak kita. Kalau kita akhirnya punya anak, aku akan mengadakan pesta seratus hari. Satu kota akan datang merayakan."Dia terlihat begitu bangga, begitu
Baca selengkapnya