"P-pura-pura apa yang dimaksud, Pak?" Ellena menarik napas, wajahnya sengaja menoleh ke arah lain, tidak mau menatap iris hitam yang menghanyutkan itu, tapi tangan Reon memaksa dagu Ellena mendongak pada pria tersebut. "Kamu bertingkah seperti tidak pernah ada apa-apa, Elle," bisik Reon, pria berkulit putih bersih itu semakin menunduk, wajah mereka sudah sepersekian inci jaraknya. "Hebat kamu, ya." Ellena terpaku, tapi pupilnya bergetar. Dia lalu menelan saliva pelan. "Jadi Anda masih ingat dengan saya?" "Oh ya, tentu, saya nggak bakalan pernah lupa sama perempuan yang seenaknya membuang dan memanfaatkan perasaan saya." Rahang Reon mengetat, napasnya memburu. Sampai tujuh turunan pun dia tidak akan lupa. Ellena menatap Reon lama, belum mengatakan apa-apa lagi karena susah bicara. Pasalnya cengkraman lelaki itu semakin kuat di dagu ovalnya, seolah ingin meretakkan tulang rahang Ellena. Tidak mau lama-lama terjebak di jarak tipis dengan Reon, Ellena akhirnya mengangkat kedua tan
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-12-09 อ่านเพิ่มเติม