Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi

Pak Reon Berhenti! Aku Bukan Kekasihmu Lagi

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-12-16
Oleh:  SweetyBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 Peringkat. 6 Ulasan-ulasan
8Bab
31Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Ellena mau tidak mau menerima kesepakatan dengan Reon untuk jadi tunangan pura-puranya, seharusnya. Semua dilakukan untuk mendapatkan biaya pengobatan sang nenek yang merawat Ellena selama ini. Dalam ruangan tertutup dan jam kerja panjang, mereka terjebak dalam gairah lama, godaan yang tidak pernah padam, luka yang belum sembuh, serta rahasia masa lalu perlahan terungkap. "Elle..." "Ahh! Pak Reon... Berhenti!" Apakah hubungan Ellena dan Reon akan berakhir sama seperti dulu? Kandas di tengah jalan? Ataukah mereka akhirnya bisa bersatu?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Ellena, saya bahkan tidak yakin kamu bisa bekerja."

Napas Ellena tercekat begitu suara bariton di hadapannya naik beberapa oktaf. Dulu, suara itu setiap waktu membisik halus penuh damba di telinga Ellena.

Air matanya mau jatuh—berkumpul di pelupuk membentuk embun tipis, entah karena hatinya yang perih atau egonya yang mulai runtuh karena sosok itu.

Lelaki bernama Reon yang duduk penuh dominasi di kursinya melemparkan setumpuk kertas yang tidak terlalu tebal ke meja. Tepat di hadapan Ellena, dokumen itu berhamburan.

"Gak ada relevan sama sekali dengan presentasi kamu." Sinis Reon, matanya menusuk seakan menghunuskan pedang.

"Apa yang saya sampaikan di meeting memang tidak masuk di otak kamu atau telinga kamu?" Reon mendecak kesal.

"Kamu mau ganti rugi kalau proyek ini gagal?" Tangannya memukul-mukul meja sampai segala yang di atasnya bergetar.

Sekretaris pertama yang berdiri di samping Ellena, bernama Laura menundukkan wajah, tapi diam-diam dia mengangkat satu sudut bibirnya sehingga tercipta seringai samar tanpa ada yang menyadari.

Sementara itu, Ellena hanya menautkan jemari di depan tubuhnya, wajah wanita berkulit putih pucat itu mengarah lurus ke depan. Tapi pandangannya sama sekali tidak berani menatap Reon.

Mata Ellena yang mulai basah justru tertuju pada dokumen berserakan yang dilempar ke hadapannya secara kasar.

Laki-laki itu merupakan atasan di perusahaan tempat Ellena bekerja sebagai sekretaris kedua. 

Sekaligus, orang yang sebenarnya paling tidak mau Ellena temui lagi. Ya, Reon. Dareon Sankara Adinata. Sosok mantan kekasih yang punya pengaruh cukup besar dalam kehidupan Ellena.

Cinta pertama di masa SMA yang penuh kenangan manis juga pahit dan berujung pada perpisahan yang sangat tidak menyenangkan kala itu.

Sudah enam tahun lamanya, tapi rasanya seolah terjadi kemarin. Memori ketika Ellena memutuskan Reon dengan cara paling menyakitkan, membuat laki-laki itu tersiksa batin, lalu membuangnya.

Hingga Reon harus melintasi benua dan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Cambridge, Massachusetts kemudian di Oxford.

Satu minggu yang lalu Ellena senang bukan main karena akhirnya mendapatkan panggilan kerja dari ratusan lamaran yang dia lamar di berbagai aplikasi.

Tapi tak pernah Ellena sangka dia akan bertemu lagi dengan mantan kekasihnya itu. Padahal Ellena hanya mau mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan pengobatan neneknya.

"Kamu dengar gak yang saya bicarakan?" bentak Reon. Ellena sampai terlonjak sedikit begitu badan pria tinggi itu maju dan membanting telapak tangan di permukaan meja.

Akhirnya Ellena menaikkan pandangannya sehingga iris kecoklatan gadis itu bertemu dengan pemilik bola mata hitam di balik meja.

"I–iya, Pak, saya mendengar," jawab Ellena gelapan. Rasa kaget dan perih di dadanya bercampur jadi satu.

Embusan napas kasar dari hidung tinggi Reon terdengar. Matanya masih tertuju pada wajah pucat Ellena. "Laura kamu boleh pulang, kalau kamu…," pria itu menjeda kalimatnya, "…selesaikan semua dokumen itu sampai jam 8. Jangan kepikiran untuk pulang sebelum rampung."

Perintah Reon itu mutlak. Apa yang laki-laki itu mau harus dituruti, tidak boleh ada penolakan. Ellena tahu persis. Sebab, apa yang ada pada Reon tidak banyak yang berubah. Hanya tubuhnya yang menjulang tinggi dan lebih kekar. Serta hubungan mereka yang kandas.

Ellena keluar dari ruangan itu. Langkah heelsnya mengetuk lemah di lantai area transisi di mana mejanya berada.

"Duluan, ya, Ellena," ujar Laura dengan senyum manis yang terbit di bibir merah muda perempuan itu.

"Iya hati-hati, Kak," timpal Ellena. Gadis cantik itu menurunkan diri ke kursinya dan mulai berkutat dengan monitor. Napasnya terasa berat. Lagi-lagi dia harus lembur. Tapi, dia sadar akan tanggung jawab pekerjaannya.

Dan, tak terasa sudah tiga jam Ellena duduk di depan layar PC dengan jemari lentiknya yang berteman mesra dengan keyboard. Dia begitu fokus melakukan revisi besar-besaran dari dokumen yang diberikan Reon.

Salutnya, fokus Ellena tidak pecah sama sekali.

Matanya hanya tertuju pada monitor sejak tadi. Padahal, orang kebanyakan akan mudah terdistraksi di tiga puluh menit pertama saat melakukan sesuatu. Entah itu, menggaruk kepala, mendesah frustasi, mungkin ke pantry untuk menyeduh kopi susu dingin, atau sekadar meregangkan punggung.

Ketika pekerjaan Ellena akhirnya selesai, barulah gadis itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu mengeluarkan napas lega.

"Akhirnya." Gumamnya. Ellena segera beranjak dari kursi dan merapikan dokumen yang selesai dia ia print dan didekap ke dalam dekapannya.

Ellena mengetuk dua kali pintu ganda besar, lalu mendorongnya pelan. "Permisi, Pak Reon." Langkahnya hati-hati memasuki ruangan Reon. Berniat ingin memperlihatkan hasil revisian.

Namun, tiba-tiba semua dokumen di tangannya jatuh berserakan di lantai. Pasalnya, Reon entah dari arah mana langsung muncul dan mendesak Ellena ke dinding.

"Enggh…" satu desahan kaget lolos dari bibir Ellena. Pupilnya membesar.

"Sampai kapan kamu mau pura-pura, Elle?" suara deep voice Reon terdengar. Ellena bisa merasakan aroma mint dari napas hangat bosnya itu.

Jantung Ellena seketika menggedor kuat seperti ingin mendobrak keluar. Punggung Ellena bisa merasakan dinginnya dinding menusuk tembus ke dalam kemejanya.

Tapi yang jauh lebih berbahaya, di hadapannya sekarang, Reon—mantan kekasih yang dulu selalu menciptakan gelayar panas di dada Ellena kini begitu dekat dengan gadis itu.

"P–Pak Reon…"

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Ulasan-ulasanLebih banyak

Hklu
Hklu
pnsraan bgt sm lnjutannya thoourr
2025-12-16 22:31:38
0
0
Cynta
Cynta
wah penasaran nih lanjutannya.. kak buruan update donk.. 🫢
2025-12-16 19:37:56
1
1
Dandelion
Dandelion
seru Thor, ayo lanjut!!! ditunggu Reon kecintaan sama Elle
2025-12-16 18:02:41
1
1
Rahcelle Chuu
Rahcelle Chuu
baguss aku suka, semngat yaaa
2025-12-16 17:52:56
1
1
Uing21
Uing21
suka crtnya smoga up tiap hari ...
2025-12-16 15:48:19
1
1
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status