Suara percakapan dari luar pintu masih berlanjut."Anakku, seleramu memang bagus. Aku sangat puas dengan wanita ini.""Di foto-foto yang kamu kirimkan, pantatnya cukup besar. Sekali lihat saja, aku tahu dia subur. Mumpung aku masih cukup muda, segera buat dia mengandung benihku!"Itu suara ayah Liam. Aku hampir tidak mempercayai telingaku sendiri. Rasa dingin menjalar di sekujur tubuhku.Foto apa? Mengandung benih ayahnya?"Ayah, itu sama sekali nggak ada masalah. Toleransi alkoholnya buruk, tadi di tehnya sudah kumasukkan obat. Begitu dia tidur terlelap nanti, Ayah bisa masuk. Dia nggak akan menyadarinya sama sekali.""Dulu saat perjamuan kantor, aku juga mengandalkan obat ini untuk menidurinya. Kalau nggak, dia mungkin nggak akan mau jadi pacarku."Nada bicara Liam terdengar bangga, membuat darahku terasa membeku. Apa maksudnya ... dia membiusku? Bukan hanya kali ini, tapi juga malam saat dia mengantarku pulang waktu itu! Minuman pereda mabuk itu!Tapi kenapa?"Ah, kamu sudah beker
Read more