Share

3 - Bertemu Pacar Tersayang

Pagi-pagi sekali Ziva sudah terbangun. Ini merupakan sejarah dalam hidupnya bisa bangun pukul empat subuh. Biasanya Ziva akan bangun siang dan menyesuaikan jadwal kelas kuliahnya. Mengingat pagi ini dirinya harus segera mengambil keperluan kuliah dan pakaian dirinya di rumah.


Ziva sangat bingung ketika melewati kamar milik Regan. Ia bingung antara pamit atau tidak kepada pria menyebalkan itu. Namun mengingat sikap Regan yang kurang menyenangkan membuat Ziva langsung pergi begitu saja keluar apartemen.


Pagi buta seperti ini Ziva sudah memesan ojek online yang begitu booming di kota Jakarta. Ia segera keluar lobby apartemen dan mencari tukang ojek online yang menunggu di pinggir jalan.


“Pagi Neng, sesuai aplikasi, ya?” kata sopir ojek online.


“Iya, Pak,” sahut Ziva.


Dan akhirnya pun Ziva kembali ke rumah kedua orang tuanya tanpa sepengetahuan Regan. Lagipula juga bukan hak Regan melarang hidupnya. Ini semua terjadi juga karena terpaksa.


Selama perjalanan pun Ziva merasakan kedinginan karena angin pagi telah menusuk ke dalam tulang-tulangnya yang hanya terbalut kaus oblong milik Regan yang kebesaran ini.


Tak membutuhkan waktu lama akhirnya perjalanan Ziva telah sampai di rumah kedua orang tuanya. Ziva sendiri langsung mengucapkan terima kasih kepada sopir ojek online itu. Ziva bersukur karena saldo gopay miliknya masih banyak. Miko pacarnya itu selalu mengisikan saldo ojek online untuk Ziva setiap minggu karena tidak ingin kekasihnya bingung jika tidak punya uang cash. Gitu kata Miko. Baik sekali bukan pacar Ziva.


Tok. Tok. Tok.


“Maa … Paa ….” Ziva memanggil kedua orang tuanya dan terus mengetuk pintu rumah itu dengan tubuh gemetar karena kedinginan.


Tok. Tok. Tok.


Ziva mengetuk kembali dan telinganya mendengar derap langkah kaki yang berjalan menuju ke arah daun pintu. Ziva merasa lega.


Ceklek.


“Ya ampun Ziva,” seru sang Mama.


“Ma ….”


Ziva langsung saja masuk dan berjalan menuju kamarnya. Mamanya terus berjalan mengikuti kemana langkah anaknya itu.


“Kamu kenapa pulang subuh-subuh begini? Kamu nggak diusir sama Regan kan?”


“Enggak kok, Ma.” Ziva langsung duduk di atas ranjangnya. Ia pun segera membaringkan diri karena merasa jika tubuhnya tidak enak akibat terkena angin pagi. “Ziva pulang karena nanti ada jam kuliah. Semua peralatan kuliah Ziva kan di rumah.”


“Tapi Regan tahu kamu pulang?”


Ziva menggeleng pelan.


“Ya ampun Ziva. Jangan buat masalah di awal pernikahan.”


“Ma … ini hanya pernikahan status saja kan? Nggak ada cinta antara Regan sama Ziva. Kita berdua menikah karena terlanjur sudah menyebar undangan banyak saja. Lagian di buku nikah saja atas nama Kak Celine kok bukan Ziva.”


“Tapikan tetap saja Ziva waktu Regan melakukan ijab qobul dia sebutnya nama kamu. Masalah nama nanti bisa diganti dan perbaiki.”


“Ma … Ziva cintanya sama Miko. Pacar Ziva cuma Miko, dan hati Ziva untuk Miko. Bukan laki-laki menyebalkan itu.”


“Ziva ….”


“Ma ….”


“Tenang saja, Ma, nanti Ziva akan akting depan media jika memang ada yang tanya. Di luar itu Ziva tetap Ziva kekasih Miko.”


“Ya sudah kalau itu memang yang terbaik. Mama juga sedih mendapatkan keadaan seperti ini. Mama ya pengin Regan jadi mantu Mama, Miko juga. Tapi, takdir berkata lain. Celine justru pergi meninggalkan kita semua.”


Ziva langsung bangkit dari posisi rebahan. Ia memeluk mamanya erat. “Kita semua pasti bisa melewati ini dengan baik. Tuhan punya cara indah, Ma.”


Akhirnya Ziva dan mamanya pun berpelukan untuk memberikan rasa kekuatan satu sama lain. Mereka juga tidak ingin seperti ini. Namun scenario Tuhan lain dengan rencana yang manusia rancang.


***

Universitas Jakarta.


Beberapa jam kemudian.


Ponsel Ziva bergetar terus menerus dan menampilkan nomor milik Regan. Meski ia tak suka kepada Regan tapi ia menyimpan nomor pria itu karena untuk waspada jika nomor Kak Celine tidak aktip.


Ziva berdecak sebal saat melihat sederet chat yang dikirimkan oleh Regan kepadanya.


Iblis Neraka : Kamu di mana? Aku sudah bilang jangan sembarangan pergi, Ziva. Kamu tahu jika media itu ngertinya kita di Singapore. [Read]


Tentu saja Ziva hanya membaca tanpa niat membalas sedikit pun pesan chat manusia menyebalkan itu. Ziva kembali menyeruput minuman jusnya sambil berdecak sebal.


Tak lama mata Ziva menangkap sesosok Miko yang baru saja datang ke kampus. Senyum Ziva mulai terbit melihat kekasihnya itu.


“Eh Ziv lo nikah nggak ngundang-ngundang kita. Gue kira lo bakalan nikah sama Miko,” ceplos salah satu teman kampus Ziva namun beda jurusan.


“Tahu dari mana lo?”


“Berita lha, sama media juga heboh pengusaha sukses nikah sambil memperkenalkan tambatan hatinya. Anjir ternyata lo, Ziv.”


“Ck!” Ziva berdecak saja dan terus mengaduk-ngaduk minumannya dengan sedotan. Ia malas jika harus membahas soal pernikahan yang terpaksa itu.


“Kasih tahu kitalah gimana caranya gaet om-om tajir melintir gitu, hahaha, iya nggak gaes,” seru Meli.


“Jual perawan dulu kali, ye,” timpal Nindi.


“Kasihan Miko dong cuma jadi ojeknya aja kalau ke kampus, huuuuu,” balas Lili.


Tak lama Miko datang menghampiri meja mereka. Miko menatap wajah kekasihnya yang begitu sangat murung itu.


“Wajah kamu kenapa murung gitu, hm?” tanya Miko sambil memegang dagu Ziva lembut.


“Istri orang woy!” sindir Lili.


Miko dan Ziva hanya melirik saja ke mereka bertiga. Miko kembali menatap lembut kekasihnya itu.


“Aku mau bicara berdua sama kamu, bisa?”


Ziva diam, bola matanya terus mengerjap hingga lama kelamaan mendadak sendu mendengar Miko yang meminta izin kepadanya hanya untuk mengobrol.


Ziva pun mengangguk pelan, dan akhirnya ia pun berdiri dengan tangan yang digenggam Miko erat.


Meski jujur saja saat ini banyak pasang mata yang melihat Ziva dan Miko berjalan ke arah ruang olahraga indoor yang terdapat di kampus itu. Semua anak kampusnya kini sudah mengetahui pernikahan Ziva dengan Regan. Dan tentu saja wajahnya kini menjadi sorotan anak kampus karena mereka terkejut dengan berita yang mendadak ini. Pasalnya mereka mengetahui jika Ziva itu kekasihnya Miko.


Saat keduanya sampai di dalam ruang olahraga. Lebih tepatnya ruang futsal. Miko langsung memeluk Ziva dengan erat. Air matanya tanpa disadari menetes dengan sendirinya. Ziva yang tahu jika Miko menangis pun ikut menitikan air matanya. Ziva juga menangis dan merasakan sakit.


Baik Miko dan Ziva kini hanya saling berpelukan dengan tetesan air mata kesakitan hati keduanya. Tidak ada satu katapun keluar dari bibir keduanya. Mereka berdua hanya menyalurkan kepedihan ini melalui air mata.


“Ma-ma-maaf,” lirih Ziva.


Miko sendiri semakin erat memeluk Ziva. Miko sakit karena perempuan yang dipeluknya kini sudah menjadi istri sah pria lain meski statusnya masih kekasihnya saat ini. Miko benci keadaan ini. Benci.


“Zivaaa ….” Suara Miko benar-benar tercekat. Hanya ada deru napasnya yang terasa nyesak juga air mata kesakitan yang terus dikeluarkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status