Pagi-pagi sekali Ziva sudah terbangun. Ini merupakan sejarah dalam hidupnya bisa bangun pukul empat subuh. Biasanya Ziva akan bangun siang dan menyesuaikan jadwal kelas kuliahnya. Mengingat pagi ini dirinya harus segera mengambil keperluan kuliah dan pakaian dirinya di rumah.
Ziva sangat bingung ketika melewati kamar milik Regan. Ia bingung antara pamit atau tidak kepada pria menyebalkan itu. Namun mengingat sikap Regan yang kurang menyenangkan membuat Ziva langsung pergi begitu saja keluar apartemen.
Pagi buta seperti ini Ziva sudah memesan ojek online yang begitu booming di kota Jakarta. Ia segera keluar lobby apartemen dan mencari tukang ojek online yang menunggu di pinggir jalan.
“Pagi Neng, sesuai aplikasi, ya?” kata sopir ojek online.
“Iya, Pak,” sahut Ziva.
Dan akhirnya pun Ziva kembali ke rumah kedua orang tuanya tanpa sepengetahuan Regan. Lagipula juga bukan hak Regan melarang hidupnya. Ini semua terjadi juga karena terpaksa.
Selama perjalanan pun Ziva merasakan kedinginan karena angin pagi telah menusuk ke dalam tulang-tulangnya yang hanya terbalut kaus oblong milik Regan yang kebesaran ini.
Tak membutuhkan waktu lama akhirnya perjalanan Ziva telah sampai di rumah kedua orang tuanya. Ziva sendiri langsung mengucapkan terima kasih kepada sopir ojek online itu. Ziva bersukur karena saldo gopay miliknya masih banyak. Miko pacarnya itu selalu mengisikan saldo ojek online untuk Ziva setiap minggu karena tidak ingin kekasihnya bingung jika tidak punya uang cash. Gitu kata Miko. Baik sekali bukan pacar Ziva.
Tok. Tok. Tok.
“Maa … Paa ….” Ziva memanggil kedua orang tuanya dan terus mengetuk pintu rumah itu dengan tubuh gemetar karena kedinginan.
Tok. Tok. Tok.
Ziva mengetuk kembali dan telinganya mendengar derap langkah kaki yang berjalan menuju ke arah daun pintu. Ziva merasa lega.
Ceklek.
“Ya ampun Ziva,” seru sang Mama.
“Ma ….”
Ziva langsung saja masuk dan berjalan menuju kamarnya. Mamanya terus berjalan mengikuti kemana langkah anaknya itu.
“Kamu kenapa pulang subuh-subuh begini? Kamu nggak diusir sama Regan kan?”
“Enggak kok, Ma.” Ziva langsung duduk di atas ranjangnya. Ia pun segera membaringkan diri karena merasa jika tubuhnya tidak enak akibat terkena angin pagi. “Ziva pulang karena nanti ada jam kuliah. Semua peralatan kuliah Ziva kan di rumah.”
“Tapi Regan tahu kamu pulang?”
Ziva menggeleng pelan.
“Ya ampun Ziva. Jangan buat masalah di awal pernikahan.”
“Ma … ini hanya pernikahan status saja kan? Nggak ada cinta antara Regan sama Ziva. Kita berdua menikah karena terlanjur sudah menyebar undangan banyak saja. Lagian di buku nikah saja atas nama Kak Celine kok bukan Ziva.”
“Tapikan tetap saja Ziva waktu Regan melakukan ijab qobul dia sebutnya nama kamu. Masalah nama nanti bisa diganti dan perbaiki.”
“Ma … Ziva cintanya sama Miko. Pacar Ziva cuma Miko, dan hati Ziva untuk Miko. Bukan laki-laki menyebalkan itu.”
“Ziva ….”
“Ma ….”
“Tenang saja, Ma, nanti Ziva akan akting depan media jika memang ada yang tanya. Di luar itu Ziva tetap Ziva kekasih Miko.”
“Ya sudah kalau itu memang yang terbaik. Mama juga sedih mendapatkan keadaan seperti ini. Mama ya pengin Regan jadi mantu Mama, Miko juga. Tapi, takdir berkata lain. Celine justru pergi meninggalkan kita semua.”
Ziva langsung bangkit dari posisi rebahan. Ia memeluk mamanya erat. “Kita semua pasti bisa melewati ini dengan baik. Tuhan punya cara indah, Ma.”
Akhirnya Ziva dan mamanya pun berpelukan untuk memberikan rasa kekuatan satu sama lain. Mereka juga tidak ingin seperti ini. Namun scenario Tuhan lain dengan rencana yang manusia rancang.
***
Universitas Jakarta.
Beberapa jam kemudian.
Ponsel Ziva bergetar terus menerus dan menampilkan nomor milik Regan. Meski ia tak suka kepada Regan tapi ia menyimpan nomor pria itu karena untuk waspada jika nomor Kak Celine tidak aktip.
Ziva berdecak sebal saat melihat sederet chat yang dikirimkan oleh Regan kepadanya.
Iblis Neraka : Kamu di mana? Aku sudah bilang jangan sembarangan pergi, Ziva. Kamu tahu jika media itu ngertinya kita di Singapore. [Read]
Tentu saja Ziva hanya membaca tanpa niat membalas sedikit pun pesan chat manusia menyebalkan itu. Ziva kembali menyeruput minuman jusnya sambil berdecak sebal.
Tak lama mata Ziva menangkap sesosok Miko yang baru saja datang ke kampus. Senyum Ziva mulai terbit melihat kekasihnya itu.
“Eh Ziv lo nikah nggak ngundang-ngundang kita. Gue kira lo bakalan nikah sama Miko,” ceplos salah satu teman kampus Ziva namun beda jurusan.
“Tahu dari mana lo?”
“Berita lha, sama media juga heboh pengusaha sukses nikah sambil memperkenalkan tambatan hatinya. Anjir ternyata lo, Ziv.”
“Ck!” Ziva berdecak saja dan terus mengaduk-ngaduk minumannya dengan sedotan. Ia malas jika harus membahas soal pernikahan yang terpaksa itu.
“Kasih tahu kitalah gimana caranya gaet om-om tajir melintir gitu, hahaha, iya nggak gaes,” seru Meli.
“Jual perawan dulu kali, ye,” timpal Nindi.
“Kasihan Miko dong cuma jadi ojeknya aja kalau ke kampus, huuuuu,” balas Lili.
Tak lama Miko datang menghampiri meja mereka. Miko menatap wajah kekasihnya yang begitu sangat murung itu.
“Wajah kamu kenapa murung gitu, hm?” tanya Miko sambil memegang dagu Ziva lembut.
“Istri orang woy!” sindir Lili.
Miko dan Ziva hanya melirik saja ke mereka bertiga. Miko kembali menatap lembut kekasihnya itu.
“Aku mau bicara berdua sama kamu, bisa?”
Ziva diam, bola matanya terus mengerjap hingga lama kelamaan mendadak sendu mendengar Miko yang meminta izin kepadanya hanya untuk mengobrol.
Ziva pun mengangguk pelan, dan akhirnya ia pun berdiri dengan tangan yang digenggam Miko erat.
Meski jujur saja saat ini banyak pasang mata yang melihat Ziva dan Miko berjalan ke arah ruang olahraga indoor yang terdapat di kampus itu. Semua anak kampusnya kini sudah mengetahui pernikahan Ziva dengan Regan. Dan tentu saja wajahnya kini menjadi sorotan anak kampus karena mereka terkejut dengan berita yang mendadak ini. Pasalnya mereka mengetahui jika Ziva itu kekasihnya Miko.
Saat keduanya sampai di dalam ruang olahraga. Lebih tepatnya ruang futsal. Miko langsung memeluk Ziva dengan erat. Air matanya tanpa disadari menetes dengan sendirinya. Ziva yang tahu jika Miko menangis pun ikut menitikan air matanya. Ziva juga menangis dan merasakan sakit.
Baik Miko dan Ziva kini hanya saling berpelukan dengan tetesan air mata kesakitan hati keduanya. Tidak ada satu katapun keluar dari bibir keduanya. Mereka berdua hanya menyalurkan kepedihan ini melalui air mata.
“Ma-ma-maaf,” lirih Ziva.
Miko sendiri semakin erat memeluk Ziva. Miko sakit karena perempuan yang dipeluknya kini sudah menjadi istri sah pria lain meski statusnya masih kekasihnya saat ini. Miko benci keadaan ini. Benci.
“Zivaaa ….” Suara Miko benar-benar tercekat. Hanya ada deru napasnya yang terasa nyesak juga air mata kesakitan yang terus dikeluarkan.
Entah kenapa rasanya semakin sakit sehingga tak bisa membuat Miko melanjutkan ucapannya itu. Miko perlahan melepaskan pelukannya itu. Netra matanya terus menyorot sendu ke arah bola mata Ziva.Tatapan keduanya kini saling mengunci satu sama lain. Mereka tahu jika ini akan berlangsung sebentar saja dengan menunggu Ziva bercerai dari sosok Regan.Miko perlahan memajukan kepalanya untuk meraih bibir ranum Ziva. Ziva yang masih menganggap Miko kekasihnya pun tak segan-segan untuk menyambut bibir pria itu.Mereka akhirnya saling berciuman. Miko mengecup dan mulai melumat bibir bawah Ziva dengan lembut. Bahkan Ziva juga tak kalah lembut saat membalas ciuman Miko. Mereka terus berciuman sampai akhirnya memperdalam dengan saling menjelajah ke rongga mulut. Miko terus membelit lidah Ziva hingga membuat suara desahan itu keluar dengan sendirinya.Mereka terus saling mencumbu, mencecap, dan menghisap satu sama lain sampai tak merasakan jika ada orang yang sedang men
Merasa sudah malam dan perempuan manja itu tidak juga keluar kamar membuat Regan sedikit khawatir. Pasalnya bertemu terakhir saat sore hari pas perempuan itu terjatuh. Regan pun langsung menelepon salah satu asisten rumah tangga yang di rumah untuk ke apartemen agar membersihkan apartemennya serta untuk memasak makan malam nanti.“Bi, tolong kamu ketuk kamar Ziva.”“Baik, Den.”Bi Minah akhirnya menurut perintah sang majikan. Dia mengetuk pintu kamar Ziva yang tertutup rapat.Tok. Tok. Tok.“Non, Non Ziva. Buka pintunya Non, makan malam.”“Ziva nggak makan,” sahutnya lirih.Sudah mendapat respon membuat Bi Minah kembali ke arah meja makan untuk melaporkan.“Katanya nggak mau makan.”Regan langsung berdecak kesal. “Ya sudah, makasih Bi. Sekarang Bibi bisa kembali ke rumah Bunda.”“Baik, Den. Permisi.”Saat sudah tidak ada sia
Di tempat lain Regan tampak mengepalkan tangan begitu kuat kala mendengar semua niat buruk Miko. Apalagi mendengar Miko akan membantu proses perceraian dirinya dengan Ziva. Memang ini hanya pernikahan status, tapi Regan tidak suka kala urusan pribadinya diikut campuri oleh orang lain seperti ini.Melihat jam kuliah Ziva yang sebentar lagi selesai membuat Regan segera bergegas ke kampus untuk menjemput istri kecilnya itu. Regan tidak ingin jika Ziva dimonopoli oleh Miko.Saat menjalankan mobil pun Regan mencengkram setir dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Regan marah kala mendengar Miko ingin memberikan obat rangsangan kepada Ziva. Entah kenapa mendengar itu membuat hati Regan tak terima bahkan panas.Tepat sampai di kampus, mata Regan langsung menyusuri keberadaan Ziva. Ia pun langsung mengirim pesan kepada orang suruhannya untuk mengecek keberadaan Ziva atau Miko saat ini.Mendengar Miko sedang ada kelas membuat Regan bernapas lega. Artinya is
Masih ragu untuk menghubungi mamih membuat Ziva menangis. Pasalnya ia ingin sekali memberikan mahkota miliknya untuk Miko jika sudah menjadi suaminya nanti. Ziva merasa berdosa sekali bermain api di belakang Miko seperti ini.Dengan tangan gemetar Ziva menghubungi mamih untuk menanyakan job.Ziva : Halo, Mih, ini Ziva anak kampus X. Mau tanya ada job nggak, ya?Tak membutuhkan waktu lama pesan Ziva dibalas dan kini tengah menunggu balasan mamih yang sedang mengetik.Mamih : Selalu ada, mau yang tarif berapa?Ziva : 100 juta satu hari, Mih.Mamih : Waduh, kalau ini servis berat dong.Ziva : Yang gimana, Mih? Nemenin aja kan?Mamih : Tidak sayang, yang pasti melayani di atas ranjang kalau uang segini.Ziva : Nggak ada yang cuma nemenin jalan-jalan aja gitu, Mih?Mamih : Tidak ada dong sayang, 100juta pun kalau masih virgin dan biasanya sekali kencan tidak segitu.Ziva : Memangnya berapa, Mih?Mamih : Nemenin saja 2jut
Regan tahu jika perempuan kecil itu akan menjual diri kepada salah satu mamih. Mendapat informasi itu membuat Regan segera mengcalling pihak mamih agar tak berbuat aneh-aneh kepada Ziva dan menyuruh Ziva untuk melayaninya sebagai pelanggan.Memiliki banyak uang membuat Regan bisa melakukan apapun saat ini. Ia pun sudah membayar mamih sebanyak-banyaknya agar Ziva tak diberikan kepada pria lain nantinya.Dan Regan pun mengatur tempat pertemuan di hotel paling mahal dan mewah. Regan ingin menjadikan momen pertamanya dengan Ziva di tempat terbaik meski dengan keadaan tidak baik.Tepat saat pintu hotel dibuka, Regan mencium aroma tubuh Ziva yang memang begitu khas itu. Regan merasa sakit kala mendengar Ziva menyapa dengan suara terbata, dan tak kuat membuat Regan berbalik badan untuk melihat wajah Ziva.Hal pertama melihat Ziva berdandan seperti itu membuatnya sangat takjub karena sangat begitu cantik. Bahkan kedua gundukan besar itu begitu menonjol sempurna.
Regan sebisa mungkin bersikap biasa saja saat ini. Dan tampak terlihat enggan dengan Ziva meski hasratnya benar-benar tersiksa luar biasa.“Tadi sudah aku katakan sama kamu. Utang Papamu dan kamu atas klinik ini, dan denda penalty atas pelayanan yang buruk.”Ziva memegang kepalanya yang membuat Regan khawatir tapi ia enggan menunjukkannya. Kepala Ziva rasanya ingin pecah banyak utang seperti ini. Padahal ia tak pakai uangnya sedikitpun tapi kenapa banyak utang, sih.“Nih kalau tidak percaya.” Regan melempar kertas pembayaran administrasi klinik yang sudah dipalsukan olehnya. Regan menyuruh pihak klinik untuk membuat catatat totalan saja di ms.word dan diprint.Membuka itu membuat Ziva malas membacanya. Apalagi angka 0 yang banyak itu semakin membuatnya pusing.“Ayo pulang dan segera pulihkan tubuhmu supaya bisa melayaniku dengan baik.”Ziva hanya memutarkan bola matanya jengah mendengar Regan yang selalu m
Mereka berdua pun turun tangga dengan tangan saling bergandengan hingga membuat Maya tersenyum lebar.“Bunda iri melihat keromantisan kalian berdua.”Regan tersenyum dan menarik kursi untuk Ziva. Regan sendiri duduk di samping Ziva dan mengambilkan makan untuk Ziva.“Ziva lagi sakit, Yah. Biasalah.” Regan sengaja membuka suara terlebih dulu karena melihat tatapan penasaran yang diperlihatkan oleh Narendra.Mendengar penjelasan anaknya membuat Narendra Abimana mengangguk paham. “Jangan keseringan dikerjain lah. Kasihan nanti gampang sakit. Ziva kan masih kuliah juga.”“Ziva yang mau.”“Ayah nggak yakin.”Ziva masih nggak tahu kedua orang itu sedang membahas apa. Apalagi namanya dibawa-bawa segala.“Makan yang banyak sayang,” kata Maya saat ingin mengambilkan lauk pauk untuk Ziva.“Ini udah cukup kok Bunda.”Dan kini keluarga Abimana
Ziva langsung menelepon Miko dan panggilannya langsung diangkat.“Honey … aku punya salah, ya, sama kamu? Aku minta maaf honey, aku benar-benar nggak punya uang sebanyak itu. Uang di ATM aku cuma 50juta aja.”“Mikoo ….”Terdengar suara tangisan Ziva karena bisa mendengar suara sang kekasih. Rasanya sangat senang juga merasa bersalah karena dirinya menjual diri kepada seseorang.“Honey, kamu kenapa? Kamu kenapa nangis, hmm?”“Aku kangen. Kangen banget.”“Kamu katanya cuti dua minggu, ya? Kenapa? Kamu sakit?”“Miko, aku pengin ketemu tapi nggak tahu cara keluar rumahnya bagaimana.”“Lho, sekarang kamu di mana, hmm?”“Lagi di rumah orang tua Regan. Setiap aku ingin keluar Bundanya mau ikut.”“Shit!” umpat Miko dari seberang telepon. “Kamu izin saja ke rumah orang tuamu. Nanti aku kesana dan