Share

2 - Sama-sama Canggung

Kepala Ziva mendongak saat melihat uluran tangan seseorang kepadanya. Ia masih enggan menerima uluran tangan kekar itu. Ziva masih terlalu gengsi untuk bersentuhan dengan pria menyebalkan seperti Regan.

“Cepat! Nanti ada orang lewat dikira kita ngapain lagi malam-malam di kuburan.”

Ziva mendengkus sebal mendengar perkataan ketus Regan. “Siapa suruh malam-malam datang ke kuburan. Besok kan bisa.”

“Nggak usah banyak omong! Mendingan cepat berdiri.”

Tak punya pilihan lain membuat Ziva menerima uluran tangan Regan. Ia berdiri dan langsung mengangkat gaun pengantin agar kakinya tidak terserimpat kain gaun itu.

Mereka berdua pun akhirnya jalan bersama menuju mobil, Ziva yang merasa kesusahan pun hanya mendumel dalam hati atas sikap Regan yang menyebalkan.

“Jalan, Pak,” titah Regan kepada sopirnya.

Ziva terkejut saat di depan matanya terdapat uluran sebungkus tisu basah. Ia menoleh dan mendapati Regan tengah mengerutkan kening.

“Buat bersihin muka kamu yang kotor,” katanya.

Ziva pun menerima dengan perasaan terpaksa, ia membuka dan mengusapi wajahnya dengan tisu basah yang diberikan oleh Regan itu. Ziva menunduk sejenak dan melihat gaun pengantin yang dikenakan itu sangat kotor.

Merasa lelah hati juga fisik membuat Ziva mencoba memejamkan matanya hingga tak disadari tubuhnya terjatuh ke arah dada bidang Regan.

Bagi Regan sendiri, menikah dengan bocah kecil nan manja ini merupakan musibah terbesar dalam hidupnya. Pasalnya setiap ia dan Celine akan jalan berdua pasti bocah kecil ini akan merengek meminta dibelikan sesuatu. Mulai dari aksesoris aneh hingga makanan yang menurutnya tidak enak itu. Sikap keduanya sangat berbeda sekali. Celine yang dewasa keibuan bisa mengimbangi sikapnya yang perfeksionis. Berbeda sekali dengan bocah yang di sampingnya ini. Sangat merepotkan.

Tak membutuhkan waktu lama pun mereka telah sampai di apartemen Regan yang berada di kawasan Sudirman. Regan langsung membangunkan Ziva dengan menggoyangkan lengan perempuan manja itu.

“Bangun, hei bangun.”

Tak kunjung bangun membuat Regan terpaksa menyingkirkan perempuan itu paksa hingga membuat tubuh Ziva terjedod keca mobil.

Dug!

“Awww,” ringis Ziva kesakitan.

Matanya mencoba terbuka perlahan, hal pertama yang ia lihat bola mata Regan yang tengah melotot tajam kepadanya. Ditatap seperti itu membuat Ziva langsung duduk tegap.

“Turun.”

Ziva masih diam membisu karena ia bingung tengah berada di mana saat ini. Ziva langsung menoleh kanan dan kiri. Ia pun langsung turun dan mengejar Regan yang sudah berjalan cepat meninggalkannya.

“Bisa nggak kalau jalan jangan ngebut-ngebut, aku susah jalannya.”

Regan tak menjawab, ia justru semakin mempercepat langkahnya hingga tiba di pintu lift khusus apartemen.

Regan langsung memencet nomor tombol lift untuk menuju ke unitnya. Berbeda dengan Ziva yang masih diam dengan mengangkat gaun pengantin.

Ting.

Saat pintu terbuka, Regan berjalan tegap meninggalkan Ziva yang masih terbengong. Regan benar-benar malas dengan pernikahan paksa ini. Regan terpaksa menikahi adik Celine karena Ayah Bundanya yang tidak ingin malu oleh awak media.

Saat sudah di depan pintu apartemen, Regan menoleh sejenak saat melihat perempuan itu yang tampak kesusahan berjalan. Regan tak peduli. Ia langsung masuk saja dan membiarkan pintu apartemennya terbuka lebar.

“Kamar kamu di sana,” tunjuk Regan ke arah kamar tamu.

Ziva hanya diam saja. Ia masih bingung sekaligus risih dengan kondisi seperti ini. Apalagi ia tak akur dengan pacar kakaknya ini.

“Oke, tapi pakaianku masih di rumah. Ini aku gantinya gimana?”

“Tadi Bunda udah bawakan pakaian untukmu.”

“Oh … tadi kamu bilang akan ke Singapore. Kenapa kita di apartemen?”

“Jadi kamu pengin kita ke Singapore?”

“Ah tidak, hanya bertanya saja.”

“Singapore hanya ada dalam mimpi dan catatan media saja kalau ita honeymoon ke sana. Tapi kamu boleh tetap lanjut dengan segala aktifitasmu. Namun ingat, jangan sampai media tahu.”

“Caranya bagaimana?”

“Untuk seminggu ke depan kamu hanya boleh pergi ke kampus saja. Selebihnya tetap di dalam apartemen.”

“Ta—“

“Ingat Ziva. Wajahmu sudah tersorot publik jadi jaga sikapmu di luar sana.”

Ziva hanya diam mendengkus sebal. Sebab, hubungan Regan dengan Celin dulu itu jauh dari penciuman publik. Mereka menjalin hubungan diam-diam hingga kemarin hanya memberi pengumuman jika Regan telah menemukan tambatan hatinya.

“Dan ingat, nama kamu dipublik itu Celine.”

Lagi-lagi Ziva berdecak sebal. Entah kenapa dirinya jadi merasa terkekang dan terperangkap sangkar emas menyebalkan seperti ini.

“Besok kita ke KUA buat ganti nama Celine menjadi kamu.”

“Tidak usah, biarkan saja namanya Kak Celine.”

Ziva pun hanya menatap pria itu yang masuk ke kamar. Ia sendiri langsung berjalan ke arah kamar yang ditunjuk oleh Regan barusan. Ziva terperangah dengan kamar yang sangat begitu rapi juga luas itu. ia segera berjalan ke arah pintu berwarna putih yang tertutup. Ziva membuka perlahan ia tersenyum saat menemukan jika itu kamar mandi. Ziva segera membuka ritsleting gaun itu dengan tidak sabaran. Ia segera berjalan masuk dan menyalakan air shower untuk membilas tubuhnya yang terasa kotor ini.

Merasa sudah kedinginan membuat Ziva menghentikan aktifitas mandinya. Ia langsung mengambil jubah mandi yang sudah tersiap di gantungan. Ziva memakai jubah mandi itu dan berjalan keluar kamar mandi.

Langkah kakinya menuju ke arah lemari yang sudah terisi beberapa pakaian. Mata Ziva melotot saat tidak mendapati kaus oblong yang sering digunakan setiap hari di rumah. Di lemari ini hanya banyak dres seksi juga pakaian wanita yang terlalu feminim. Dan itu bukan Ziva banget.

Tangan Ziva pun terus mencari-cari pakaian yang tidak terlalu seksi, namun ia tidak menemukan pakaian jenis kaus.

Merasa bingung membuat Ziva langsung keluar kamar dan mengetuk pintu kamar milik Regan. Ia ingin agar Regan meminjamkan pakaian miliknya untuk malam ini saja.

Tok. Tok. Tok.

Ceklek.

Baik Ziva dan Regan sama-sama terdiam. Mereka hanya saling menatap satu sama lain. Pasalnya pria itu kini hanya mengenakan handuk sebatas pinggul saja, dan Ziva sediri hanya memakai jubah mandi yang terbilang pendek.

Ziva menelan ludahnya susah payah kala melihat tubuh atletis milik Regan yang tak terbalut pakaian itu. Entah kenapa saat ini hati Ziva merasa deg-degan sendiri melihat itu semua.

“Apa?”

“Em … aku mau pinjam pakain,” cicit Ziva lirih.

Regan justru mengeryitkan keningnya bingung mendengar penuturan perempuan dua puluh tahun ini. Pasalnya semua pakaian perempuan sudah dipindahkan oleh asistennya ke kamar tamu meski bundanya menyuruh satu lemari dengannya.

“Bukan kah di lemari ada pakaian?”

“Iya, tapi semuanya pendek-pendek. Aku kurang nyaman aja.”

Regan pun langsung berjalan melewati Ziva yang masih berdiri di depan pintu kamar. Aroma maskulin milik Regan dapat tercium dengan jelas di hidung milik Ziva.

Melihat itu membuat Ziva langsung mengikuti langkah Regan yang memasuki kamar dan melihat jika Regan tengah mengecek isi lemarinya.

Bisa Ziva rasakan jika Regan tengah mendengkus kesal saat melihat isi lemarinya.

“Sorry, aku nggak tahu kalau Bunda bakalan beli pakaian macam ini,” katanya.

“Gapapa, tapi setidaknya pinjamkan aku pakaianmu. Em … kaus maksudnya.”

Regan mengeryit kembali. “Ditubuhmu pasti akan sangat kebesaran.”

“Tidak apa aku suka yang besar-besar,” sahut Ziva tersenyum.

Dan jawaban Ziva membuat Regan justru traveling entah kemana-mana, kemudian pria itu langsung berdeham pelan. Tangannya menggaruk tengkuk yang tak gatal sama sekali. Ia langsung berjalan dan melewati Ziva dengan perasaan yang dibilang gugup gara-gara ucapan ‘yang besar-besar’ dan semua itu membuat Regan merasa malu. Entahlah.

Regan langsung masuk kamarnya dan mengambil acak salah satu kausnya untuk Ziva. Ia menyerahkan kepada perempuan itu kemudian langsung berbalik badan dengan hati yang bergemuruh hebat.

“Makasih,” kata Ziva.

Regan langsung menghentikan langkahnya sejenak dan lanjut ke kamar. Saat di dalam kamar pun Regan justru kepikiran dengan penampilan Ziva yang … ah shit!

“Masa aku bisa turn on gara-gara melihat bocah manja itu?” gumam Regan bermonolog.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Anya Waa
Mampirrr ....
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
Yok mampir ya di Karya receh istri yang tak dirindukan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status