( Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang sistematis dan berlaku secara umum (universal) yang membahas tentang sekumpulan data mengenai gejala alam yang dihasilkan berdasarkan hasil observasi, eksperimen, penyimpulan, dan penyusunan teori.
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikenal juga dengan istilah ilmu sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia, yang secara harfiah berarti pengetahuan,namun dalam perkembangan pengertiannya menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga merupakan suatu proses penemuan.
Dengan demikian, pada hakikatnya IPA adalah ilmu untuk mencari tahu, memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman ilmu pengetahuan tentang gejala
Aku mencoba untuk memejamkan mata tapi tetap saja tidak bisa. Keadaan di luar sudah sangat sunyi, tentu saja ini sudah dini hari kan? Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku untuk saat ini. Sesuatu yang tidak aku ketahui jenisnya dan apa yang aku pikirkan? Entahlah.Sudah puluhan kali aku mencoba posisi miring ke kanan atau ke kiri, tetap saja kedua mata ku dengan kurang ajar nya tidak mau menutup. Saat merasa lelah, aku mendudukkan diri dan mengambil nafas perlahan dalam keadaan yang dingin. "Aish mata ini menyebalkan"Aku melihat Luna yang tidur dengan tenang, meskipun liurnya merambat sampai ke telinga. Sejenak aku terdiam dan dengan kesal aku menyingkap selimut dengan kasar. Lalu berdiri dan mengambil jaket di dalam ransel, langsung memakainya.Keluar. Ya, aku keluar tenda untuk menenangkan diri.Gelap.Kata itu yang pertama kali muncul saat aku keluar dari tenda.Dingin.Dan kata itu yang k
"Dokter Nabilah kenapa kau lama sekali?" Aku tidak terkejut. Pasti pertanyaan itu yang muncul."Ya maaf dokter Alice, motornya sudah dibawa semua. Kalau mau cepat ya salah satu diantara kalian tadi jemput aku" Sindirku terang-terangan. Perhatian semua orang mengarah kepadaku. Cukup membuatku menyesal berkata seperti tadi."Owh oke lupakan. Jadi ada apa dokter?" Aku mendekat ke dokter Alice dan bertanya dengan nada bisikan.Alice memberikanku satu kursi kosng untuk diduduki, dan dia pun ikut duduk didepanku. Lalu menatapku dengan serius, kali ini aku juga dalam mode serius. Mataku lurus menatap ke Alice yang sepertinya ragu-ragu untuk membuka suara."Apa?""Seperti jadwal, kita disini selama 2 bulan kan"Aku mengangguk, entah kenapa ada perasaan tidak enak yang datang."Tapi dokter Ali mengabari kalau masa bertambah 1 bulan. Yang artinya selama 3 bulan kita disini. Oh... bukan. Yang kumaksud, masa mu
( 4 tahun sebelum koas ) Pt l "Nabilah. Perkenalkan ini adalah Aldo abraham. Dia mantan mahasiswa disini. Sekarang sedang masa koas di Bogor" "Dan Aldo, ini Nabilah. Mahasiswi jenius yang menduduki peringkat setelahmu" Dekan Roy memperkenalkan mahasiswa yang sering diceritakan kepadaku. Dia pintar, dan terlihat... tampan. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan apa yang ditunjukkan Roy padaku. Hanya, untuk menghormati dirinya yang sangat baik hati, membantuk dalam mengerjakan tugas atau jika aku sekedar bertanya sesuatu. Aldo terlihat sebagai pria yang ramah. Dia suka tersenyum. Tangannya yang diulurkan aku jawab. "Nabilah" Kacamata tebal yang menghiasi wajahnya. Dan tubuh jangkung, aku hanya setinggi mulutnya saja. Entah apa tujuan Roy mempertemukan kami. Yang aku tahu, kami berdua merupakan murid kesayangannya. Walaupun Aldo sudah lulus dari kuliah, namun Roy menganggapnya seperti anak kandung se
"Kau mau kemana?" Aku bertanya saat Nanda melangkah ke arah jalan lain, berpisah dari rombongan anak-anak yang baru pulang dari pelajaranku tadi. "Ke sawah bapak" Jawabnya dengan mengangkat rantang putih."Ke sana lagi?" Aku menatap bingung. "Memangnya setiap hari kau kesana?"Nanda mengangguk, mengiyakan."Dini ikut, kak" Andini tiba-tiba mendekat. Jalanan becek membuatnya hampir terpeleset."Pulang Dini, nanti kau dimarahi mamak" Nanda mendorong punggung Dini pelan. "Yaahh. Kak Nanda kenapa boleh kesana? Dini tidak boleh" Dini merajuk sambil melipat tangan di dada."Karena kakak harus bantu bapak di sawah, biar cepat selesai. Sekarang kau pulanglah""Ayo Dini, biar kakak antar pulang" Aku menarik tangan Dini. "Biarkan saja kakakmu, dia mau bantu bapak. Biar jadi anak sukses" Aku nyengir. Lalu Nanda pergi dari hadapan kami. Berjalan cepat menuju ke sawah di tepian gunung."Hati-hati Nanda, jangan t
( 4 tahun sebelum koas ) Pt ll “Itu salah . Setiap gram karbohidrat menghasilkan 4,0 kilokalori atau 16,8 joul. Bukan 4,00” Aku menghapus kembali jawabanku. Hampir semua pertanyaan yang kujawab salah. Dan Aldo mengingatkan. Kalau tidak mungkin nanti ujianku tak akan lulus. Hari ini aku meminta Aldo untuk menjadi guru ku. Konyol memang, tapi mau ke siapa lagi kalau bukan ke cowok tengik macam dia? By the way Aldo sudah jadian dengan teman SMA nya dulu. Namanya Lea, dia cukup menarik. Cantik dan pintar. Dia juga kuliah di fakultas yang sama dengan Aldo, denganku. Hanya saja, koas nya beda rumah sakit. Lea di Jakarta Selatan dan Aldo di Jakarta Pusat. Dan akibatnya waktu untuk bertemu juga tidak banyak. Bisa dibilang jarang. Dan tadi… adalah pertama kalinya aku bertemu dengan Lea. Sikapnya kepadaku sedikit garang. Tatapan matanya woah tajam sekali. “Nah gini dong udah bener semua. Nilai lo 45” “WHAT?! Kejam amat sih” Aku me
"Peluru dari shotgun sangat mematikan. 1 kali tembakan bisa saja membunuh. Tertembak di kaki, atau tangan. Itu saja sudah sangat berbahaya. Apalagi tiga buah tepat di jantung. Tapi tidak ada yang tahu semua peluru itu sudah bergerak kemana. Persentase 99% sudah mengenai organ vital. Operasi berjalan lancar, peluru dapat diambil tapi rongga yang diciptakan pelurunya tidak bisa hilang. Rasa sakitnya masih ada. Dan kemungkinan pasien mengalami kelumpuhan sementara""Tertembak peluru adalah perkara hidup dan mati. Satu tembakan di lengan atau kaki saja sudah bisa membuat nyawa melayang"Aku mendengar suara berat yang sedang berbicara. Sepertinya dia dokter. Mataku masih mengantuk, nafasku berat, dan tanganku tidak bisa digerakkan. Aku tahu ini kelumpuhan. Tapi ini juga kehendak Tuhan.Dadaku sakit. Tapi aku tidak bisa mengaduh atau mengeluarkan suara. Aku juga bisa merasakan sentuhan kulit orang. Tapi aku tetap tidak bisa bangun."Jantungnya lemah. Tena
Aku bersyukur karena masa koma yang kualami tidak selama seperti orang diluaran sana. Ada yang 5 bulan, 1 tahun, hingga 20 tahun pun ada. Setelah 7 hari, mataku terbuka. Yang kulihat pertama kali adalah wajah ayahku. Dia tersenyum bahagia saat melihatku. "M-m minum" Ayah dengan bergegas memberikanku segelas air putih yang ada di nakas. "Syukurlah kau sudah sadar. Kami takut kehilanganmu. Kau membuat kami khawatir. Biar ayah panggilkan dokter" Aku mengangguk. Tubuhku masih lemah, walau hanya seminggu itu rasanya seperti setahun. Tidak bergerak sama sekali, hingga punggung ku sakit. Dan kepalaku berputar-putar. Jadi seperti ini rasanya ketika bangun dari kematian. Bukan, lebih buruk dari itu. "Hai Nabilah. Kau akhirnya sadar. Tenanglah aku akan memeriksamu" Dokter Ali mencium dahiku. Aku hanya bisa mengangguk. Aku melihat keseliling ruangan. Cat berwarna putih tulang, sudah pasti aku berada di rumah sakit. "Bagaimana keadaannya dok?"
( 4 tahun sebelum koas ) Pt lll"Lo mau ke rumah sakit lagi?" Aku menganggukkan kepala. Aldo sedari tadi menanyakan hal itu. Ini yang ke-7 kalinya."Gue ikut"Aku menghentikan langkah. "Tapi kan lo ada ..""Santai"Aldo memang susah untuk dibilangin. Tampangnya saja cupu, tapi jiwanya preman. "Pake mobil gue, lo yang nyetir sekalian beliin bensin" Kulemparkan kunci mobil kearahnya. "Hap, tangkap!""Lo mau meras gue kan? Kesempatan dalam kesempitan. Dasar gila traktiran""Bodoamat"Aldo masuk, duduk di kursi sopir. Dia menancapkan kuncinya laku menekan pedal gas dan mobil pun berjalan. Jalanan cukup lenggang hingga tidak membuang-buang waktu. Hari ini aku berencana untuk mengunjungi kakakku, Noah. Dia sudah 1 tahun tinggal dirumah sakit. Keadaannya yang semakin memburuk, tidak dapat lagi rawat jalan dirumah.Dia terkena tumor otak, sudah stadium 3. Keluargaku sudah berusaha dengan sangat keras. Tapi tetap sa