Share

Part 8 - Full Moon Night

Sedari tadi sore, Dokter Malika dan kedua susternya mengurus keadaan manusia serigala yang berteriak-teriak kesakitan, ditambah suhu badannya sangat panas bagaikan orang yang sedang dibakar hidup-hidup. Suster Anna dan Suster Amalia memakaikan tabung oksigen dan memasangkan alat denyut jantung ke manusia serigala, tampak sekarang manusia serigala itu dipenuhi dengan alat-alat medis seadanya yang mereka bertiga bawa dari rumah sakit. Dari alat pendeteksi denyut jantung, terlihat bahwa jantung manusia serigala itu berdetak dengan amat kencang. Selain itu, manusia serigala tersebut merasakan sesak napas yang parah, sampai ia terengah-engah. 

Dokter Malika dan para susternya kebingungan, karena mereka bertiga telah melakukan segala cara untuk membuat manusia serigala kembali normal, akan tetapi mereka sudah melakukan cara, hasilnya nihil, tak ada reaksi sama sekali yang ditimbulkan oleh manusia serigala itu. 

Sampai malam hari, keadaan tetap sama. Namun, suasananya malah menjadi kacau. Hujan turun dengan sangat deras, petir merah terhentak di langit yang penuh kegelapan, angin berhembus sangat amat kencang sampai menghancurkan rumah gubuk warga. Selain itu, terjadi malam purnama sekarang, entah mengapa bulan bisa terlihat jelas padahal jelas-jelas sekarang sedang hujan. Dari atas tebing ada 5 ekor manusia serigala yang terus melolong bagaikan ada sesuatu yang besar akan terjadi di Desa Tengkorak. 

Nenek Sumitra sangat panik. Setelah sekian lama Desa Tengkorak mengalami fenomena alam yang bagaikan sebuah bencana besar lagi. Nenek Sumitra melihat keadaan di luar dari jendela kamar manusia serigala. Di sisi lain, para medis terus berusaha menangani manusia serigala sampai membaik. 

"Bagaimana ini, Nek? Saya sudah melakukan berbagai cara, tetapi manusia serigala ini tetap tidak ada reaksi sama sekali!" ujar Dokter Malika, kebingungan.

"Iya, Nek. Malah suhu tubuhnya semakin panas saja, dia demamnya semakin parah, Nek! Baru kali ini saya melihat pasien yang demamnya sampai separah ini." Papar Suster Amalia, tegang. 

"Ini aneh, saya juga tidak tahu mengapa begini. Tapi usahakan, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ya, Nak." Pinta Nenek Sumitra. 

Dokter Malika yang mengetahui bahwa manusia serigala ini akan menemui ajalnya sebentar lagi, hanya bisa menahan dirinya untuk tidak mengatakan apapun kepada Nenek Sumitra.

"Astaganaga, yasudah ayo semuanya kita lakukan apa saja yang kita bisa, supaya manusia serigala ini bisa selamat!" kata Dokter Malika yang masih ingin berusaha sebaik mungkin untuk manusia serigala, meskipun ia tahu tak ada harapan lagi untuk menyembuhkannya. 

"Iya, Dok!"

Saat mereka semua sedang melakukan berbagai upaya demi menyelamatkan sang manusia serigala, tiba-tiba saja manusia serigala yang demam mulai kejang-kejang dan berteriak kesakitan. Teriakannya kali ini berbeda, teriakannya sangat keras sampai Dokter Malika dan para susternya ikut berteriak karena kaget. Tampak bulu manusia serigala mulai rontok, dan terbang kemana-mana. 

"Ya ampun, ini kenapa, Nek? Ada apa dengan manusia serigala ini?" tanya Dokter Malika.

"Nenek tidak tahu!" jawab Nenek Sumitra.

"Huarghh! Huarghhh! Aarghhh!"

Lama-kelamaan manusia serigala itu menjadi tak berbulu karena semuanya rontok, ia juga berubah menjadi manusia yang normal. Mulutnya tak memanjang seperti dulu, sekarang ia tak memiliki badan besar dan otot-ototnya lagi, sekarang ia berubah, sekarang ia berubah menjadi manusia yang memakai pakaian putih, dengan bekas ribuan bulu serigala di seluruh tubuhnya. Seperti sosok yang dilihat oleh Dokter Malika beserta suster-susternya kemarin malam!

Tak hanya itu yang terjadi, sekarang tubuhnya bercahaya oraye. Semakin lama, semakin lama, cahaya itu semakin terang bagaikan akan terjadi suatu ledakan yang sangat luar biasa!

DAAARRRRRR!!!

Benar saja, manusia serigala yang sudah menjadi manusia biasa itu meledak, tetapi tak ada reaksi apapun dari manusia itu, manusia serigala itu malah berhenti melolong dan akhirnya ia dinyatakan meninggal oleh Dokter Malika tepat di bulan purnama yang dipenuhi lolongan serigala. Sesudah manusia serigala itu meninggal, suasana mendadak kembali normal, tetapi hanya ada kabut tebal saja yang menyelimuti desa Tengkorak 

"Inalilahiwainalilahirojiun." Nenek Sumitra seketika langsung menangis histeris, sebari memeluk manusia itu.

"Neng, hiks-hiks-hiks. Sejak 34 tahun lalu, Eneng belum menemukan kebahagiaan karena kutukan ini, dulu Eneng yakin kalau kutukan ini bisa musnah, tapi Eneng sekarang malah meninggal. Saya bingung harus gimana nanti kalau tiba-tiba anak Eneng datang menanyakan Ibunya, hiks-hiks-hiks." Tangis Nenek Sumitra, padahal anak dari manusia serigala itu ada di dekatnya, dia adalah Malika!

Setelah dinyatakan meninggal, manusia serigala yang bernama Tarini itu dimakamkan oleh para warga malam itu juga. Terlihat ribuan kesedihan terpancar di wajah Nenek Sumitra yang renta, ia tak menyangka bahwa orang yang ia sayangi seperti anak sendiri sekarang sudah meninggal tanpa kebahagiaan. Sekarang Nenek Sumitra hanya bisa mendoakan Tarini saja, agar Tarini mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

Keesokan harinya, Malika, dan kedua susternya akan pulang. Di ruang tamu, Nenek Sumitra berterimakasih kepada mereka semua karena telah mau membantunya di sini. Nenek Sumitra hanya bisa memberikan 2 karung beras dan beberapa kardus yang berisi produk teh yang ia buat sendiri di desanya kepada mereka bertiga sebagai imbalan. 

"Sekali lagi terimakasih ya, Dok, Sus. Maaf sekali kalau saya merepotkan kalian, saya hanya takut kalau ada wabah penyakit. Soalnya manusia serigala ini beberapa puluh tahun lalu hidup di alam liar dan tak pernah membersihkan diri, ditambah dia juga suka memakan hewan-hewan di hutan secara mentah-mentah. Ini Nenek hanya bisa memberikan 2 karung beras sama 2 kardus produk teh yang Nenek produksi di desa ini, semoga bermanfaat ya. Maaf Nenek hanya bisa memberikan ini. Nenek hanya orang miskin, yang tak punya uang yang lebih untuk kalian." Cakap Nenek Sumitra.

"Tidak apa-apa, Nek. Terimakasih atas ini semua, Nek. Ini cukup untuk kita, hehe. Oh iya, saya juga mewakili segenap rumah sakit, memohon maaf karena kami tidak bisa menyelamatkan nyawa manusia serigala itu. Kami merasa bersalah, Nek. Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kematian manusia serigala, semoga Nenek diberi ketabahan ya."

"Aamiin."

"Ini sudah takdir, Nak. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Takdir tak bisa dilawan, tetapi tak ada salahnya untuk kita mencegahnya, jika sudah diperkirakan akan terjadi sesuatu di masa depan. Takdir juga membawa kalian kemari, kedatangan kalian kemari akan kami kenang selamanya, karena setelah ratusan tahun, ada juga seorang dokter yang datang kemari."

"Yasudah, kalian segera pulang ya. Jangan lupa setelah pulang dari sini, kalian istirahat yang cukup agar tidak sakit."

"Iya, Nek. Kami pamit ya. Assalamualaikum." 

"Waalaikumsalam, hati-hati, Nak. Semoga selamat sampai tujuan."

Dokter Malika, Suster Anna dan Suster Amalia pun pulang ke Kota Majalengka dengan membawa pemberian Nenek Sumitra. Untuk beras, mereka dibantu oleh 2 petani yang bersedia membantu mereka sampai ujung hutan. Mereka bertiga cukup kelelahan karena sudah merawat manusia serigala. Dari kejadian ini, mereka tahu tentang kisah manusia serigala, sehingga mereka mendapatkan hikmah yang sangat besar supaya tak melakukan kesalahan di masa sekarang. 

Setelah mereka bertiga pulang, Nenek Sumitra dan para warga, mulai bergotong royong untuk membersihkan rumah Tarini, si manusia serigala. Nenek Sumitra membereskan kamar tamu yang kemarin sempat ditempati oleh para medis, di sana tak sengaja ia menemukan sebuah kitab tebal, itu adalah kitab yang berjudul "Kisah dan Silsilah Keluarga Petni".

"Hmm, anak jaman sekarang ternyata sangat pemberani. Pasti ini dibawa oleh salah seorang dari mereka dari sudut rumah ini, yang sangat penasaran dengan keluarga Petni. Aku saja dari dulu sudah tak berani mencari tahu, ataupun menguliknya, tetapi mereka ... dengan beberapa hari saja sudah mengetahui segalanya. Aku sedikit penasaran dengan silsilah keluarga Petni, tak ada salahnya aku membukanya." Batin Nenek Sumitra yang merasa jika anak jaman sekarang sangat pemberani dan bisa berbuat apa saja. 

Nenek Sumitra membuka kitab itu, dan membuka halaman terakhir. Di sana ada silsilah keluarga Petni yang tak sengaja dibuka oleh Malika kemarin! Di sana terdapat nama Malika dan Sumelika di urutan generasi ke-6 dan ke-7. Ternyata Malika dan Sumelika adalah bagian keluarga serigala! Seketika Nenek Sumitra shock berat, ia terkaget-kaget bahwa selama ini takdir membawa anak Tarini yaitu Malika ke rumahnya untuk mengobati Ibunya sendiri!

"Ini benar-benar tak bisa dipercaya! Ternyata dia ... dia adalah anak dari Tarini? Astaga, hiks-hiks-hiks. Permainan takdir memang sangat membingungkan. Dulu Tarini rela melepaskan anaknya ke panti asuhan supaya anaknya mempunyai masa depan, dan sekarang ... sekarang anaknya ternyata menjadi orang yang berhasil! Tarini dan aku bangga kepadamu, Nak. Tarini dan aku terus berdoa supaya kelak kau menjadi orang yang sukses dan sekarang doanya itu terwujud, akan tetapi ... Tarini malah sudah tiada sebelum mengetahui keberadaannya. Hiks-hiks-hiks." Nenek Sumitra menangis mengetahui ini semua, ini sangat mendadak.

"Jika Malika mengetahui ini semua, pasti dia sangat shock. Aku takut dia mengalami depresi dan sttres, apalagi kutukan itu masih berlanjut selama 2 generasi lagi." Nenek Sumitra mulai khawatir. 

"Sekarang sepertinya aku harus ke kota Majalengka untuk memberitahukan kebenaran ini kepada Malika. Sesampainya di sana aku akan berpikir untuk menghentikan kutukan ini di generasi sekarang, aku tak mau jika sampai masa depan Malika hancur karena sebuah kutukan di masa lalu."

Dengan berbekal tekad, Nenek Sumitra memutuskan untuk pergi ke kota Majalengka walapun ia tak tahu apapun tentang kota tersebut. Akankah Nenek Sumitra bisa sampai ke Kota Majalengka?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status