Malam semakin larut, di jalan raya kota Majalengka yang dipenuhi kendaraan, terlihat Nenek Sumitra tergopoh-gopoh sebari membawa bakul yang berisi kitab kisah keluarga Petni di trotoar. Dari siang, Nenek Sumitra berjalan kaki dari desa Tengkorak tanpa ditemani oleh siapapun dan tanpa kendaraan sama sekali. Nenek Sumitra lelah, Nenek Sumitra juga sampai berkeringat dingin, tetapi ia rela menahan semua penderitaan ini, demi bisa bertemu kembali dengan Malika, anak dari Tarini yang sudah ia ketahui sekarang. Tampak Nenek Sumitra mencari-cari rumah sakit Pelita Kesehatan, tetapi tak kunjung ia temukan. Ia menanyakan orang di sana tentang keberadaan rumah sakit Pelita Kesehatan dan katanya jikalau rumah sakit itu sangat jauh dari keberadaannya sekarang.
Tak putus harapan, ia pun terus berjalan, hingga akhirnya ia menyebrang jalanan, tetapi tak sengaja mobil berwarna putih menyerempet Nenek Sumitra, seketika Nenek Sumitra terjatuh di sana. Pemilik dari mobil itu keluar, ingin melihat kondisi Nenek Sumitra yang entah bagaimana keadaannya. Syukurlah Nenek Sumitra tak kenapa-kenapa, hanya saja kakinya sedikit keseleo karena terserempet mobil tadi.
"Iya sudah, tidak apa-apa, Nak. Oh iya, Nak, Nenek hanya ingin ke Rumah Sakit Pelita Kesehatan untuk menemui Dokter Malika."
"Malika, Nek?"
Di rumah sakit, Dokter Malika sedang memegang kepalanya sendiri di ruangannya. Ia pusing setelah apa yang terjadi saat ini kepadanya. Sesudah dirinya pulang dari Desa Tengkorak, kejadian aneh dan peristiwa di luar nalar masuk ke kehidupannya. Doker Malika pusing, pening dan kebingungan.
Klek!
Sumedh datang ke ruangan Malika, terlihat Sumedh datang tak sendirian, dia bersama seseorang. Orang itu adalah ...
"Nenek Sumitra?" Dokter Malika langsung berdiri di saat Nenek Sumitra datang ke rumah sakitnya, Dokter Malika merasa tenang dengan kehadiran Nenek Sumitra, pasti Nenek Sumitra akan menjawab semua kebingungannya yang melandanya saat ini.
Dokter Malika mencium tangan Nenek Sumitra, lalu mempersilahkan Nenek Sumitra untuk duduk di sofa yang sudah disediakan di ruangannya.
"Iya, Nak. Aku sengaja datang kemari untuk memberitahukanmu sesuatu yang sangat penting."
"Pasti Nenek mau memberitahukan saya tentang masalah yang saya alami sekarang kan?" Dokter Malika, yang terpancar wajah keyakinan akan perkataannya.
"Hah? Memangnya mengalami apa, Nak?" heran Nenek Sumitra.
"Jadi Nenek tidak tahu?"
"Iya, Nenek tidak tahu, Nak. Tujuan Nenek datang kesini adalah untuk memberitahukan sesuatu rahasia besar kepadamu." Ujar Nenek Sumitra.
Harapan Dokter Malika pupus.
"Apa itu, Nek?"
"Sebentar,"
Nenek Sumitra mengeluarkan sebuah kitab kisah keluarga Petni, hal itu membuat Dokter Malika tambah kebingungan.
"Ini? Ini bukannya kitab yang saya bawa dari gudang, Nek?"
"Benar. Takdir telah membawamu ke desa Tengkorak, lalu kamu ke gudang untuk mencari tahu asal-usul keluarga Petni dan akhirnya jawaban dari kebingunganmu sudah terjawab dalam waktu sekejap setelah kamu menemui ini. Lalu setelah kamu pulang, aku menemukan ini di kamarmu, aku membaca kitab ini untuk mengetahui silsilah selanjutnya dari keluarga Petni, dan ternyata di generasi ke-6 dan ke-7 tertulis sebuah nama, sebuah nama yang tak ku sangka sebelumnya."
"Nama? Nek, bisa Nenek langsung ke topiknya saja?"
"Ya, nama di generasi ke-6 tercantum nama Malika. Nama di generasi ke-7 tercantum nama Sumelika. Jadi kalian berdua adalah keturunan keluarga Petni."
Pernyataan Nenek Sumitra seketika membuat Dokter Malika dan Sumedh kaget setengah mati. Apa-apaan ini yang dikatakan Nenek Sumitra? Apakah modus penipuan dilakukan Nenek Sumitra? Apakah Nenek Sumitra sudah tak waras?
"Nek, saya mohon, jika Nenek membutuhkan kekayaan, ataupun harta, saya bisa memberikannya secara mentah-mentah. Tetapi saya mohon kepada Nenek untuk tidak mengatakan hal yang bukan-bukan tentang saya, apalagi anak saya, Nek. Karena jika Nenek sudah menipu sampai terlewat batas, maka saya akan marah besar kepada Nenek, dan bisa saja saya melaporkan Nenek ke kantor polisi." Dokter Malika, tak terima dengan perkataan Nenek Sumitra yang begitu tak masuk akal dan curiga ini hanya akal-akalannya saja.
"Iya, Nek. Kita bisa kok memberikan uang kepada Nenek, tetapi tolonglah Nenek jangan begini." Ucap Sumedh, berusaha untuk menahan emosinya di hadapan orang yang lebih tua darinya.
"Eh, tidak! Tidak, Nak! Aku tidak berbohong sama sekali, tepat di usia Malika genap 35 tahun, maka Malika akan menjadi manusia serigala karena kutukan di masa lalu yang dilakukan oleh keluarganya sendiri yaitu keluarga Petni! Untuk apa aku berbohong, Nak. Aku tidak ada sama sekali niatan berbohong apalagi demi harta. Nak, Neneklah yang menyelamatkanmu sewaktu kamu bayi, Nak, dari kejaran saudara-saudaramu yang ingin membuatmu merasakan pahitnya menjadi manusia serigala sejak dini. Nenek berkata benar, Nak! Hiks-hiks-hiks." Kata Nenek itu, berusaha menyakinkan mereka.
"Oh iya, Nak, ternyata kemarin kamu mengobati Ibumu sendiri. Dia bernama Tarini, manusia serigala yang terbaring lemah, tetapi kamu tahu sendiri, bahwa dirinya sudah meninggal, Nak." Tambah Nenek Sumitra.
Perkataan Nenek Sumitra membuat sepasang suami-istri itu terdiam dalam kebingungan, mereka tak tahu maksud sebenarnya dari perkataan Nenek Sumitra. Nenek Sumitra yang menjelaskan dengan tangisan, membuat mereka berdua tak tega, tetapi perkataannya sangat di luar akal pikiran.
Di saat mereka berdua sedang mencerna perkataan Nenek Sumitra, tiba-tiba datanglah Suster Anna yang menjerit-jerit tak karuan memanggil Dokter Malika. Langsung, Dokter Malika menanyakan ada perihal Suster Anna sampai berteriak-teriak seperti ini.
"Dokter!!"
"Dokter!!"
"D-Dok! Ada kabar m-mengejutkan!"
"Itu, itu, Dokk!"
"Tenang, Sus! Bicaralah pelan-pelan!" Suruh Dokter Malika.
"Dok, tadi saya tanya ke beberapa pasien yang melakukan operasi dan periksa ke Dokter. Kata mereka, alasan mereka ketakutan dan kerasukan itu karena mereka lihat Dokter Malika berubah menjadi manusia serigala di hadapan mereka!" ungkap Suster Anna, yang semakin membuat keterkejutan Dokter Malika dan Sumedh.
Malika shock di saat ia mendengar kebenaran yang diungkapkan secara bersamaan, kedatangan Suster Anna yang mengungkapkan jika beberapa pasien yang kerasukan itu ternyata melihat Malika yang menjadi manusia serigala sebelum kerasukan, hal itu mendukung pernyataan dari Nenek Sumitra. Malika sudah tak kuat lagi, dia sudah cukup mendengar ini semua, akhirnya Malika pingsan di tempat.
Dug!
Dokter Malika tersadar di sebuah tebing yang di langitnya terdapat bulan purnama besar, mungkin ini adalah alam mimpi Malika. Di sama dirinya bertemu dengan seorang wanita tua serigala kemarin, tetapi manusia serigala itu berubah menjadi wanita tua berkebaya yang sangat cantik, ia mirip sekali dengan Malika."Aku Ibumu, Nak." Ucapnya, kesedihan mulai terpancar dari wajahnya."I-Ibu?" Malika tak percaya bahwa pertamakali ia bertemu dengan sang Ibu meskipun hanya di alam mimpi.Di saat Malika mengetahui bahwa itu adalah sang Ibu tercinta, seketika Malika memeluk Ibunya dengan erat. Sebenarnya Malika tak percaya kepada orang-orang yang baru ia lihat, tetapi sekarang entah mengapa orang yang mengaku bahwa itu Ibunya itu langsung ia percaya, mungkin ini adalah ikatan batin yang bisa dirasakan oleh Ibu dan anak."Bu, kenapa Ibu enggak bilang kalau manusia serigala di desa Tengkorak itu Ibu! Hiks-hiks-hiks." Malika menangis histeris di pelukan
Sumelika tak mau sampai sang Ibu dan dirinya menjadi manusia serigala, ia kira jika menjadi manusia serigala kita akan bisa berubah kapanpun, tetapi kita akan berubah selamanya. Sumelika harus berbuat sesuatu, ia mencoba mencari penangkalnya. Pertama, ia bertanya kepada Nenek Sumitra tentang penangkal, akan tetapi Nenek Sumitra berkata tak ada penangkalnya karena kutukan sudah terjadi 100 tahun yang lalu."Yang pasti tidak ada, tetapi mungkin jika dicari ada, Nak." Ucapnya, yang tak tahu pasti atau tidak.Ia pun bergegas ke rumah temannya yang sangat menyukai film serigala, Andra. Andra menyatakan tak ada solusi juga."Kagak ada kayanya, kutukan tetep kutukan. Lo tau kisah Malin Kundang? Dia dikutuk sama Ibunya jadi batu, dan kutukan itu kagak bisa dicabut lagi.""Tapi coba lo tanya ke temen lo yang lain, siapa tau mereka ada solusi yang bisa ngebantu lo." Sambung Andra.Sumelika akhirnya menemui Aisyah di pondok pesantrennya, keb
Di tengah malam, Aisyah, Desti dan Tania baru saja pulang dari pengajian akbar. Tampak mereka membawa makanan berkat yang sangat banyak sekali, tak sengaja mereka melewati jalanan pohon beringin, dan mereka melihat portal yang di depannya terdapat tas, tas itu tak asing bagi mereka. Aisyah menyadarinya, itu adalah tas milik Sumelika!"Hah? Jangan-jangan si Sumelika diculik sama makhluk ghaib?" duga Desti, khawatir."I-Iya, bisa jadi tuh! Soalnya kan dia manusia serigala!" ucap Tania."Aduh, gue takut deh kalo terjadi apa-apa sama si Sumelika!" papar Aisyah."Iya, gue juga takut! Mendingan kita masuk yuk untuk nolongin si Sumelika!" ajak Tania"Tapi ini kan b-bahaya, Tan!" Desti, ketakutan."Halah, ayo-ayo demi keselamatan sahabat kita, kita harus rela melakukan apapun!" Tania menarik pergelangan tangan Aisyah dan Desti lalu mereka masuk ke dalam portal waktu.Sebelummya Sumelika telah masuk ke dimensi waktu, terlihat
Sumelika sangat senang karena di masa-masa ia sedang sulit seperti ini, sahabat-sahabatnya ada untuknya. Aisyah, Desti dan Tania sangat setia kepadanya, ia sangat terharu dengan mereka. Sumelika pun memeluk mereka bertiga dengan menangis bahagia."Makasih ya, Girls. Kalian udah mau nemenin dan ngebantu gue di misi ini, hiks-hiks.""Yaelah, Mel. Santai aja sih." Desti, merasa tidak enak."Iya, Mel. Lebay banget sih pake acara nangis segala. Harusnya kita happy dong bisa jalan-jalan ke masa lalu, hehe." Tania, senang.Sumelika menghapus air matanya, dan tersenyum bahagia."Yaudah, ayo kita ke rumah keluarga gue.""Malam-malam gini?" Aisyah, yang merasa aneh."Bukannya enggak sopan ya, Mel? Terus kalo kita kesana belum tentu mereka percaya gitu aja, mungkin bisa aja mereka itu ngusir kita." Sambungnya."Kalian mau ke rumah keluarga Petni ya?" Ibu itu datang lagi."Iya, Bu. Tapi sepertinya enggak jadi
Keesokan harinya, di masa lampau, Sumelika terbangun di ranjang kayu tanpa alas dengan keadaan kening dibaluri dengan daun sirih, tadi malam setelah pulang mengurus bayi. Bu Iis yang mendengar bahwa kening Sumelika terluka karena ulah keluarga Petni, langsung khawatir dan mengobati Sumelika. Syukurlah Sumelika bisa terobati meski saat bangun ia merasa sakit kepala. Sumelika berterimakasih banyak kepada Bu Iis karena telah mengobatinya."Iya, sama-sama, Neng. Ini juga kan kewajiban Ibu, hehe. Lagian sih kamu, sudah dibilangin jangan deketin keluarga Petni, tapi malah bandel juga, jadi gini kan akibatnya." Ucap Bu Iis."Maaf, Bu. Ini juga mendadak banget." Jawab Sumelika, cengengesan."Oh yasudah, kalian pulang aja ya. Bukan mengusir atau bagaimana, tapi Ibu takut kalian kena siksa keluarga itu lagi. Hari pertama, Neng Sumelika terkena akibatnya, siapa tahu di lain hari Eneng-Eneng semua yang malah kena akibatnya juga?" takut Bu Iis.
Sumelika, Romi, Desti, Tania dan Aisyah sedang berjalan-jalan di Desa Tengkorak, Romi menjelaskan kondisi Desa Tengkorak. Katanya Desa Tengkorak termasuk desa yang subur dibandingkan desa yang lain, walaupun tempatnya terpencil dan terpelosok jauh. Olahan teh dan padi di sini berkualitas tinggi, pula banyak madu-madu unggul di sana. Seluruh para warga Desa Tengkorak adalah petani, baik itu perempuan maupun laki-laki, karena mereka bisa bertahan hidup hanya mengandalkan hasil panen perkebunan dan lahan yang mereka punya.Para warga Desa Tengkorak adalah seorang petani, tetapi tidak untuk keluarga Petni. Keluarga Petni ialah seorang pemburu, dan rentenir yang kejam. Baru saja mereka membicarakan perihal keluarga Petni, salah seorang dari keluarga itu terlihat sedang berkomunikasi dengan petani yang kaya raya di sana."Ohoo, iya, Pak. Baik, Pak, hehe. Uangnya pas! Secepatnya serigalanya akan saya kirim ke Bapak." Cakap Tono, tersenyum lebar kepada sang petani, yang
Saat Tono salah sasaran, Tono tertawa terbahak-bahak bagaikan tak punya beban dosa. Sumelika melotot kepada Tono, Tono seketika berlari dengan kekehannya yang keras, memang keji. Saat Rindu sudah tertembak, Bu Iis datang, ia membawa Rindu ke rumahnya untuk diobati, Bu Arum pula ikut bersamanya.Setelah beberapa menit diobati dengan menggunakan bubuk kopi, perlahan Rindu tersadar, tetapi ia berteriak kesakitan. Luka bekas tembakan memang sangat sakit, butuh waktu beberapa bulan untuk memulihkannya.Hati Rindu sangat mulia, dia rela mengorbankan jiwanya sendiri demi orang yang sudah membantunya dan Ibunya. Sumelika pula tak menyangka bahwa Rindu akan menyelamatkan nyawanya dari tembakan Tono si bejat itu, ternyata suatu pepatah yang menyebutkan jika kita membuat 1 kebaikan, maka akan mendapatkan 10 kali lipat balasan itu memang benar adanya. Sumelika tak menyangka. Jika Rindu tidak ada, pasti maut sudah akan menjemputnya sekarang karena pada saat itu Tono akan meng
Malam gelap yang penuh dengan ketegangan tiba, di dalam gudang, Malika terus menangis ketakutan karena detik-detik transformasinya menjadi seorang manusia serigala akan tiba sebentar lagi. Malika yang duduk di kursi reyot itu hanya bisa meratapi nasibnya lagi. Sepanjang dia diklaim sebagai manusia serigala, dia terus meratapi kehidupannya yang kian lama kian pedih saja. Masa depan dan kariernya hancur dalam sekejap.Di dalam gudang ada Nenek Sumitra dan Sumedh juga, Sumedh tampak mempersiapkan borgol dan jeruji besi untuk waspada kepada Malika jika sewaktu-waktu Malika hilang kendali.Sekarang waktu telah menunjukan pukul 11.50 malam, itu artinya 10 menit lagi Malika akan bertranformasi menjadi manusia serigala yang sangat mengerikan. Malika, Sumedh dan Nenek Sumitra sangat tegang. Namun, di tengah ketegangan mereka itu, tiba-tiba saja terdengar suara ..."Hihihi!"seorang perempuan yang cekikikan!Itu adalah suara kuntilanak hita