Yasmine rasanya sudah benar-benar akan menjadi gila saat ini, bagaimana tidak? Niat hati ingin menolong seorang bocah SMA yang terluka. Tetapi dia malah ketiban sial kepergok beberapa orang yang lewat hingga dia dan bocah yang dia ketahui bernama Abidzar itu dituduh melakukan hal yang tidak-tidak, padahal kenyataan yang sebenarnya tidak begitu. Benar-benar gila! Hidupnya yang damai dan tentram kini malah terusik dengan kehadiran bocah SMA itu, dia sangat-sangat menyesal telah membantu bocah itu kabur dari para preman yang akan mengejarnya. Tahu begitu lebih baik dia biarkan saja bocah itu terluka, sebenarnya takdir macam apa yang tengah Tuhan berikan padanya? Dia benar-benar merasa tak habis pikir.
Dia melirik sekilas ke arah bocah yang masih mengenakan seragam SMA-nya itu, kini mereka sedang berada di perjalanan pulang setelah pernikahan penuh paksaan yang membuat Yasmine yang tak pernah mengeluarkan air mata sedikitpun tetapi beberapa jam lalu terisak-isak karena akan menikah dengan seorang bocah SMA. Ah dia kembali meralat ucapannya, bukannya akan tetapi mereka benar-benar sudah menikah. Dan Yasmine benci mengingat kejadian beberapa menit lalu itu, dia berharap semoga saja ini mimpi baginya bukannya kenyataan.
"Rumah lo di mana?" tanya Yasmine tiba-tiba, membuat pria berseragam SMA yang senantiasa menunduk itu mendongak hingga tatapannya dan Yasmine bertemu.
"R-rumahku?" tanyanya dengan sedikit tergagap.
"Iya, lo pikir gue tanya rumahnya siapa?" sarkas Yasmine membuat Abidzar menunduk.
"Rumahku ada di jalan Anggrek nomor 15," jawabnya.
Setelahnya mereka kembali diam, Yasmine yang sibuk menyetir sesekali mengumpat dalam hati sedangkan Abidzar yang sedari tadi menunduk. Sesekali Yasmine mencuri pandang ke arah bocah yang sudah resmi menjadi suaminya itu, ah bocah itu kenapa terlihat polos sekali? Yasmine segera merutuki ucapannya. Tentu saja dia masih polos, lihat saja seragam yang bocah itu kenakan. Mengingat bahwa dia tak lagi menjadi wanita lajang membuat Yasmine rasanya ingin kembali menangis.
"Yang mana rumah lo?" tanya Yasmine lagi hingga akhirnya Abidzar menunjukkan jalan ke rumahnya.
Mereka tiba di depan sebuah rumah bercat hijau yang terlihat sederhana dengan beberapa tanaman bunga serta sayuran yang berada di depan rumah itu, tanpa menunggu apapun Yasmine turun dari mobilnya. Dia memberikan isyarat pada Abidzar agar bocah itu ikut turun, sebenarnya bisa saja Yasmine langsung kabur dari sini. Tetapi dia tidak menginginkan hal itu, meksipun mereka hanya menikah sah secara agama tetap saja hal itu adalah hal yang sakral. Mungkin dia akan kembali memikirkan pernikahan aneh ini, apalagi bukankah dia memang akan mencari pria yang mau menikahinya agar dia bisa terbebas dari mantan pacarnya yang terlalu terobsesi padanya itu? Ah mendadak Yasmine memiliki ide itu.
"Assalamualaikum, Umi ...." Yasmine yang sedari tadi sibuk meneliti rumah minimalis ini langsung menoleh ke arah Abidzar yang sedang menghampiri seorang wanita paruh baya lalu menyalami tangan wanita itu dengan khidmat.
Dengan gaya yang sebenarnya canggung namun sebisa mungkin dia buat santai, Yasmine menghampiri dua orang itu. Dapat dia lihat wanita paruh baya itu memandang dirinya heran, tentu saja heran. Mungkin yang ada dipikiran wanita itu, siapa Yasmine? Yasmine bertambah canggung ketika wanita yang mengenakan kerudung abu-abu yang sangat lebar itu memandanginya dari atas hingga bawah. Seakan meneliti penampilannya yang terlihat aneh? Aneh? Ah entahlah dia tidak tau apa yang ada di pikiran wanita yang dipanggil Umi oleh bocah yang sudah menjadi suaminya itu.
"Ini siapa Dzar?" tanya Syifa–Umi Abidzar.
"D-dia-...." Perkataan Abidzar terhenti ketika Yasmine memotong dengan cepat perkataan bocah itu.
"Saya Yasmine Bu," ujar Yasmine kemudian menyalami tangan Umi Syifa.
"Kenapa kamu bisa bersama anak saya dan astaghfirullah, Nak. Wajah kamu kenapa?" Umi Syifa memegangi wajah Abidzar yang terluka, terlihat dengan jelas kepanikan di wajah sedikit keriput itu.
"Dzar gak apa-apa kok Umi," ucap Abidzar sambil tersenyum menenangkan Uminya.
"Jadi begini Bu, tadi saat saya akan pulang. Saya melihat Abidzar yang sedang dikejar dengan beberapa preman, akhirnya saya meminta Abidzar menaiki mobil saya dan-...." Yasmine tersentak ketika Umi Syifa tiba-tiba menggenggam tangannya dengan erat.
"Terima kasih banyak Nak, kamu sudah menolong anak Umi. Ayo silakan masuk dulu, maaf tadi Umi lupa menawarkan masuk. Kita malah berdiri di sini sedari tadi, ayo masuk." Umi Syifa meminta Yasmine dan Abidzar memasuki rumah minimalis itu.
Yasmine duduk disebuah single sofa, bersama dengan Abidzar yang masih memakai seragamnya yang duduk bersebrangan dengannya. Sedangkan Umi Syifa pergi ke dapur mengambilkan minum untuk Yasmine dan Abidzar sekaligus mengambil kotak obat, Abidzar memang belum sempat diobati tadi. Sudut bibir pria itu masih terluka, ditambah beberapa luka lebam di beberapa bagian wajahnya.
"Ini Nak silakan diminum," ucap Umi Syifa kemudian meletakkan dua gelas jus di atas meja.
"Terima kasih Bu," ujar Yasmine sambil tersenyum kemudian menyesap sedikit jus itu untuk mengurangi sedikit dahaganya.
"Aduh, sakit Umi." Yasmine dapat mendengar Abidzar merintih ketika Umi Syifa mengobati lukanya.
"Makanya kamu ini dibilangin sama Umi suka ngeyel sih, biar Abi aja yang mengantarkanmu. Masih aja maunya mandiri, sekarang kamu luka kan? Untung saja kamu baik-baik saja, Nak. Umi khawatir sama kamu," ucap Umi Syifa sambil meneteskan Betadine di atas kapas kemudian menempelkan kapas itu diluka Abidzar.
"Sekali lagi terima kasih ya Nak, kamu sudah menolong putra Umi." Umi Syifa kembali berbicara pada Yasmine ketika dia sudah mengobati luka Abidzar.
"Iya, oh iya Bu. Sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan," ucap Yasmine tiba-tiba. Dia tidak ingin menyembunyikan hal ini lama-lama, biar bagaimanapun juga Umi Syifa harus tahu kalau putranya yang masih SMA itu sudah memiliki istri yang tak lain adalah dirinya sendiri.
Abidzar mendadak menjadi gugup ketika Yasmine mengatakan hal itu, dia seperti sudah tahu apa yang akan wanita dewasa itu katakan pada Uminya.
"Ada apa Nak?" tanya Umi Syifa yang mengerti kalau ada yang tidak beres dengan ucapan Yasmine yang terlihat agak ragu sedangkan putranya yang terlihat sangat gugup.
Akhirnya Yasmine pun menceritakan segalanya, dari awal sampai akhir mereka bisa tiba di sini. Tidak ada yang ia tutupi, Umi Syifa yang mendengar cerita Yasmine pun menutup mulutnya. Dia tak percaya kalau putranya yang masih SMA ternyata kini sudah menikah dengan wanita dewasa karena kesalahpahaman yang terjadi, mendadak Umi Syifa merasa bersalah.
"Maafkan kami ya Nak, gara-gara kamu yang menyelamatkan putra Umi. Kamu sampai dituduh melakukan yang tidak-tidak, tapi Umi mohon semoga kamu tidak ingin berpisah dari anak Umi. Umi tidak mau Abidzar menjadi duda di umurnya yang masih sangat muda ini, maaf jika Umi terkesan egois padamu." Yasmine tersenyum mendengarnya, bercerai? Tentu saja dia tidak akan mungkin melepaskan Abidzar begitu saja. Apalagi jika bocah SMA itu bisa membuatnya terlepas dari jerat mantan pacarnya yang terobsesi padanya.
"Saya tentu tidak akan bercerai begitu saja dengan Abidzar, meskipun kami menikah karena kesalahpahaman. Tetapi menurut saya pernikahan itu hal yang sakral yang tidak bisa dimainkan begitu saja, sebelumnya saya ingin bertanya. Apakah Ibu menerima saya sebagai menantu Ibu? Yah mengingat usia kami yang terpaut cukup jauh seperti ini." Yasmine mengajukan pertanyaan itu pada Umi Syifa.
"Semuanya sudah menjadi takdir kalian, tentu saja Umi menerimamu sebagai menantu Umi dengan sepenuh hati." Yasmine tersenyum mendengarnya, walau dia tahu kalau Umi Syifa itu menerimanya karena mungkin takut akan ada hal lain yang akan keluarga itu alami jika mereka melakukan kesalahan. Melihat pakaian Yasmine yang terkesan begitu modis seperti itu, tentu saja beliau tahu Yasmine bukan sembarang orang. Apalagi bukan wanita itu yang mencari masalah, melainkan wanita itu sudah sangat baik membantu putranya dari masalah dan kini wanita itu malah terjerat masalah.
Siapa yang menunggu cerita ini up? Komen ya^-^
Rasanya Yasmine masih belum percaya bahwa kelajangannya hanya bertahan di usianya yang ke dua puluh lima tahun, masih segar diingatannya insiden beberapa jam lalu yang membuat statusnya yang dulu sendiri kini berubah menjadi seorang istri. Kini dia sedang duduk ditepi ranjang milik Abidzar dengan memakai pakaian dari laki-laki itu karena dia memang tidak membawa baju ganti, dia kembali melamunkan hal yang tak pernah terbayangkan akan begitu cepat menghampirinya. Dia merasa apa ya? Sangat-sangat tidak percaya bahwa ini adalah takdirnya, karena setahunya bukankah takdir memang Allah yang menentukan tetapi manusialah yang berusaha. Bukankah benar begitu? Lantas dari mana usahanya kini? Jawabannya tak ada sama sekali, yang ada adalah usaha para warga setempat yang menikahkannya secara paksa dengan Abidzar.Wanita itu membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, di sana dia melihat Abidzar keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya
Hari ini Yasmine ada jadwal pemotretan, dia menjadi brand ambassador salah satu produk shampo yang akan ditampilkan di televisi. Sebenarnya dia sudah berkali-kali menjadi brand ambassador berbagai macam produk, mulai dari kecantikan, kesehatan dan makanan. Tetapi rasanya baru kali ini dia merasa sangat bersemangat, tentu saja dia bersemangat. Karena hari ini dia tak hanya berpose sendiri melainkan juga dengan salah satu aktor tampan yang juga menjadi brand ambassador di iklan shampo ini, namanya Rendy Harahap. Rendy adalah salah satu aktor blasteran Indo-Australia yang sangat tampan sekali, dia juga merupakan aktor favorit Yasmine, ah Yasmine sudah tidak sabar ingin bertemu dengan aktor idolanya itu.Meskipun Yasmine sudah menjadi model papan atas, tetapi dia tidak ingin beradu akting. Cukup dia membintangi beberapa iklan di televisi saja, jika untuk bermain peran dia belum siap. Padahal ada beberapa sutradara yang menawarinya bermain film bersama dengan a
Pemotretan sudah selesai dilakukan oleh Yasmine dan Rendy, mereka kini sedang duduk untuk beristirahat sejenak barulah bisa lanjut dengan beberapa pemotretan namun dengan tema yang berbeda juga pasangan yang berbeda. Sedari tadi Yasmine tak henti-hentinya tersenyum sambil menatap Rendy dengan tatapan yang berbinar-binar, dia menatap senang ke arah buku yang tengah dia pegang. Di sana ada goresan tanda tangan Rendy Harahap, aktor idolanya. Pria berusia tiga puluh lima tahun namun masih terlihat tampan dengan bulu-bulu halus yang menghiasi dagunya itu ternyata orang yang sangat ramah, Yasmine tidak pernah menyangka kalau dibalik wajah sangar Rendy ternyata pria itu orang yang begitu ramah."Yasmine cari makan dulu yuk," ajak Rika membuat kedua orang yang asyik berbincang itu menatap kearahnya."Oke Mbak, emmm ... Mas Rendy, saya ikut Mbak Rika ya mau makan siang? Atau Mas Rendy mau ikut kami?" tanya Yasmine berbasa-basi.
Sangat lelah sekali Yasmine rasakan usai pemotretan, ia memilih langsung pulang setelah pekerjaannya selesai. Sebenarnya ada undangan makan malam bersama nanti oleh atasannya dan bersama pegawai yang lainnya, nanti akan ia pikirkan lagi apakah ia akan datang atau tidak. Mengingat semua hal yang terjadi saja sudah membuat Yasmine pusing, entah bagaimana nanti jika ia datang ke pesta dan bertemu dengan Putra lagi. Meskipun mereka berpacaran hanya sebentar, tetapi Yasmine jelas saja paham sifat yang dimiliki Putra. Pria itu tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan, dan Yasmine sangat membenci dirinya yang mengetahui fakta itu. Bagaimana ya caranya membuat Putra tak lagi mengejarnya?"Yasmine, udah sampai nih. Lo enggak mau turun?" Lamunan Yasmine terhenti ketika suara Rika mengintrupsinya."Eh? Udah sampai ya, Mbak?" tanya Yasmine sedikit linglung. Rika tertawa melihat itu, sepertinya tubuh Yasmine memang ada di sini
Yasmine kembali memikirkan bagaimana caranya agar Putra percaya bahwa ia telah menikah, pasalnya sejak ia membentak Putra beberapa jam lalu laki-laki itu terus saja menelepon. Bukannya Yasmine sengaja agar laki-laki itu terus meneleponnya, ia sudah berkali-kali memblokir nomor laki-laki itu. Namun, nyatanya Putra memiliki seribu satu cara untuk menghubungi Yasmine yaitu dengan nomor baru. Niatnya Yasmine sih tidak mau mengangkat nomor yang tidak dikenal karena takut kalau sampai itu Putra, tetapi ia juga takut kalau sampai yang menghubunginya orang penting bagaimana? Atau-atau malah agensi modelnya? Kan kacau karirnya hanya gara-gara ingin menghindar dari Putra.Ia juga masih memikirkan siapa yang akan ia bawa ke pesta malam nanti, tidak mungkin ia datang sendiri karena sudah bisa dipastikan Putra akan mengganggunya. Atau ia menyewa seorang pria saja ya untuk ia ajak? Lah, Yas? Ngapain lo pake nyewa pria segala? Di rumah lo loh udah ada laki-laki ganteng y
Malam hari telah tiba dan itu berarti Yasmine harus sudah bersiap untuk datang ke pesta itu, ia menatap pantulan wajahnya yang sudah dipoles make-up natural. Jika biasanya make-up yang ia kenakan cukup tebal untuk menghadiri acara pesta seperti ini, tetapi kini ia memilih make-up natural. Apa alasannya? Tahu sendiri lah kalau hari ini ia membawa suami berondongnya, ia tidak mau ya kalau sampai dikira tante girang yang suka sama berondong. Yah walaupun sebenarnya hal itu memang benar adanya, eits yang benar itu ya itu suaminya adalah berondong. Sedangkan tante? Aih ia bahkan masih sangat muda untuk disebut tante. Setelah berkutat dengan make-upnya akhirnya ia membalikkan tubuhnya, bertepatan dengan itu Abidzar keluar dari kamar mandi. Sejenak Yasmine terpana dengan penampilan Abidzar yang sangat tampan itu, astaga ternyata dengan memberikan tampilan yang berkelas seperti itu ketampanan Abidzar semakin terlihat. Yasmine sih mengakui kalau Ab
Putra jelas saja tak menyerah begitu saja, meskipun kenyataannya memang benar jika wanita idamannya itu sudah menikah ia akan merebut apa yang seharusnya menjadi miliknya. Ia yakin kalau ada yang tidak beres dengan pernikahan Yasmine, perjodohan? Bahkan Putra sama sekali tidak percaya dengan perkataan Yasmine semalam. Bisa saja 'kan Yasmine hanya menikah kontrak dengan laki-laki yang bahkan usianya lebih muda darinya, bahkan laki-laki yang semalam dibawa oleh Yasmine terlihat seperti bocah SMA. Yang benar saja? Ia sungguh tidak terima dengan kenyataan kalau Yasmine lebih memilih bersama laki-laki muda itu daripada dirinya yang pastinya lebih dari segalanya ini.BRUKKK"M-maaf aku enggak sengaja." Putra menggeram kesal ketika ada seorang mahasiswa yang sepertinya adik tingkatnya tidak sengaja menabraknya hingga minuman yang ia bawa terjatuh dan kini pakaian yang ia kenakan menjadi basah.Ia menatap laki-laki y
Abidzar pulang ke apartemen Yasmine dengan wajah babak belur sambil memegangi perutnya yang terasa begitu nyeri, sangat tidak memungkinkan jika ia pulang ke rumahnya untuk diobati. Apalagi jika ia pergi ke klinik terdekat, ia sedang tak membawa uang karena tadi pagi begitu terburu-buru pergi ke kampus. Abidzar berharap kalau di apartemen ada kotak obat dan tidak ada istrinya, kalau sampai Yasmine ada wanita itu pasti akan menanyakan macam-macam padanya. Abidzar tidak mau berkata jujur dan ia juga tak mau berbohong siapa yang telah melakukan semua ini padanya, lebih baik memang menghindari. Mungkin setelah diobati luka itu tak terlalu terlihat nantinya setelah Yasmine pulang."Assalamualaikum, Pak." Seperti biasanya, Abidzar akan menyapa salah seorang satpam yang tengah berjaga di depan gerbang gedung apartemen ini."Waalaikumsalam, eh Nak Abidzar. Itu mukanya kenapa? Habis berantem sama teman?" tanya Pak Sapto–nama satpam i