Pemotretan sudah selesai dilakukan oleh Yasmine dan Rendy, mereka kini sedang duduk untuk beristirahat sejenak barulah bisa lanjut dengan beberapa pemotretan namun dengan tema yang berbeda juga pasangan yang berbeda. Sedari tadi Yasmine tak henti-hentinya tersenyum sambil menatap Rendy dengan tatapan yang berbinar-binar, dia menatap senang ke arah buku yang tengah dia pegang. Di sana ada goresan tanda tangan Rendy Harahap, aktor idolanya. Pria berusia tiga puluh lima tahun namun masih terlihat tampan dengan bulu-bulu halus yang menghiasi dagunya itu ternyata orang yang sangat ramah, Yasmine tidak pernah menyangka kalau dibalik wajah sangar Rendy ternyata pria itu orang yang begitu ramah.
"Yasmine cari makan dulu yuk," ajak Rika membuat kedua orang yang asyik berbincang itu menatap kearahnya.
"Oke Mbak, emmm ... Mas Rendy, saya ikut Mbak Rika ya mau makan siang? Atau Mas Rendy mau ikut kami?" tanya Yasmine berbasa-basi.
"Kalian duluan saja, kebetulan saya sedang menunggu istri saya." Yasmine mengangguk, Yasmine memang sudah tahu kalau Rendy Harahap itu sudah menikah. Dia pernah melihat beberapa kali istri dari pria itu melalui televisi, karena setiap ada acara nominasi para artis maka setiap yang memiliki pasangan pasti akan membawa turut serta pasangannya.
"Ya sudah kalau begitu saya pamit ya Mas Rendy?" Rendy mengangguk dan membiarkan Yasmine dan Rika pergi dari hadapannya.
"Mau ngapain lagi lo?" tanya Yasmine sinis ketika di depannya sudah berdiri Putra yang tersenyum manis padanya, kedua tangan laki-laki itu dimasukkan ke dalam saku celana jeans-nya.
"Nungguin kamu lah Sayang, emang aku mau nungguin siapa lagi? Kita udah lama ya enggak makan bareng, makan siang bareng yuk! Mumpung pemotretanku masih lama." Yasmine malah melengos, dia berjalan dengan cepat menunju mobil mengabaikan Putra yang memanggil-manggil namanya.
"Dasar bocah sarap!" umpat Yasmine ketika dia sudah duduk di bangku penumpang dengan kepala yang menyandar, dia memijiti kepalanya yang terasa mau pecah.
"Sarap-sarap gitu pernah jadi kekasih hati lo loh Yas," goda Rika sambil menjalankan mobilnya.
"Nyesel gue pernah nerima dia, karena Vida aja gue mau nerima dia. Coba kalau Putra itu bukan adiknya Vida, ogah gue deket-deket sama bocah yang sok kegantengan itu." Yasmine masih merasa sangat kesal dengan kejadian tadi, rasanya dia mau muntah ketika melihat senyum Putra.
"Kenyataannya Putra emang ganteng kali Yas, kalau dia enggak ganteng mana mungkin kan dia jadi model? Banyak loh cewek yang naksir sama dia, tapi ya itu dia udah kepincut sama lo. Gue masih heran kenapa lo mutusin dia gitu aja? Setahu gue kalian baik-baik aja, tiba-tiba gue dengar kalau kalian putus." Yasmine terdiam, dia kembali mengingat alasan mengapa dia memutuskan Putra.
"Malah ngelamun lo!" Wanita itu tersentak ketika Rika menoel bahunya.
"Udah sih enggak usah bahas dia lagi! Gue udah nikah juga sama Abidzar," ujar Yasmine dengan suara tingginya.
"Eciee yang udah nikah, diakuin nih ye suami berondongnya?" goda Rika lagi membuat Yasmine merasa sangat kesal dengan asistennya itu. Kalau saja usia Rika tak lebih tua darinya, mungkin dia akan menjitak kepala Rika habis-habisan. Wanita di sampingnya ini benar-benar menyebalkan, tak ada bosan-bosannya menggoda dirinya.
"Nyetir yang bener lo Mbak, gue enggak mau ya mati di usia muda. Apalagi itu karena lo," ujar Yasmine kesal.
"Santai aja sih Yas, lo bawaannya sensi amat? Oh iya kita mau makan siang di mana nih?" tanya Rika mengalihkan topik, daripada singa galak itu semakin galak.
"Ke restoran Jepang aja deh Mbak, gue lagi pengen makan ramen nih." Rika mengangguk dan menjalankan mobilnya menuju restoran Jepang yang sudah sangat sering mereka kunjungi.
Sesampainya di restoran Jepang, mereka mengambil tempat paling pojok dan memanggil waiters untuk mengambilkan pesanan mereka. Dua orang itu sama-sama sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, Yasmine yang sekedar mengecek akun sosmednya sedangkan Rika yang tengah mengecek beberapa email yang masuk dari beberapa agensi model. Hingga mereka tak sadar ada seorang laki-laki yang memang sedari tadi mengikuti mobil mereka sudah duduk tepat di hadapan Yasmine, siapa lagi kalau bukan Putra? Laki-laki itu memperhatikan wajah serius Yasmine sambil tersenyum.
"Ini Mbak, Mas pesanannya," ujar seorang waiters itu sambil menaruh beberapa piring dan mangkuk di atas meja.
"Makasih Mbak, lo ngapain di sini!?" Yasmine refleks berteriak ketika melihat Putra yang duduk tepat di hadapannya.
"Lo ngikutin gue ya!?" tanyanya lagi ketika Putra hanya diam.
"Yasmine tenang, malu tau. Itu kita jadi diliatin banyak pengunjung tuh," bisik Rika membuat Yasmine akhirnya tersadar. Dia menghela napasnya untuk menghalau emosi yang masih menggelora ketika melihat sang mantan laknat yang ada di depannya.
"Mbak boleh pergi," ujar Rika membuat waiters itu mengangguk kemudian pergi.
"Pindah meja sana lo!" bisik Yasmine pelan namun dengan penuh penekanan.
"Enggak mau, ada bangku yang kosong di sini kenapa aku harus pindah? Lagian bangku yang lain pada penuh. Kamu enggak kasihan sama aku?" Putra mulai menunjukkan wajah puppy eyes-nya, bukannya merasa iba Yasmine malah merasa semakin muak dengan keberadaan makhluk astral di hadapannya.
"Terserah lo deh!" ucapnya ketus kemudian memilih memakan ramenya walau rasanya dia sudah tak selera makan karena ada makhluk astral bernama Putra.
"Senang deh akhirnya aku bisa makan siang lagi sama kamu, ya walaupun bertiga sih sama Mbak Rika." Putra melirik sekilas kearah Rika kemudian kembali menatap Yasmine.
Yasmine mengabaikan omongan dan kehadiran Putra, dia lebih memilih mempercepat makannya agar dia bisa pergi dari sini. Dia tidak mau berlama-lama dengan laki-laki penuh obsesi itu, dia tidak ingin memberikan harapan pada Putra. Dia sudah menikah dan Abidzar suaminya, ya meskipun usia Putra lebih tua dari Abidzar tetapi dia lebih memilih terperangkap bersama Abidzar daripada dengan Putra. Tahu sendiri kan alasannya apa?
"Mbak lo udah selesai belum? Kalau udah yuk kita pergi," ujar Yasmine membuat Rika yang sedang asyik menikmati es krim rasa matcha miliknya menatap Yasmine tanda protesnya.
Yasmine memberikan kode pada Rika dengan delikan matanya, membuat sang asisten pun mau tak mau menuruti permintaan model papan atas itu.
"Gue tunggu di mobil aja ya Mbak, lo yang bayar di kasir ya? Ini uangnya." Setelah memberikan uang, Yasmine beranjak pergi.
"Mbak gue juga titip ya bayarnya," ucap Putra sambil memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan pada Rika yang tersenyum senang karena mendapat jackpot sebesar itu hanya untuk membayar makanan.
"Yasmine tunggu dulu!" Putra mencekal pergelangan tangan Yasmine ketika wanita itu akan memasuki mobil.
"Lo apa-apaan sih!? Lepas enggak!? Sakit tahu!" Yasmine menyentak dengan kasar.
"Aku enggak mau tahu pokoknya kita harus balikan, aku enggak mau putus dari kamu. Kita balikkan lagi ya? Please jangan menghindar lagi dari aku, aku janji aku akan berubah jadi lebih baik lagi." Yasmine tersenyum miring.
"Yakin lo bisa berubah jadi lebih baik? Enggak ngekang gue lagi?" tanyanya yang dibalas anggukan cepat dari Putra.
"Bulshit tahu enggak!? Kata-kata itu adalah yang kesekian kalinya gue dengar, nyatanya lo tetap hilang kendali." Yasmine membuka pintu mobil tanpa sedikitpun melirik ke arah Putra.
"Oh iya ...." Dia kembali berbalik.
"Gue ingetin sama lo, jauhin gue karena gue udah nikah! Walau lo bilang lo mau berubah lah, apa lah gue enggak peduli. Mbak, udah kan? Ayo kita balik." Putra terdiam menatap kepergian mobil yang sudah melaju meninggalkannya dengan tangan yang terkepal kuat, dia tidak akan pernah percaya kalau Yasmine sudah menikah. Bisa saja kan wanita itu membohonginya agar dia menjauh?
Usia kandungan Yasmine kini sudah menginjak bulan ketujuh, perutnya semakin lama semakin membesar. Abidzar selaku suami Yasmine pun menjadi sedikit overprotektif pada sang istri karena kondisi Yasmine saat hamil anak pertama dan kedua itu sangat berbeda. Jika saat hamil Ayisha maka mual dan muntah tak terlalu sering Yasmine alami, maka saat hamil anak kedua ini Yasmine sangat sering mengalami itu. Bahkan saat usia kandungannya masuk bulan ketujuh, mual dan muntah itu tetap dialaminya. Meskipun tak separah saat masih berada di awal-awal bulan kehamilannya. Karena kondisi Yasmine yang mudah lelah jika melakukan pekerjaan berat, maka dari itu Abidzar akhirnya menyewa jasa pembantu di rumahnya agar bisa membantu Yasmine dan Ayisha saat ia tidak ada di rumah.Sengaja Abidzar menyewa pembantu yang sudah berumur untuk menghindari rasa cemburu istrinya yang terkadang berlebihan itu. Bukankah lebih baik menghindari ketimbang bertengkar dulu? Lagipula, Abidzar juga
Waktu berjalan begitu cepat sekali, tak terasa kalau pernikahan Abidzar dan Yasmine sudah berlangsung selama lima tahun. Itu berarti usia Ayisha, putri mereka, sudah tiga tahun setengah. Abidzar pun sudah lulus dari kuliahnya dan mendapatkan sebuah pekerjaan menjadi salah satu karyawan di sebuah perusahaan yang cukup besar. Yasmine merasa bangga sekali pada suami berondongnya itu, Abidzar merupakan sosok laki-laki pekerja keras, sayang keluarga dan sangat bertanggung jawab. Yasmine tak pernah menyesali keputusannya mengorbankan dunia modellingnya demi menjadi istri dan ibu rumah tangga seutuhnya untuk Abidzar karena apa yang Abidzar katakan benar-benar terjadi. Di mana jika kita ikhlas melakukan suatu perbuatan baik, maka kebaikan itu akan Allah balas dua kali lipat dari apa yang pernah dikorbankan.Ayisha pun tahun depan sudah bisa masuk sekolah TK, pertumbuhan anak itu semakin pesat sekali. Ayisha merupakan anak yang sangat pandai, di usia kurang dari sa
Hari ini Abidzar libur kuliah, bengkel tempatnya kerja pun tutup karena pemiliknya ada acara. Hal itu membuat Abidzar dapat menghabiskan waktunya bersama dengan sang istri tercinta dan putrinya yang tersayang. Sangat jarang Abidzar libur kerja bersamaan dengan libur kuliah, sehingga hari ini Abidzar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Maka dari itu, laki-laki itu mengajak Yasmine dan Ayisha jalan-jalan. Bukan ke tempat yang mewah ataupun yang mahal, hanya jalan-jalan ke sebuah taman dan kebun binatang saja. Ayisha sudah semakin besar saat ini, walau ia belum bisa berjalan karena belum cukup umurnya. Namun, anak itu sudah sangat pandai sekali berbicara meskipun agak sedikit belepotan saat berucap."Yah! Yah! Yah!" Ayisha memanggil Abidzar sambil menunjuk hewan leher panjang yang ada di hadapan mereka saat ini."Itu namanya hewan jerapah, lehernya memang panjang dan warnanya oren dan sedikit kecoklatan," ujar Abidzar me
Setelah kurang lebih satu minggu dirawat usai persalinan, akhirnya Yasmine sudah diperbolehkan pulang. Mereka akan pulang ke rumah sederhana milik Abi Nazar, pria paruh baya itu berkata kalau ia ingin menghabiskan waktu bersama cucu pertamanya sebelum terbang ke Kediri untuk menghadiri sebuah pengajian akbar yang menjadikannya sebagai tamu undangan. Baik Yasmine maupun Abidzar pun tidak masalah, bagi mereka asalkan orangtua bahagia maka mereka akan menuruti. Apalagi keinginan orangtua itu bukanlah hal yang buruk, jelas saja tidak ada alasan untuk menolak. Mengingat Abi Nazar yang sudah sangat baik sekali menerimanya menjadi seorang menantu, tentunya Yasmine tidak ingin membuat ayah mertuanya itu terluka.Tak hentinya Yasmine mengucap syukur sambil menatap bayi mungil yang ada di gendongannya ini, betapa ia bersyukur karena Allah maha baik kepadanya. Memberikan sebuah kebahagiaan tak terkira seperti ini, tak hanya suami yang baik, shalih nan pengertian, ia juga mendapat mertua
Ayisha Fatimatuzzahra, nama putri pertama dari pasangan Abidzar dan Yasmine. Ya, setelah sembilan bulan mengandung, akhirnya putri mereka lahir ke dunia. Nama indah itu Abi Nazar yang memberikannya, beliau sangat antusias sekali dalam memberikan nama cucu pertamanya itu. Abidzar yang merupakan ayah dari putrinya sendiri pun tak dapat menolak keinginan abinya, hingga akhirnya Abi Nazar lah yang memberikan nama itu. Beruntung sekali Yasmine sama sekali tidak rewel soal siapa yang memberikan nama pada putrinya, Yasmine malah merasa sangat senang karena mertuanya berkenan memberikan nama pada putrinya dan Abidzar. Itu pertanda bahwa Abi Nazar sangat menyayangi Ayi– nama panggilan untuk putri mereka yang tentu saja Abi Nazar yang menentukan.Abidzar merupakan anak tunggal, jelas saja Abi Nazar akan begitu antusias. Apalagi ini merupakan cucu pertamanya, sudah lama pria paruh baya itu mendambakan memiliki seorang cucu. Terutama cucu perempuan karena berhub
Untuk pertama kalinya setelah masalah yang dilalui oleh Yasmine, Abidzar dan Yasmine baru berani menginjakkan kakinya kembali menuju rumah Abi Nazar dan Umi Syifa. Mereka akan bersilahturahmi sekaligus memberitahu kalau semua masalah yang mereka alami kini sudah terselesaikan, bahkan orang-orang yang terlibat pun sudah mendapatkan hukuman yang setimpal. Mereka berharap, terutama Yasmine. Semoga saja Abi Nazar berkenan menerimanya sebagai seorang menantu, sungguh Yasmine sama sekali tidak ingin berpisah dari Abidzar. Hatinya sudah tertambat pada laki-laki yang usianya jauh lebih muda darinya yang merupakan suaminya sendiri, semoga saja Allah bisa menggerakkan hati Abi Nazar agar bisa menerima pernikahan mereka.Mengenai Umi Syifa, wanita paruh baya itu sama sekali tak marah pada Yasmine. Justru Umi Syifa adalah orang yang paling pertama mendukung Abidzar dan Yasmine, Umi Syifa juga sudah mengetahui kabar kehamilan Yasmine. Dan Umi Syifa senang mendengar itu
Kekesalan dan kemarahan Putra sudah mencapai ubun-ubun, ia begitu marah sekaligus kesal karena setelah ia menyebarkan fotonya bersama Yasmine ke media sosial. Ia berpikir Yasmine akan memohon-mohon dan kembali padanya, nyatanya wanita itu sama sekali tak menghubunginya dan bahkan tak ada kabar lagi bagai ditelan bumi. Kini ia harus lari dari kejaran para media yang memintanya mengkonfirmasi apa yang telah ia posting itu, Putra jelas saja akan dengan terang-terangan mengatakan kalau ia mencintai Yasmine. Sayangnya, kedua orangtuanya yang mengetahui rencana itu meminta agar Putra bersembunyi dan tidak muncul dulu di depan publik. Keluarga Putra tidak mau menanggung malu atas apa yang telah dilakukan oleh putranya itu.Kini Putra tengah bersembunyi di suatu tempat yang tidak akan orang lain tahu, bersama kedua temannya yang juga terlibat dalam rencananya itu. Tak lupa, ada tiga orang yang turut membantu rencananya itu, siapa lagi kalau bukan keluarga Yasmine.
Semenjak wajahnya dan Putra selalu muncul di layar televisi ataupun majalah, Yasmine sama sekali tidak berani keluar dari apartemen. Rika pun menyarankan agar Yasmine tak keluar dulu karena suasana sedang memanas, manager Yasmine itu berusaha mencari bukti kebenaran kalau Yasmine sama sekali tak bersalah. Jelas saja Rika tahu itu, Yasmine adalah wanita baik-baik yang pastinya tidak akan mungkin bisa melakukan hal sehina itu. Ini pasti ulah Putra, tetapi Rika sama sekali tidak bisa menghubungi Putra karena laki-laki itu seakan hilang ditelan bumi. Baik keluarga Putra pun bungkam mengenai isu perselingkuhan Yasmine dan Putra, mereka menutup mulut rapat-rapat dan selalu mengabaikan pertanyaan wartawan yang haus akan info.Sudah hampir dua bulan Yasmine menghilang dari peradaban dunia permodelan, beruntung sekali ia masih memiliki sisa tabungan yang cukup untuk menghidupinya. Sedangkan Abidzar sendiri, ia masih bisa keluar dari apartemen ketika tidak ada warta
PRAAKKK ....Sebuah suara keras karena ada sesuatu yang dibanting terdengar memenuhi sebuah ruangan, tepatnya itu berada di kamar Putra. Putra tak dapat menahan emosinya ketika mendapat sebuah pesan dari Yasmine, di mana wanita itu sama sekali tak mempedulikan ancamannya. Ia biarkan layar ponselnya retak dan hancur saking kuatnya ia membanting. Emosinya jelas tak bisa ditahan lagi, usahanya mendapatkan Yasmine ternyata sia-sia. Tahu begitu mengapa tidak sekalian ia melakukan hal yang lebih keji dari itu agar Yasmine tak lagi menolaknya? Sial! Benar-benar sial, dia yang terlalu bodoh dan terlalu percaya diri kalau Yasmine pasti akan kembali padanya. Namun, bagaimana bisa Yasmine tak panik? Atau jangan-jangan ...."Enggak! Enggak mungkin! Lo hanya milik gue Yasmine!" teriak Putra begitu frustasi sambil membanting semua barang yang ada di kamarnya."Putra, lo kenapa?" Prita-kakak Putra yang mendengar teriakan se