Rasanya Yasmine masih belum percaya bahwa kelajangannya hanya bertahan di usianya yang ke dua puluh lima tahun, masih segar diingatannya insiden beberapa jam lalu yang membuat statusnya yang dulu sendiri kini berubah menjadi seorang istri. Kini dia sedang duduk ditepi ranjang milik Abidzar dengan memakai pakaian dari laki-laki itu karena dia memang tidak membawa baju ganti, dia kembali melamunkan hal yang tak pernah terbayangkan akan begitu cepat menghampirinya. Dia merasa apa ya? Sangat-sangat tidak percaya bahwa ini adalah takdirnya, karena setahunya bukankah takdir memang Allah yang menentukan tetapi manusialah yang berusaha. Bukankah benar begitu? Lantas dari mana usahanya kini? Jawabannya tak ada sama sekali, yang ada adalah usaha para warga setempat yang menikahkannya secara paksa dengan Abidzar.
Wanita itu membalikkan tubuhnya ketika mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, di sana dia melihat Abidzar keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya. Sepertinya laki-laki itu habis keramas, beruntunglah Abidzar sudah memakai pakaian lengkapnya yaitu berupa celana sebatas lutut dengan kaus putih polos. Wajah laki-laki itu terlihat sangat cute sekali, wajar saja karena menurut Yasmine laki-laki yang beberapa jam lalu sudah resmi secara agama menjadi suaminya itu masih SMA. Ah kembali mengingat status laki-laki itu yang masih pelajar membuat Yasmine rasanya ingin membenturkan kepalanya ke tembok agar dia hilang ingatan sekalian, siapa tahu dengan hal itu dia bisa melupakan segalanya.
"Mau ke mana?" Bibir Yasmine langsung menutup ketika suaranya tiba-tiba keluar saat melihat Abidzar yang akan pergi.
"Aku mau keluar ambil makanan buat kamu, kamu belum makan kan?" Suara laki-laki itu terdengar lembut membuat Yasmine terkesiap seperkian detik.
"Ya udah gue tunggu di sini." Nadanya kembali ketus seperti awal membuat Abidzar tersenyum tipis kemudian keluar dari kamar.
Yasmine menghela napasnya, dia benar-benar seperti terkurung di dalam sini. Sebenarnya dia sudah akan pulang ke apartemennya, namun tiba-tiba saja Nazar–Abinya Abidzar pulang ke rumah dan tentu saja pria paruh baya itu sangat kaget melihat keberadaannya. Umi Syifa pun menjelaskan semuanya, yang tak dia sangka adalah wajah ramah yang pria paruh baya itu berikan padanya berubah menjadi tak bersahabat. Pria yang sudah menjadi mertuanya itu seperti tak menyukainya, tentu saja mengingat Yasmine yang pada hari itu memakai pakaian yang cukup seksi hingga mempertontonkan auratnya.
Wanita itu jelas paham sealim apa keluarga ini, dan sialnya kini dia harus terjebak dengan keluarga ini. Astaga rasa-rasanya kepalanya mau pecah memikirkan hal-hal aneh yang mungkin akan terjadi padanya beberapa saat lagi, lamunannya terhenti ketika Abidzar kembali membuka pintu kamar dan berjalan perlahan menghampiri Yasmine dengan sebuah nampan berisi makanan dikedua sisi tangannya.
"Kamu tadi kenapa enggak mau ikut makan aja di bawah?" tanya Abidzar sambil meletakkan nampan itu di atas nakas.
Mendengar pertanyaan itu, Yasmine menatap sengit laki-laki di hadapannya. Apakah laki-laki itu tidak sadar, segarang apa Abi Nazar ketika melihatnya? Bahkan pria paruh baya itu dengan terang-terangan mengomentari caranya berpakaian dan hal itu benar-benar membuat Yasmine geram. Dia sadar kalau dirinya memang jauh dari kata wanita shalihah, tetapi dia memang benar-benar belum siap untuk berubah.
"Jangan berlagak sok enggak tau deh lo, bukannya lo juga lihat seenggak suka apa Bokap lo sama gue?" ujarnya ketus kemudian mengambil nampan berisi piring itu. Baru saja dia akan menyuapkan makanan ke mulutnya, namun terhenti ketika Abidzar menahannya.
"Apa sih? Gue laper tau!" sentak Yasmine kesal.
"Baca doa dulu sebelum makan," peringat Abidzar.
"Oh iya gue lupa." Akhirnya setelah membaca doa, Yasmine memakan makanan sederhana itu dengan lahap. Entah karena dia yang sangat kelaparan, atau memang rasa masakannya enak.
"Lo tahu enggak? Gue hampir aja mati kelaparan, ah coba aja gue dibolehin keluar udah dari tadi gue kabur. Bokap lo tuh ya, kayak gue anaknya aja pake ngelarang-larang segala." Yasmine terus saja berbicara disela makannya.
"Makan dulu, bicaranya nanti aja. Nanti keselek loh-...." Uhuk...
Belum sempat Abidzar menyelesaikan perkataannya, Yasmine sudah keselek beneran. Dengan sigap laki-laki itu memberikan segelas air putih kepada Yasmine yang langsung diminum oleh wanita itu, setelah meminum air putih itu Yasmine kembali melanjutkan makannya. Sesekali dia melirik sekilas ke arah Abidzar yang kadang curi-curi pandang padanya, dan ketika tatapan mereka bertemu Abidzar langsung memalingkan wajahnya karena malu. Hal itu membuat Yasmine tersenyum jahil, dipikirkannya Abidzar ini adalah tipe laki-laki polos. Hmm sepertinya enak mengerjai bocah ini, batin Yasmine.
"Tuh kan apa yang aku bilang." Yasmine menatap kesal Abidzar yang menurutnya sangat cerewet, perasaan tadi laki-laki ini sangat pendiam sekali tetapi mengapa jadi berubah cerewet seperti ini?
"Perasaan gue dari tadi lo pendiem deh, kenapa sekarang jadi cerewet gini?" tanya Yasmine sambil mengusap mulutnya dengan tisu yang selalu dia bawa di dalam tas.
"Aku enggak cerewet kok, aku cuma kasih tau hal yang benar aja. Memangnya salah?" tanya Abidzar polos dan hal itu membuat Yasmine memberengut kesal.
"Enggak usah sok polos deh, muak gue lihatnya." Dahi Abidzar berkerut ketika mendengar perkataan Yasmine.
"Sok polos gimana?" Yasmine bersedekap, dia menatap Abidzar dengan intens dan hal itu membuat laki-laki itu sedikit salah tingkah.
"Gue yakin lo enggak sepolos apa yang gue lihat, buktinya aja lo habis diserang para preman kan? Ngaku lo! Lo pasti cari masalah kan sama mereka?" tuding Yasmine dengan mata memicing.
"Sebenarnya aku enggak ganggu mereka, cuma waktu itu aku pernah bantuin pedagang yang mau dipalak sama preman itu. Mungkin mereka mau balas dendam sama aku," jelas Abidzar sambil mengedikkan bahunya acuh.
Tentu saja Yasmine tidak akan pernah percaya dengan apa yang Abidzar katakan, bisa jadi laki-laki itu membual. Dia sangat tahu sekali pergaulan anak remaja zaman sekarang, jadi tidak mungkin jika Abidzar masih begitu polos. Sebaik-baiknya anak SMA, dia pasti pernah melakukan kejahatan. Dan dia menebak kalau Abidzar pun pernah melakukan, namun ketika pikiran Yasmine kembali mengingat keluarga Abidzar membuat wanita itu kembali berpikir. Kedua orang tua Abidzar sama-sama ahli agama, mana mungkin putra mereka jadi anak yang badung?
"Kamu melamun?" Yasmine terkejut ketika Abidzar melambaikan tangannya tepat di depan wajahnya, benarkah dia melamun?
"E-enggak gue enggak melamun," elak Yasmine sambil memalingkan wajahnya.
"Ah iya lo tidur di sofa aja ya? Gue risih kalau tidur bareng lo, enggak masalah kan? Atau gue aja yang tidur di sofa?" Ketika Yasmine akan beranjak, Abidzar menahan pergelangan tangan wanita itu.
"Enggak perlu, kamu tidur aja di ranjang. Biar aku yang di sofa," ucap Abidzar sambil tersenyum.
"Oke deh, tapi beneran enggak masalah kan? Gue agak enggak enak sebenarnya. Lo yang punya kamar tapi gue yang ngatur." Sadar diri juga ternyata lo Yas, batin Yasmine.
"Enggak apa-apa, kamu kan istri aku. Sudah seharusnya suami membuat istrinya merasa nyaman kan? Kamar ini juga kan sudah menjadi kamarmu." Yasmine tertegun mendengar perkataan Abidzar yang terdengar dewasa, astaga jantungnya kini berdetak lebih kencang dari biasanya. Yasmine menepisnya dan lebih memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Usia kandungan Yasmine kini sudah menginjak bulan ketujuh, perutnya semakin lama semakin membesar. Abidzar selaku suami Yasmine pun menjadi sedikit overprotektif pada sang istri karena kondisi Yasmine saat hamil anak pertama dan kedua itu sangat berbeda. Jika saat hamil Ayisha maka mual dan muntah tak terlalu sering Yasmine alami, maka saat hamil anak kedua ini Yasmine sangat sering mengalami itu. Bahkan saat usia kandungannya masuk bulan ketujuh, mual dan muntah itu tetap dialaminya. Meskipun tak separah saat masih berada di awal-awal bulan kehamilannya. Karena kondisi Yasmine yang mudah lelah jika melakukan pekerjaan berat, maka dari itu Abidzar akhirnya menyewa jasa pembantu di rumahnya agar bisa membantu Yasmine dan Ayisha saat ia tidak ada di rumah.Sengaja Abidzar menyewa pembantu yang sudah berumur untuk menghindari rasa cemburu istrinya yang terkadang berlebihan itu. Bukankah lebih baik menghindari ketimbang bertengkar dulu? Lagipula, Abidzar juga
Waktu berjalan begitu cepat sekali, tak terasa kalau pernikahan Abidzar dan Yasmine sudah berlangsung selama lima tahun. Itu berarti usia Ayisha, putri mereka, sudah tiga tahun setengah. Abidzar pun sudah lulus dari kuliahnya dan mendapatkan sebuah pekerjaan menjadi salah satu karyawan di sebuah perusahaan yang cukup besar. Yasmine merasa bangga sekali pada suami berondongnya itu, Abidzar merupakan sosok laki-laki pekerja keras, sayang keluarga dan sangat bertanggung jawab. Yasmine tak pernah menyesali keputusannya mengorbankan dunia modellingnya demi menjadi istri dan ibu rumah tangga seutuhnya untuk Abidzar karena apa yang Abidzar katakan benar-benar terjadi. Di mana jika kita ikhlas melakukan suatu perbuatan baik, maka kebaikan itu akan Allah balas dua kali lipat dari apa yang pernah dikorbankan.Ayisha pun tahun depan sudah bisa masuk sekolah TK, pertumbuhan anak itu semakin pesat sekali. Ayisha merupakan anak yang sangat pandai, di usia kurang dari sa
Hari ini Abidzar libur kuliah, bengkel tempatnya kerja pun tutup karena pemiliknya ada acara. Hal itu membuat Abidzar dapat menghabiskan waktunya bersama dengan sang istri tercinta dan putrinya yang tersayang. Sangat jarang Abidzar libur kerja bersamaan dengan libur kuliah, sehingga hari ini Abidzar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Maka dari itu, laki-laki itu mengajak Yasmine dan Ayisha jalan-jalan. Bukan ke tempat yang mewah ataupun yang mahal, hanya jalan-jalan ke sebuah taman dan kebun binatang saja. Ayisha sudah semakin besar saat ini, walau ia belum bisa berjalan karena belum cukup umurnya. Namun, anak itu sudah sangat pandai sekali berbicara meskipun agak sedikit belepotan saat berucap."Yah! Yah! Yah!" Ayisha memanggil Abidzar sambil menunjuk hewan leher panjang yang ada di hadapan mereka saat ini."Itu namanya hewan jerapah, lehernya memang panjang dan warnanya oren dan sedikit kecoklatan," ujar Abidzar me
Setelah kurang lebih satu minggu dirawat usai persalinan, akhirnya Yasmine sudah diperbolehkan pulang. Mereka akan pulang ke rumah sederhana milik Abi Nazar, pria paruh baya itu berkata kalau ia ingin menghabiskan waktu bersama cucu pertamanya sebelum terbang ke Kediri untuk menghadiri sebuah pengajian akbar yang menjadikannya sebagai tamu undangan. Baik Yasmine maupun Abidzar pun tidak masalah, bagi mereka asalkan orangtua bahagia maka mereka akan menuruti. Apalagi keinginan orangtua itu bukanlah hal yang buruk, jelas saja tidak ada alasan untuk menolak. Mengingat Abi Nazar yang sudah sangat baik sekali menerimanya menjadi seorang menantu, tentunya Yasmine tidak ingin membuat ayah mertuanya itu terluka.Tak hentinya Yasmine mengucap syukur sambil menatap bayi mungil yang ada di gendongannya ini, betapa ia bersyukur karena Allah maha baik kepadanya. Memberikan sebuah kebahagiaan tak terkira seperti ini, tak hanya suami yang baik, shalih nan pengertian, ia juga mendapat mertua
Ayisha Fatimatuzzahra, nama putri pertama dari pasangan Abidzar dan Yasmine. Ya, setelah sembilan bulan mengandung, akhirnya putri mereka lahir ke dunia. Nama indah itu Abi Nazar yang memberikannya, beliau sangat antusias sekali dalam memberikan nama cucu pertamanya itu. Abidzar yang merupakan ayah dari putrinya sendiri pun tak dapat menolak keinginan abinya, hingga akhirnya Abi Nazar lah yang memberikan nama itu. Beruntung sekali Yasmine sama sekali tidak rewel soal siapa yang memberikan nama pada putrinya, Yasmine malah merasa sangat senang karena mertuanya berkenan memberikan nama pada putrinya dan Abidzar. Itu pertanda bahwa Abi Nazar sangat menyayangi Ayi– nama panggilan untuk putri mereka yang tentu saja Abi Nazar yang menentukan.Abidzar merupakan anak tunggal, jelas saja Abi Nazar akan begitu antusias. Apalagi ini merupakan cucu pertamanya, sudah lama pria paruh baya itu mendambakan memiliki seorang cucu. Terutama cucu perempuan karena berhub
Untuk pertama kalinya setelah masalah yang dilalui oleh Yasmine, Abidzar dan Yasmine baru berani menginjakkan kakinya kembali menuju rumah Abi Nazar dan Umi Syifa. Mereka akan bersilahturahmi sekaligus memberitahu kalau semua masalah yang mereka alami kini sudah terselesaikan, bahkan orang-orang yang terlibat pun sudah mendapatkan hukuman yang setimpal. Mereka berharap, terutama Yasmine. Semoga saja Abi Nazar berkenan menerimanya sebagai seorang menantu, sungguh Yasmine sama sekali tidak ingin berpisah dari Abidzar. Hatinya sudah tertambat pada laki-laki yang usianya jauh lebih muda darinya yang merupakan suaminya sendiri, semoga saja Allah bisa menggerakkan hati Abi Nazar agar bisa menerima pernikahan mereka.Mengenai Umi Syifa, wanita paruh baya itu sama sekali tak marah pada Yasmine. Justru Umi Syifa adalah orang yang paling pertama mendukung Abidzar dan Yasmine, Umi Syifa juga sudah mengetahui kabar kehamilan Yasmine. Dan Umi Syifa senang mendengar itu