Hardian mengepalkan tangannya marah. Dan melemparkan kertas itu tepat mengenai wajah Milka pada foto mereka berdua yang terpajang ditengah-tengah ruang kamar.
"Dasar wanita breng*********" "Berani nya dia menolak ku, lihat saja Milka akan aku pastikan kamu akan memohon cinta ku kembali. Dan saat itu aku akan membalikkan keadaan yang sesungguhnya. Agar kamu sadar pria seperti apa yang sedang kamu hadapi.!!!Asisten Rey yang mendapatkan tugas baru teringat seorang juragan Aryo. Tetangga satu kampung nya dulu. yang sedang mengalami kebangkrutan, dan mempunyai hutang-hutang yang membuat usahanya semakin terpuruk, bahkan Aryo terpaksa mengadu nasip dikota besar ini.
"Sebaiknya aku menemui beliau, siapa tahu dia mau memberikan Prisla Untuk menjadi istri bayaran Bos Hardian." gumam Rey. Tersenyum seakan mendapatkan ide yang cemerlang. Dan Rey sangat yakin jika Hardian tidak akan menolak pesona kecantikan alami Prisla yang lemah lembut namun terlihat kampungan, mengingat selama ini prisla tidak pernah keluar dari lokasi kampung halaman nya itu.
Hari ini, genap usia Prisla 18 tahun, gadis cantik, hidung mancung kulit putih bersih seperti wanita Arab. bahkan banyak yang mengatakan jika Prisla adalah wanita paling cantik di desa nya. dia bagaikan kembang desa yang akan mekar.
Sayangnya, perjalan hidup Priska tidak seindah wajah cantiknya. dia hanya bisa menempuh pendidikan hingga jenjang bangku SMA, jauh dilubuk hatinya gadis cantik itu ingin kuliah agar bisa menjadi orang sukses dan membahagiakan ibu dan adiknya Anabel, namun dia hanya bisa mengubur dalam-dalam impiannya tersebut, untuk makan dan biaya sehari-hari saja dia dan ibu harus banting tulang dengan berjualan kerupuk singkong dipasarkan tradisional, itupun tidak seberapa ditambah lagi ibu yang mulai sakit-sakitan sehingga mau tidak mau, Prisla mulai terjerat hutang pada lintah darat dengan menjaminkan sepetak tanah diatas rumah gubuk mereka.
"Ibu, lihatlah diluar ada mobil mewah yang berhenti didepan rumah kita." ucap Anabel memberitahu."Siapa nak?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu, ibu."
"Ibu, kita keluar yuk. baru kali ini rumah kita kedatangan mobil mewah sebagus itu." ajak Anabel.
"Tunggu dek." Prisla segera menahan tangan adiknya.
tidak lama, pintu kayu yang sudah hampir lapuk diketuk dari luar.Tok...tok...
"Assalamualaikum." terdengar suara laki-laki yang sangat mereka kenal.
"Paman Aryo?" teriak Anabel segera membukaan pintu.
"Aryo, ternyata kamu. sudah lama ya kita tidak bertemu, apa kabarnya sekarang." ucap ibu pada paman Aryo yang merupakan sahabat dekat almarhum ayah, mereka berpisah karena paman Aryo memilih merantau kepusat kota.
"Alhamdulillah aku dan keluarga sehat-sehat kak, aku ikut prihatin mendengar penyakit kakak, ini aku bawakan sedikit uang untuk biaya pengobatan kakak." ucap paman Aryo menyerahkan pada ibu.
"Terimakasih Aryo."
"Tidak perlu sungkan kak, aku ikhlas membantu kakak dan anak-anak."
"Oya Prisla bagaimana dengan sekolah mu." paman Aryo menyapa Prisla.
"Sudah selesai SMA, paman."
"Baguslah, paman tahu kamu anak yang pintar dan ingin melanjutkan pendidikan. tapi kita harus bagaimana lagi keadaan yang membuat kita harus menerima keadaan ini." ucap Aryo menatap iba Prisla.
"Jujur, tujuan utama paman pulang ke desa ini adalah mencari seorang gadis muda dan juga masih suci. untuk dinikahkan dengan tuan muda Hardian, majikan dari Rey sahabat paman di kota." ucap panam Aryo seraya menatap dalam Prisla.
"Apa maksudmu Aryo?" tanya ibu.
"Sebenarnya, Aku tidak bermaksud untuk melibatkan Prisla, tapi melihat kehidupan kakak yang sakit-sakitan, bahkan Anabel juga butuh penghidupan dan pendidikan yang layak. jadi aku berfikir untuk meminta Prisla agar bersedia menikah kontrak dengan tuan muda selama kurun waktu satu tahun." ucap paman Aryo yang membuat Prisla diam seribu basa, diusianya yang baru genap delapan belas tahun harus menikah dengannya laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali.
Pandangan mata ibu tertuju pada anak gadisnya, yang merupakan harapan mereka satu-satunya agar terlepas dari kemiskinan.
"Prisla, kamu setuju menikah kontrak, ini cuma setahun nak. setelah itu kamu akan terlepas dan menjadi dirimu lagi, bahkan kamu bisa melanjutkan pendidikan mu dengan imbalan yang mereka berikan." ucap ibu lirih.
"Bahkan, tuan muda Hardian akan memberikan imbalan dengan nilai yang fantastis. jika kamu berhasil terpilih untuk menjadi istrinya." bujuk Aryo.
"Jadi ini belum pasti?" tanya ibu sedikit kecewa, namun tidak dengan Prisla yang tersenyum senang, berharap dia akan gagal terpilih nantinya.
"Belum kak, tapi aku sangat yakin tuan Hardian pasti akan memilih Prisla, karena di kota besar sangat susah untuk mendapatkan gadis cantik, polos dan masih perawan seperti Prisla." ucap Aryo.
"Prisla sayang, bukan maksud ibu memaksaku dan menerima lelaki yang belum kamu kenal itu untuk menikahi mu. tapi...kita hanya orang rendahan, hanya dengan cara ini kita bisa terlepas dari kehidupan yang susah. ibu tidak tega melihat mu setiap hari harus berpanas-panasan jualan keripik, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari saja kita tidak mampu, apalagi nantinya kita tidak mampu melunasi hutang, pasti rumah ini akan disita rentenir dan kita harus tinggal dimana nak." ibu seketika menagis.
"Prisla, hapus keraguan di hati mu, apa kamu tidak ingin merubah nasib keluarga mu, hidup enak dan mempunyai banyak uang tentunya. dan selanjutnya kamu nanti bisa membuka usaha, serta melanjutkan pendidikan mu." bujuk paman Aryo.
"Ya, aku bersedia paman."
"Ibu, jangan menagis lagi, aku bersedia menerima tawaran paman, sekarang kita berdoa saja supaya tuan muda Hardian itu bersedia menerima ku, ibu." ucap Prisla memeluk ibunya. Prisla akhir nya pasrah kemana roda kehidupan mempermainkan nasib malang nya, apakah nantinya hidup bahagia atau penderitaan.
Pagi ini, Prisla berpamitan pada adik dan ibunya. membawa beberapa pakaian lusuh, karena Prisla hanya bisa membeli pakaian baru setahun sekali, atau saat mendapatkan pakaian bekas dari tetangga.
"Prisla, jaga dirimu baik-baik ya nak.""Iya ibu, jangan lupa minum obat ibu dengan teratur. jangan terlalu dipaksakan bekerja. setelah mendapatkan uang aku akan mengirimi ibu dan Anabel." pesan Prisla.
"Iya nak."
"Anabel, rajin belajar ya dek. jaga ibu kita dengan baik."
"Iya kak." jawab gadis kecil itu seraya memeluk erat sang kakak, berusaha menyembunyikan tangisan nya.
"Ayo Prisla." ucap pan Aryo membuka pintu mobil.
Pagi ini, Prisla berangkat menuju kota. mobil perlahan meninggalkan kampung halaman, serta kenangan dengan rumah sederhana itu. selama dalam perjalanan Prisla larut dalam kesedihan, seumur hidup baru kali ini dia berpisah dari ibu dan adiknya dalam waktu yang tidak ditentukan."Ibu, Anabel selamat tinggal, setelah punya banyak uang, aku akan pulang menjemput kalian." ucap Prisla lirih.Dulu gadis imut ini mempunyai cita-cita yang sangat mulia, membangun desanya yang miskin. menghapus yang namanya kawin kontrak yang sering dilakukan oleh gadis muda dikampung nya. lalu menyuruh mereka melanjutkan pendidikan, karena masih banyak diantara gadis desa yang masih diusia sekolah. tapi karena keadaan dan keterbatasan ekonomi terpaksa harus mengubur mimpi indah masa depan mereka, termasuk dirinya sendiri yang sudah terjebak dalam satu lingkungan yang selama ini sangat ingin dia hindari.Perjalanan jauh membuat Prisla tertidur cukup lama, hingga sebuah tangan lembut menguncang bahunya."Prisla, B
Hardian menggelengkan kepalanya, dia kesusahan untuk menarik ludahnya. melihat wanita pilihan asistennya. yang kami ini jauh dari kata baik. bahkan seandainya diberi nilai, angka empat setengah cocok untuk Prisla. Hardian mendekat, menatap Prisla dari ujung kepala hingga ujung kaki. tidak pada satupun yang menarik, bahkan dada gadis itu menurut Hardian belumlah berkembang sempurna. "Apa didunia ini tidak ada gadis yang lebih menarik lagi, sehingga kamu memilih bocah ingusan ini." bentak Hardian pada asisten Rey. "Tapi tuan muda, saat ini kita tidak mempunyai banyak waktu lagi. jika masih mencari-cari gadis yang sesuai dengan pilihan tuan." ucap Hardian ketakutan. "Baiklah, sekarang atur perjanjian kontrak pranikah nya. setelah itu minta dia orang pelayan untuk membantu membersihkannya dan memberikan pakaian yang layak." perintah Hardian yang tidak ingin menatap Prisla lebih lama lagi. baginya sosok Milka tidak akan pernah tergantikan oleh perempuan manapun di dunia ini. "Oya siapa
Terdengar suara pelan dan wajah menunduk. meremas kedua belah jemarinya, gadis itu tidak punya keberanian menatap Hardian. Dia benar-benar takut jika wajah dihadapannya ini tidak lebih baik dibandingkan monster."Coba ulangi... tinggi kan nada suara mu sedikit, jangan berbisik dan tatap wajah ku " suara Hardian semakin meninggi."Baiklah...,, Tuan muda," ucap nya dengan suara lantang, membuat Hardian terlonja. Sambil memegang dadanya kaget, entah datang dari mana keberanian Prisla yang mengeluarkan suara lantang. Prisla mengangkat kepalanya dengan ragu, dan melihat wajah Hardian perlahan."Masya Allah...,, benarkah pria tampan ini akan menjadi suami ku, tidak mungkin dia, ibarat film dia pasti pemeran utamanya." membulatkan mata dengan mulut sedikit terbuka. Prisla begitu terpesona dengan ketampanan Hardian."Kenapa... kamu kesambet ya, apa kamu belum pernah melihat pria tampan sebelumnya...tapi aku baru ingat kamu kan dari kampung. mana ada pria setampan aku disana, kenapa kamu masih
Mata Prisla tertuju pada sosok pria tinggi bertubuh tegap berjalan menuju kearahnya. Stelan jas biru tua menambah pesona elegan, dilengkapi dengan dada yang bidang. sepasang kaki lurus sempurna yang mengarah kearah Prisla, yang semakin lama semakin mendekat. sudut tatapan pria itu memiliki aura yang begitu kuat."Sangat tampan, dan penuh kharisma, sangat cocok dipasang kan dengan gadis ini." terdengar ucapan salah seorang tamu yang berdiri tidak jauh dari mereka.Hardian terpana melihat kecantikan dan pesona alami Prisla. mata nya seakan tidak bisa berbohong, mengakui kecantikan dan keindahan lekuk tubuh Prisla yang terbalut kebaya mewah itu."Bagaimana bos, pilihan ku tidak pernah salahkan," ucap Rey bangga, dan menyikut Hardian yang masih terpana."Biasa saja..,, Bi Ijah juga akan terlihat cantik jika didandani dan dibalut dengan pakaian mewah" jawab Hardian asal sambil berusaha menyembunyikan kekaguman nya.Prisla meminta restu menyalami paman dan kedua orang tua Hardian, Mama Merli
Setelah kedua pelayan itu pergi, Prisla menutup pintu kamar. Dan berjalan Menuju kamar mandi yang terlihat lebih bagus."Badan ku rasanya lengket sekali, lebih baik aku mandi saja" Prisla mengambil salah satu baju tidur dan membawanya kekamar mandi."Sebaiknya aku berendam" Prisla membuka pakaian, mengatur suhu airnya kemaren diapartemen bibi Ijah sudah mengajarinya. cukup lama dia berendam sambil memijat kepala nya."Ini benar-benar mengasikkan" Gumam Prisla mencoba beberapa jenis pembersih kulit dan shampo."Aaahhk, kenapa dengan tangan ku, kok mengkerut? apa tandanya aku mau berubah menjadi Putri Duyung ? karena kelemahan berendam.?"Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Prisla. dia teringat sinetron Mrmait In Love yang pernah ditontonnya waktu dikampung dulu. dia menyudahi acara mandinya dengan cepat.Setelah mengering kan badan dan berpakaian kembali, Prisla merebahkan badannya di kasur empuk itu."Wah begini ya kalau jadi orang kaya" tidak perlu menunggu lama dia sudah terti
Hardian merasa terenyuh hatinya, tapi dia tidak mau menunjukkan sikap nya itu pada Prisla. Dia tidak menyangka seorang Paman tega memperlakukan dan memanfaatkan gadis remaja yang polos untuk mendapatkan keuntungan sendiri. "Entahlah, tapi hanya paman Aryo yang pernah membantu adikku dan ibu, selama ini." Ucap Prisla dengan suara bergetar. "Apa keinginan terbesarmu, aku bersedia membantu mu sebisaku," Hardian menatap wajah Prisla serius."Keinginan pertama ku merebut kembali surat-surat rumah kecil peninggalan ayah dari tangan rentenir, yang sempat digadaikan oleh ibu untuk biaya pengobatan dan aku bermimpi ingin memiliki berbagai keahlian, sehingga nantinya aku Bisa membuka usaha sendiri kedepannya, dan membangun desa ku suatu saat, agar tidak ada lagi perkawinan kontrak diusia dini, karena keterbatasan biaya dan kemiskinan" ucapan Prisla seolah-olah menyindir dirinya sendiri, Hardian tertawa lepas dengan penuturan Prisla tersebut, ditambah dengan raut wajah Prisla yang tiba-tiba
Mama memalingkan muka mengabaikan, sementara papa mendekati Prisla mengelus pelan rambut bergelombang itu."Hati hati ya nak..., nanti kalau anak nakal ini bikin ulah lapor papa "Prisla tersenyum menanggapi Papa Mertuanya itu, dan melangkah mengikuti Hardian menuju mobil."Tuan kita mau kemana ?""Sudah kamu duduk yang manis saja..,, nanti bakalan tau juga "Selama dalam perjalanan, Prisla tak henti-hentinya berceloteh tentang kekagumannya melihat pemandangan Kota, karena selama ini dia hanya hidup di kampung, gedung bertingkat menjulang. dan padat nya kendaraan yang saling berpacu membelah jalanan ibukota.Hardian hanya diam menanggapi semua itu. mobil pun berhenti di suatu tempat."Ayo masuk " ucap Hardian melangkah mendahului Prisla.Prisla pun turun mengikuti langkah Hardian, memasuki pusat pelatihan berbagai macam keahlian. Mereka memasuki Salah satu ruangan."Prisla isilah formulir ini dengan benar" menyerahkan sebuah selembar kertas, yang berisi formulir pendaftaran les mendesa
"Hallo," ucap Prisla. "Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian."Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu."Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona," "Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang."Baiklah Nona muda," Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai