Mata Prisla tertuju pada sosok pria tinggi bertubuh tegap berjalan menuju kearahnya. Stelan jas biru tua menambah pesona elegan, dilengkapi dengan dada yang bidang. sepasang kaki lurus sempurna yang mengarah kearah Prisla, yang semakin lama semakin mendekat. sudut tatapan pria itu memiliki aura yang begitu kuat.
"Sangat tampan, dan penuh kharisma, sangat cocok dipasang kan dengan gadis ini." terdengar ucapan salah seorang tamu yang berdiri tidak jauh dari mereka. Hardian terpana melihat kecantikan dan pesona alami Prisla. mata nya seakan tidak bisa berbohong, mengakui kecantikan dan keindahan lekuk tubuh Prisla yang terbalut kebaya mewah itu. "Bagaimana bos, pilihan ku tidak pernah salahkan," ucap Rey bangga, dan menyikut Hardian yang masih terpana. "Biasa saja..,, Bi Ijah juga akan terlihat cantik jika didandani dan dibalut dengan pakaian mewah" jawab Hardian asal sambil berusaha menyembunyikan kekaguman nya. Prisla meminta restu menyalami paman dan kedua orang tua Hardian, Mama Merlin terlihat enggan memberikan restu dia lebih banyak memainkan ponselnya dari pada fokus mengikuti sakral nya pernikahan anak menantu nya. Papa yang kesal melihat tingkah istrinya, mengambil ponsel Merlin dan mematikan nya. Merli langsung fokus dia mersa takut juga saat melihat tatapan tajam papanya Hardian jika sedang emosi. Mama Merlin memang tidak merestui pernikahan ini. tapi keputusan yang dibuat Papa dan Hardian sudah bulat, papa ternyata begitu menyukai dan menyayangi Prisla yang lugu dan polos. masih teringat oleh nya perdebatan sebelum mereka memutuskan pernikahan ini. "Hardian menikahi Prisla ada alasannya ma, Hardian penasaran apa reaksi Milka begitu mengetahui bahwa aku sudah menikah dengan gadis yang jauh berbeda dan dibawah standarnya gadis yang sok-sok ingin menjadi desainer dunia itu." "Okey, untuk saat ini Mama mengalah. Hardian boleh menikah dengan wanita kampung itu, tapi dengan syarat hanya nikah siri. Mama tidak akan pernah mau menjadikan dia menantu yang sesungguhnya. lagian sekarang Mama tidak mengharapkan cucu lagi, begitu tau wanita yang jadi menantu Mama itu tidak jelas asal usulnya. dan tidak selevel dengan keluarga kita" "Itu tidak masalah buatku, asal bisa membalas Milka wanita serakah dan sangat lah egois" jawab Hardian. "Mama pusing, memikirkan ini semua. kenapa seleramu itu bisa berubah sembilan puluh derajat Hardian. setelah ini Mama harap kamu mau menuruti kata-kata Mama" Merlin mengutarakan kegundahan nya panjang lebar Setelah acara pernikahan selesai, paman Aryo pamit pulang dia menemui Prisla. "Prisla, jaga dirimu. jadilah istri yang baik dan menurut pada suamimu." pesan Aryo sebelum pergi."Iya paman, terimakasih selama ini telah membantu aku dan ibu." "Prisla, semua itu sudah tangung jawab paman." Sambil berlalu pergi dengan senyum kepuasan membawa amplop coklat berisi sejumlah uang yang telah dijanjikan Rey dulu. Hardian pergi menembus kegelapan malam menuju sebuah villa pribadinya, dia lebih memilih menghabiskan waktu sendirian ditemani minuman keras dari pada menghabiskan malam pertama mereka dikamar hotel yang sudah didekorasi seindah mungkin.Prisla mersa takut dikamar hotel mewah ini sendirian, dia tidak bisa memejamkan mata. kamar ini terlalu luas dan sepi. Prisla mencoba menghubungi asisten Rey, namun tidak ada jawaban. panggilan nya selalu dialihkan. tidak berapa lama terdengar orang menggedor pintu kamar, Prisla membukakan pintu dengan perasaan was-was.
"Ada apa Prisla, ada yang bisa saya bantu ?" ternyata asisten Rey yang datang. "Aku takut disini sendirian, bisakah kamu mengantarkan ku keapartemen tempat yang aku tempati semula" ucap Prisla. "Tidak bisa, kamu harus tinggal dirumah besar. disana ada Tuan dan nyonya Merlin, dan juga adik sepupu nya Tasya serta beberapa pelayan. disana nantinya kamu tidak akan kesepian lagi" terang Rey. "Ti... tidak, aku mau pulang ke Apartemen saja, aku takut jika mereka tidak menerima kehadiran ku disana. " Prisla takut untuk bertemu dengan nyonya Merlin. waktu pernikahan tadi tatapan nya begitu sinis dan menusuk. "Tidak bisa Prisla, ini perintah boss Hardian karena kamu sudah resmi' menjadi istrinya." ucap Rey tegas. Prisla akhir nya menurut mengingat isi kontrak pranikah kemaren. Yang sempat diberikan Rey, yang menyatakan jika Prisla harus patuh dan tidak boleh menolak perintah pihak pertama, Meskipun Prisla keberatan dengan isi kontrak yang hanya memberatkannya. namun dia tidak punya pilihan lain. sampai dirumah besar Pelayan menyambut nya. Prisla tercengang melihat rumah yang tidak kalah mewahnya, terdapat beberapa mobil berjejer dan juga air mancur ditengah-tengah halaman luas. "Selamat datang nyonya muda..,, semoga bahagia dengan Pernikahannya" ucap pelayan. "Terimakasih" jawab Prisla gugup Sudah tidak nampak lagi Mama dan papa mertuanya. Rumah besar itu terlihat begitu sepi, mungkin mereka sudah tidur pikir Prisla. "Mari nyonya muda, kami akan tunjukkan kamar Anda" Prisla mengikuti langkah pelayan wanita itu sampai di lantai dua. " Silahkan masuk nyonya ini kamar anda" "Wah kamar yang indah, dibandingkan kamar di villa dan Apartemen," gumam Prisla."Ini lemari khusus pakaian nyonya" Prisla membuka lemari itu, penuh dengan pakaian baru dan bagus-bagus dimana koperku, dan pakaian yang aku bawa dari kampung"
"Koper nyonya sudah disimpan kata Tuan Hardian, itu barang menurutnya itu barang-barang sudah tidak layak pakai." ucap pelayan yang terlihat berusaha menyembunyikan senyum mengejek nya. "Apa !!!!" Prisla terkejut tapi dia bisa apa orang kaya mah bebas, bagaimana pun dia tidak akan mampu melawan mereka yang mempunyai kuasa. "Kami permisi dulu, kalau nyonya butuh sesuatu tekan tombol ini" dua orang pelayan itu mulai sibuk menerangkan dan membantu Prisla. "Ya, terimakasih kakak-kakak atas petunjuk dari kalian." Ucap Prisla menunduk hormat. "Tidak, Nona muda tidak boleh seperti itu pada kami. Ini sedah menjadi tugas kami melayani Jona muda. Jadi jangan canggung dan sungkan." ucap kedua pelayan itu takut jika kepergok Tuan Hardian jika istri menunduk hormat pada pelayan.Setelah kedua pelayan itu pergi, Prisla menutup pintu kamar. Dan berjalan Menuju kamar mandi yang terlihat lebih bagus."Badan ku rasanya lengket sekali, lebih baik aku mandi saja" Prisla mengambil salah satu baju tidur dan membawanya kekamar mandi."Sebaiknya aku berendam" Prisla membuka pakaian, mengatur suhu airnya kemaren diapartemen bibi Ijah sudah mengajarinya. cukup lama dia berendam sambil memijat kepala nya."Ini benar-benar mengasikkan" Gumam Prisla mencoba beberapa jenis pembersih kulit dan shampo."Aaahhk, kenapa dengan tangan ku, kok mengkerut? apa tandanya aku mau berubah menjadi Putri Duyung ? karena kelemahan berendam.?"Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Prisla. dia teringat sinetron Mrmait In Love yang pernah ditontonnya waktu dikampung dulu. dia menyudahi acara mandinya dengan cepat.Setelah mengering kan badan dan berpakaian kembali, Prisla merebahkan badannya di kasur empuk itu."Wah begini ya kalau jadi orang kaya" tidak perlu menunggu lama dia sudah terti
Hardian merasa terenyuh hatinya, tapi dia tidak mau menunjukkan sikap nya itu pada Prisla. Dia tidak menyangka seorang Paman tega memperlakukan dan memanfaatkan gadis remaja yang polos untuk mendapatkan keuntungan sendiri. "Entahlah, tapi hanya paman Aryo yang pernah membantu adikku dan ibu, selama ini." Ucap Prisla dengan suara bergetar. "Apa keinginan terbesarmu, aku bersedia membantu mu sebisaku," Hardian menatap wajah Prisla serius."Keinginan pertama ku merebut kembali surat-surat rumah kecil peninggalan ayah dari tangan rentenir, yang sempat digadaikan oleh ibu untuk biaya pengobatan dan aku bermimpi ingin memiliki berbagai keahlian, sehingga nantinya aku Bisa membuka usaha sendiri kedepannya, dan membangun desa ku suatu saat, agar tidak ada lagi perkawinan kontrak diusia dini, karena keterbatasan biaya dan kemiskinan" ucapan Prisla seolah-olah menyindir dirinya sendiri, Hardian tertawa lepas dengan penuturan Prisla tersebut, ditambah dengan raut wajah Prisla yang tiba-tiba
Mama memalingkan muka mengabaikan, sementara papa mendekati Prisla mengelus pelan rambut bergelombang itu."Hati hati ya nak..., nanti kalau anak nakal ini bikin ulah lapor papa "Prisla tersenyum menanggapi Papa Mertuanya itu, dan melangkah mengikuti Hardian menuju mobil."Tuan kita mau kemana ?""Sudah kamu duduk yang manis saja..,, nanti bakalan tau juga "Selama dalam perjalanan, Prisla tak henti-hentinya berceloteh tentang kekagumannya melihat pemandangan Kota, karena selama ini dia hanya hidup di kampung, gedung bertingkat menjulang. dan padat nya kendaraan yang saling berpacu membelah jalanan ibukota.Hardian hanya diam menanggapi semua itu. mobil pun berhenti di suatu tempat."Ayo masuk " ucap Hardian melangkah mendahului Prisla.Prisla pun turun mengikuti langkah Hardian, memasuki pusat pelatihan berbagai macam keahlian. Mereka memasuki Salah satu ruangan."Prisla isilah formulir ini dengan benar" menyerahkan sebuah selembar kertas, yang berisi formulir pendaftaran les mendesa
"Hallo," ucap Prisla. "Nona muda, keluarlah aku menunggumu didepan." Ucap sopir suruhan Hardian."Tidak mau, kamu siapa? Kenapa menyuruhku keluar?" Cinta takut akan diculik karena tidak mengetahui no baru yang menghubungi ponselnya itu."Aku Yudi, sopir yang menjemput Nona," "Mas sopir yang dikatakan Tuan Hardian itu ya?, Bisa jemput Prisla sampai ketempat ini ngak, karena Prisla ngak tau jalan keluar nya." Ucap Prisla berterus terang."Baiklah Nona muda," Sampai dirumah, Prisla langsung membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan piyama tidur, Karena mersa begitu capek dan lelah, mengingat hampir seharian ini dia menghabiskan waktu bersama Hardian, Prisla langsung menghempaskan tubuhnya diranjang empuk. sambil memainkan ponsel baru tersebut, tidak begitu lama Prisla langsung tertidur dia lupa dengan poin kontrak pernikahan mereka, jika Prisla hanya boleh tidur di sofa untuk menghindari kontak fisik diantara mereka.Hardian langsung pulang kerumah, setelah meeting dadakan itu selesai
Selesai makan, Hardian mengantarkan Prisla pulang, sementara dia kembali keperusahaan nya untuk lembur mengingat jika sebentar lagi akan diadakan audit bulanan.Sesampainya dikamar, Prisla menyalakan TV berukuran besar itu. menonton acara humor kesukaan nya . tanpa sadar dia terlelap cukup lama disofa dengan TV yang masih menyala. Prisla mengerjapkan matanya berkali-kali karna silau cahaya lampu kamar. segera dia berdiri dan melihat sekeliling dan terpana melihat ranjang tidur Hardian."Kosong, jam berapa sekarang ?"Prisla melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam " kenapa Tuan Hardian belum pulang juga ?" Prisla membersihkan tubuhnnya dan berganti pakaian, melanjutkan sholat Isa. yang sudah terlewati waktu nya dan memanjatkan doa dengan khusyuk untuk kedua orang tuanya, Prisla melipat mukena kembali, karena dia ingin melanjutkan tidurnya. mengambil selimut dan bantal berjalan ke sofa, namun rasa kantuk nya telah hilang." Lebih baik aku lanjutkan menonton televis
Tidak, kenapa dengan leherku," Prisla mulai menangis meraba didepan cermin lehernya dan bagian dadanya yang memerah."Astaga, apa sih ribut-ribut," ucap Hardian mengusap matanya, mencoba bangun karena mendengar teriakan Prisla yang sangat nyaring, dengan gerakan refleks dia hendak berdiridi, namun tiba-tiba dia oleng dan hilang ke seimbangan. Hardian tidak sadar bahwa kakinya terlilit selimut. hingga jatuh terguling ke bawah tempat tidur, kepala Hardian terbentur meja kecil yang terletak di samping tempat tidur itu."Dasar meja sialan,"Hardian berdiri dan menendang keras meja itu. dia berjalan menuju kamar mandi sambil memegang jidatnya yang sakit." Hey Kucing, apa yang kamu lakukan. teriakan mu itu bisa membangun kan seisi rumah ini tau nggak ?" Hardian berdiri sambil berkacak pinggang dikekang Prisla."Tuan leherku, lihat leher ku dan .... membuka sedikit baju nya ini penuh dengan tanda merah" Prisla terlihat ketakutan dan cemas. Namun Hardian berusaha untuk bersikap biasa saja,
Prisla sudah berpakaian Rapi. ini hari pertama nya mengikuti proses belajar mendesain dengan salah seorang tim pengajar profesional, dia menuruni anak tangga dengan dengan langkah penuh semangat dan percaya diri. Hal itu, membuat rasa iri Gea semakin menjadi-jadi, matanya seakan ingin loncat dari sarangnya saat melihat pakaian yang melilit ditubuh Prisla sangat indah dan mahal. "Prisla, pakaian mu bagus dan sangat mahal. Kakak bangga punya adik Secantik dan seberuntung kamu." puji Gea sambil tersenyum memikirkan cara agar bisa masuk dan memeriksa barang-barang yang ada dikamar Prisla, tanpa tahu jika setiap ruangan sudah terpasang cctv. "Selamat pagi Nona" "Maaf, Anda siapa ?" tanya Prisla heran, saat melihat pria paruh baya berjalan mendekati nya. "Saya salah seorang Sopir kantor, nama saya Johan. yang ditugaskan untuk mengantar jemput Anda Nona " Prisla ragu kemudian membuka ponselnya, dan melihat pesan masuk dari Hardian, ternyata benar foto bapak ini sama dengan sopir
Malamnya, Prisla mengumpulkan keberanian untuk menanyakan keberadaan sang Paman dan keluarganya."Tuan, Paman dan bibi ku serta kak Gea kemana.?" Ucap Prisla sambil memainkan jemarinya takut terjadi sesuatu pada mereka, mengingat hanya merekalah keluarga satu-satunya yang dimiliki oleh Prisla.Hardian tidak menanggapi pertanyaan Prisla, dia masih sibuk dengan ponselnya, sehingga Prisla kembali mengulangi pertanyaannya."Kamu pikir orang seperti ku ini mempunyai waktu untuk mengurus pamanmu itu,?" Terdengar suara lantang Hardian."Ma.. maaf Tuan, aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi Paman siang tadi..." Ucapan Prisla langsung terhenti ketika Hardian memberikan isyarat dengan tangan, menyuruh Prisla untuk diam.Hardian membuka rekaman cctv yang terhubung langsung dengan ponselnya, lalu ! memperlihatkan pada Prisla."Astaga," ucap Prisla membungkam mulutnya dengan punggung telapak tangannya sendiri, dia benar-benar merasa malu Melihat hasil rekaman cctv tersebut.Disana terpampang jelas,