Share

Bab 7

Laki-laki itu kembali membantu Jasmin menyebrangi jalan dan merelakan mobilnya berhenti di tengah jalan.

" Terimakasih " ucap Jasmin menunduk

" Sama-sama " jawabnya, ia pun langsung berjalan menuju mobilnya.

" Sebenarnya siapa dia ?" batin Jasmin melihat sosok laki-laki tersebut yang berjalan membelakanginya.

Jasmin pun memutuskan untuk kembali ke dalam kedai, ia menghampiri ibunya yang sudah menghabiskan es krim pesanannya. Pandangan Jasmin melihat es krim miliknya yang sebagian sudah mencair. Jasmin duduk dan mulai menghabiskan es krimnya. Setelah menghabiskan es krim, Jasmin dan Fatimah kembali melanjutkan perjalanan yang hanya beberapa menit sampai rumah.

Setibanya di rumah Jasmin mengejar ibunya yang sudah duluan masuk ke dalam rumah.

" Bu ... Sebentar lagi kan bulan puasa, Jasmin boleh belajar sesuatu dari ibu ?" tanyanya sambil mengatur napas

" Boleh, belajar apa nak ?" Fatimah berbalik tanya seraya meletakkan tempat makan yang kotor di atas meja.

" Buat kue kacang " jawabnya sambil mengembangkan senyum manis.

" Oke... Setelah sholat Ashar ya nak, ibu mau istirahat sebentar " Fatimah menyuruh Bi Ani untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat kue nanti bersama Jasmin, termasuk menyangrai kacang tanah terlebih dahulu. Dalam benak Jasmin ia ingin selalu belajar memasak dengan ibunya, agar setelah menikah nanti, ia mampu bergulat di dapur suaminya. 

Waktu terus berjalan cepat, Ismail yang sedang sibuk dengan berkas-berkas penjualan yang berada di mejanya, sejenak terdiam kala dirinya mendengar ketukan dari balik pintu ruangannya. Ismail dengan tangan yang masih sibuk mempersilahkan tamunya untuk masuk kedalam ruangannya.

" Assalamualaikum Om " sapanya sopan

" Wa'alaikumus salam " jawab Ismail seraya membenarkan kacamatanya yang bertengger di hidungnya. Ismail mencoba menebak laki-laki yang kini berdiri di hadapannya.

" Nak Syarif ?" tanya Ismail

" Iya om, saya Syarif putra Bapak Musa yang akan meminang putri bapak " jawabnya seraya mencium tangan Ismail 

" Silahkan... Silahkan duduk nak " Ismail bahagia melihat kedatangan Syarif ke kantornya. Syarif pun duduk, ia mengutarakan kedatangannya.

" Saya kesini untuk menyerahkan CV saya Om, tadi siang Abi memberikan alamat kantor Om" ucapnya seraya menyodorkan map coklat di atas meja

" Saya terima CV-nya, nanti sepulang kerja akan saya serahkan kepada putri saya " jawabnya seraya mengambil amplop coklat milik Syarif.

" Bagaimana dengan usaha mu nak ? Om dengar kamu sudah sukses " tanyanya

" Alhamdulillah Om, hasilnya sudah bisa untuk membeli rumah dan fasilitas lainnya " jawabnya dengan rendah hati.

" Alhamdulillah, semoga sukses selalu " Ismail turut senang 

" Aamiin, Oh iya Om maaf saya tidak bisa berlama-lama. Saya izin pamit pulang, Assalamualaikum " ujarnya dengan sopan berpamitan kepada laki-laki paruh baya yang mungkin akan menjadi ayah mertuanya.

" Wa'alaikum salam " jawabnya, Syarif beranjak dari tempat duduknya dan kembali mencium punggung tangan Ismail.Laki-laki bernama lengkap Muhammad Syarif Afendra merupakan pengusaha sukses. Diusianya yang terbilang sangat muda, ia mampu mengembangkan sayapnya di bidang bisnis parfum yang kini berdiri di ibukota.

Di tempat lain tepatnya di dapur, semua bahan sudah siap di atas meja. Bi Ani telah menyiapkan semua bahan lengkap dengan peralatan yang akan di gunakan. Jasmin mulai mengikuti ucapan ibunya, dengan senang Jasmin mulai membuat adonan kue kacang tentunya tidak lepas dari pengawasan Fatimah. Fatimah hanya duduk di kursi melihat putrinya yang sedang belajar, step demi step Fatimah ajarkan kepada putrinya. Setelah adonan siap di cetak, Jasmin dengan senang hati membentuk kue menjadi beberapa bentuk yang unik. Tak lupa ia pun memberi olesan telur diatasnya, loyang pertama berhasil masuk ke dalam oven yang sudah ia panaskan. Sembari menunggu ia terus mencetak kue sampai selesai.

" Lelah bu, tapi menyenangkan " cicit Jasmin seraya duduk di dekat Ibunya.

" Istirahat dulu nak " jawab Fatimah yang mulai bergantian untuk mencetak kue. Sudah dua puluh menit lamanya, dua loyang keluar dari dalam oven.

" Emmm wangi bu " ucap Jasmin sambil memejamkan matanya, Fatimah yang melihat tingkah putrinya hanya bisa tersenyum sembari membereskan meja.Benar yang dikatakan Jasmin, kue kacang hasil buatannya menebarkan wangi ke seluruh penjuru ruangan.

Tepat pukul lima sore Ismail pulang dengan membawa map coklat milik Syarif. "Assalamualaikum " Ismail memasuki rumah dengan hidung yang terus mengendus aroma kue kacang.

" Wa'alaikumus salam, ayah... Ayah sini cobain kue hasil buatan Jasmin " ucap Jasmin mencium tangan ayahnya lalu menarik dan memerintah ayahnya untuk duduk serta mencicipi kue hasil buatannya.

" Ibu dimana nak ?" tanya Ismail sembari berjalan ke wastafel untuk cuci tangan.

" Ibu, baru saja masuk ke kamar yah " jawabnya

" Kuenya enak nak, ayah suka. " pujian setelah melahap kue kacang buatan Jasmin.

" Ini untuk mu nak, semoga saja kamu bisa menerimanya menjadi imam mu kelak " imbuh Ismail seraya mengulurkan map berwarna coklat, seketika Jasmin menghentikan aktivitasnya. 

" Ayah, secepat ini kita bisa bertukar CV. Memang Om Musa rumahnya dimana yah ?" tanya Jasmin sembari mengambil map tersebut.

" Dari sini cukup dekat sayang, ya sudah ayah mau mandi dulu nak. Nanti ayah lanjut lagi makan kuenya " Ismail beranjak dari tempat duduknya, ketika ayahnya sudah masuk ke dalam kamar, Jasmin buru-buru merapikan hasil kuenya, ia ingin sekali membuka map dari calon imamnya. Rasa tidak sabar tumbuh begitu saja, membuat dirinya tergesa-gesa saat berjalan ke kamar.

Sesampainya di dalam kamar, Jasmin berjalan kesana kemari sambil memegang map ditangannya. Hatinya terus bergetar saat ingin membuka map tersebut.  Jasmin melihat jam dinding yang menunjukkan waktu Maghrib akan segera tiba, ia pun mengurungkan niatnya meletakkan map tersebut di atas tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri, Jasmin mengambil air wudhu lalu ia memakai mukena dan duduk di atas sajadah untuk mengulang hafalannya. Suara merdu menyelimuti ruangan kamarnya, sampai tibalah waktu Maghrib Jasmin pun berdiri untuk melaksanakan sholat. Di sela-sela doanya, Jasmin menyelipkan doa agar dirinya ikhlas saat membuka map dari calon imamnya. 

Usai berdoa tangan Jasmin mulai meraih map yang berada di atas tempat tidur.

" Bismillah " gumamnya, tangannya mulai membuka map tersebut. Jasmin mengambil satu lembar kertas putih dari dalamnya. Dengan seksama Jasmin membaca biodata calon imamnya.

Jasmin tersenyum ketika membaca biodata milik Syarif dan tercengang saat membaca di bagian profil diri.

" Hal-hal yang paling dibenci : " Saya tidak suka menunggu, termasuk menunggu mu menjadi bagian tulang rusukku " lirih Jasmin tersenyum dan memeluk secarik kertas tersebut.

" Dasar laki-laki " gumamnya seraya menyandarkan tubuhnya di sisi tempat tidur.

***

Dari balik pintu yang sedikit terbuka Fatimah melihat putrinya yang sedang memeluk erat kertas di tangannya, terlihat jelas rasa bahagia dari wajah Jasmin.

" Semoga saja laki-laki itu memang jodoh mu nak, ibu berharap semoga kamu menjadi istri yang selalu Istiqomah " batin Fatimah merasa bahagia melihat putri semata wayangnya hidup bahagia. Cukup lama Fatimah berdiri di depan pintu, hingga akhirnya ia mengetuk pintu untuk menyadarkan Jasmin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status