Share

Sembilan

Mentari masuk kedalam salah satu  bilik toilet dia menumpah kan tangisnya di sana.

Dia memukul-mukul dadanya kenapa masih sangat sakit saat melihat pria itu, kenapa juga dia menangis.

Semua kenangan pahit yang dulu pernah dia rasakan kembali terulang di dalam pikiranya.

Seharusnya dia memang tidak datang kesini tadi, karena pasti pria itu akan datang juga.

Tangis Mentari semakin pecah mungkin saja orang di luar sana bisa mendengar suara tangsinya.

"Nggak.., nggak" ucapnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak boleh kayak gini" ujarnya dengan menghapus air mata yang ada di pipinya.

Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskanya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Pria itu sudah tidak penting lagi, cukup pura-pura tidak tau itu saja" ujarnya masih sesegukan.

Dia menghapus air matanya yang masih saja keluar. Kemudian dia keluar dari bilik itu.

Mentari melihat pantulanya di cermin, mukanya sudah sangat kacau bahakan make up nya pun luntur.

Dia mencuci wajahnya dengan air lalu memakai sedikit bedak dan lipstik yang di bawakan ibunya tadi, biar Mila tidak tau kalau dia habis menangis.

Mentari merapikan dedikit penampilanya, kemudian segera keluar dari toilet. Dia akan mengajak Mila pulang.

"Mil" panggilnya saat sudah berada di sebelah Mila.

Gadis itu sedang mengobrol dengan beberapa orang temanya, yang kini sedang melihat ke arah Mentari juga.

"Lo kok lama banget sih.." grutu Mila.

"Maaf... kita pulang aja yuk" ajaknya, dia sudah tidak tahan berada disini.

"Apa, kok pulang acaranya baru aja di mulai" protes Mila.

"Ya udah deh kalau kamu nggak mau aku pulang sendiri aja"

"Oh nggak nggak" Mila menahan tangan Mentari yang hendak pergi.

"Lo kenapa sih Tar..ada yang ganggu lo?" Tanya Mila khawatir.

Mentari menggelengkan kepalanya

"Nggak kepala aku pusing banget..." bohongnya berpura-pura sakit.

"Ya ampun lo sakit" ucap Mila dengan memegang dahi mentari.

Tari melepaskan tangan mila

"Ah nggak cuman pusing dikit aja..."

"Maaf Mil ..." batinya karena sudah berbohong.

"Ya udah kalau gitu kita pulang, tapi kita nyalamin pengantinya dulu nggak enak soalnya" ajak Mila.

Mentari mengangguk setuju, mereka pun berjalan menuju pelaminan.

"Selamat ya Ri... semoga pernikahan kalian langgeng" ujar Mila dengan menyalami Riri dan suaminya.

Sementara Mentari hanya mengikuti dari belakang. Dia terus menunduk tapa mengucapkan selamat dan hanya menyalami saja.

"Lo nggak mau ngucapin selamat ke gue Tar" ucap Riri yang melihat Mentari yang terus menunduk.

Mila menyenggol lengan Mentari dengan sikutnya.

"Ah iya selamat ya Ri.." ucapnya dengan tersenyum kecil.

"Wah... kalau jodoh tu nggak ke mana ya.." ucap seseorang yang baru saja naik ke pelaminan. Itu Dio mantanya Mila.

Mila memutar bola matanya jengah

"Jodoh pala bapak lu.." ucap Mila kesal.

Dia pun segera menarik tangan Mentari untuk turun dari sana.

"Hay kalian" sapa seseorang saat mereka hampir melewati pintu keluar. Membuat kedua gadis itu berhenti.

Mata orang itu terus melihat ke arah gadis yang terus menunduk. Dia sama sekali tidak pernah berubah. Masih sama seperti dulu Mentari yang pemalu dan lugu batinya.

Tubuh Mentari terdiam kaku saat mendengar suara itu. Rasanya dia ingin menangis lagi. Orang yang dia hindari malah berdiri di hadapanya sekarang.

Mila melihat ke arah Mentari, pasti sahabatnaya ini merasa tidak nyaman.

"Kita duluan" ucap Mila pada pria itu.

Romi menyekal tangan Mentari.

Membuat gadis itu berhenti, tanpa membalikan badanya.

"Maaf.." ucap Romi lirih penuh penyesalan.

Mentari menghempaskan tangan Romi, kemudian meninggal kan pria itu tanpa sepatah kata pun.

Romi menatap kepergian Mentari dengan nanar. Dia memang pantas di perlakukan seperti ini

Mila langsung melajukan mobilnya meninggalkan gedung itu.

Tidak ada yang bicara Mentari hanya diam menatap keluar jendela.

Mila juga tidak mau bertanya apa-apa karena dia tau Mentari pasti sedang sedih sekarang.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka pun tiba di rumah Mentari.

"Makasih ya Mil udah mau ngantar aku" ujar Mentari.

"Iya.. gimana kalau malam ini gue  tidur di sini aja" ucap Mila.

"Jangan kasian mamah kamu sendirian"  tolaknya karena memang tadi gadis itu sempat bilang kalau papahnya lagi keluar kota.

"Tapi pasti nyokap lo udah berangkat sekarang" ujar Mila khawatir, karena tadi ibu Mentari pamit akan pergi keluar kota lagi.

"Nggak papa aku udah biasa"

"Tapi gimana kalau cowok gila itu kesini lagi"kata Mila berusaha mencari alasan lain.

"Nggak dia nggak akan kesini lagi"

"Ck yaudah deh, kalau ada apa-apa langsung hubungi gue ya..." ujar Mila menyerah. Mentari pasti butuh sendirian

Mentari menganggukan kepalanya kemudian dia turun dari mobil Mila.

"Da... hati-hati" ucapnya dengan melambai kan tangan.

Dia pun masuk ke dalam setelah melihat mobil Mila menjauh. Pikiranya sangat kacau rasanya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dirga Fika
cerita nya bgus,,tpi buka nya pke koin sgala ya
goodnovel comment avatar
Abdi Qila
ceritany seru banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status