Share

Delapan

Penulis: alindaana97
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-09 13:46:11

Mentari terus tersenyum senang karena sudah seminggu Benji tidak lagi kerumahnya.

Mana katanya punya seribu tangga, baru di buang satu aja udah nggak datang lagi.

Tapi bagus itu artinya rencananya berhasil, bukan cuma tak kerumahnya di kampus pun dia tidak pernah melihat Benji. Ah udah lah itu juga bukan urusan dia.

"Hello sepada, Mila cantik datang ni..." triak Mila dari luar.

Mentari menggelengkan kepalanya saat gadis itu masuk dengan cengiran khasnya.

tuhan itu maha adil orang cantik  pasti ada kurangnya.

"Tar lo lihat nih apa yang gue bawa"  ujarnya dengan berjalan menuju ranjang.

Mila membuka kantong belanjaan yang dia bawa.

"Taraa..." ucapnya heboh dengan menujukan gaun cantik berwarna biru muda.

Gaun selutut dengan rok yang mengembang, terus bagian bahu yang sedikit terbuka.

"Bagus nggak? "Tanya Mila.

Mentari menganggukan kepalanya setuju.

"Nah tu kan, udah gue duga lo pasti suka.." 

"Wah bagus banget gaunya.." ujar ibu Mentari yang baru masuk dengan membawa dua gelas minuman.

"Iya kan bu bagus, ini aku beliin buat Tari.." ujar Mila senang.

"Apa?" Tanya Mentari kaget dia kira itu gaun buat Mila sendiri.

"Iya ini buat lo untuk pergi ke pernikahan Riri nanti malam" jelas Mila.

Memang mereka akan pergi ke pernikahan teman smp mereka nanti malam.

"Enggak ah aku kan udah punya gaun" tolaknya.

"Yang warna oren itu?" Tanya ibunya.

"Iya" jawab Mentari .

"Oh my god Tar...itu udah ketinggalan jaman banget tau" teriak Mila heboh.

Mentari mengusap kupingnya yang terasa pengang karena teriakan Mila.

"Iya itu mah udah kuno" sambung ibu Mentari ikut mengompori.

"Itu kan udah sering lo pakek, bahkan di ulang tahun Riri juga pernah lo pakek, masak mau lo pakek lagi." 

" biarin aja toh juga masih bagus" 

"Ih nggak boleh pokoknya lo harus pakek baju ini" kekeh Mila.

"Tapi.."

"Nggak kamu harus pakek ini, kamu dosa ntar kalau nggak mau nuruti kata-kata ibu" acam ibu Mentari.

Mentari mengangguk pasrah kalau ibunya udah bawa-bawa dosa begini dia bisa apa.

Di sana juga nggak ada yang merhatiin dia kali, dia di undang juga gara-gara Mila. Kan udah di bilang nggak ada yang mau temenan sama dia kecuali Mila. Dan kebetulan juga seluruh alumni di undang. Dia juga awalnya nggak mau pergi tapi karena paksaan Mila akhirnya dia mau pergi.

***

"Wah serius lo cantik banget Tar.." ujar Mila entah yang ke berapa kalinya. Dari dirumah tadi sampai sekarang mereka di mobil itu terus yang dia bilang.

Mentari memutar bola matanya jengah.

"Tipe muka lo itu ya manis enak di pandang, nggak ngebosenin. nanti nih pasti orang-orang terpukau ngeliat lo." 

"Biasa aja kali..." ujar Mentari.

"Ih seriusan nggak percaya banget.."

Mentari memilih diam tak menanggapi ucapan Mila. Dia lebih memilih menatap jalan di luar jendela.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di gedung pernikahan Riri.

Mereka pun masuk kedalam dan udah banyak tamu yang datang juga. Ada banyak teman SMP bahkan SMA mereka juga disini. Benar-benar seperti reunian.

Semua orang melihat ke arah mereka sekarang, pasti sedang melihat ke arah Mila. ini udah biasa saat dia sedang berjalan dengan Mila si kembang sekolah, cewek paling cantik di sekolahan. Semua mata pasti melihat ke arah mereka.

"Hay mantan gue..." sapa seseorang dengan merangkul pundak Mila.

"Ih najis.." ucap Mila dengan menepis tangan orang tersebut.

"Ayok Tar pergi aja bau banget di sini ada sampah" ujar Mila dengan menarik tangan Mentari. Lalu menatap orang itu sinis.

"Ye... gini-gini juga lo kecintaan sama gue dulu"ujar cowok itu.

"Ya gue hilaf dulu, sekarang gue udah sadar ngerti nggak lo" ujar Mila dengan melengos pergi.

Mentari hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya.

"Baru datang juga udah ada aja yang bikin gue kesel"gerutu Mila dengan mengambil minuman.

"Udah lah biarin aja" ujar Mentari mencoba menenangkan Mila.

Mentari melihat kesekeliling dia kagum degan dekorasinya bagus banget. Ya wajar sih kan Riri anak orang kaya apalagi suaminya juga kaya banget katanya.

Tubuh Mentari terasa lemas, bahkan jantung nya berdebar cepat. Saat matanya tak sengaja bertemu dengan mata seseorang yang paling dia hindari.

"Tar lo dengar gue kan" seru Mila saat Mentari tak kunjung menjawab pertanyaanya.

"Mmm iya ya kenapa" jawab Mentari gugup.

"Lo nggak papa kan?" Tanya Mila saat melihat gelagat aneh dari sahabat nya.

Mentari menarik napas berat kemudian dia menggelengkan kepalanya.

"Aku ke toilet dulu ya.." ujarnya.

"Mau gue anter?" Tanya Mila khawatir.

"Nggak usah aku bisa sendiri" ujar Tari dengan tersenyum kecil untuk meyakin kan Mila, bahwa dia bisa sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
delaa _sa
lanjutin di WP aja kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh lima

    Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh empat

    "semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh tiga

    "turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh dua

    "aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh satu

    "cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k

  • SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS   Sembilan puluh

    Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status