Alea sedang membatu kedua sepupu kembarnya untuk mengerjakan tugas sekolah ketika bibi Rosita ikut menengok ke dalam kamar untuk memangilnya.
"Alea, ada temanmu."
"Siapa Bibi?" tanya Alea yang baru mendongak dari lembar buku paket yang sedang dia baca.
"Anak laki-laki tuan Anmar."
Seketika Alea langsung menutup buku di pangkuannya dan bergegas berdiri untuk keluar mengikuti bibinya.
"Kak Troy," sapa Alea ketika melihat Troy masih berdiri di ambang pintu dan Alea tetap saja terkejut dengan kedatangan tiba-tibanya.
"Maaf aku tidak memberitahu jika akan ke mari."
"Tidak, apa-apa ayo masuk," buru-buru mempersilahkan pemuda itu.
"Ini untuk ibumu," kata Troy sambil mengulurkan dua tas karton di masing-masing tangannya.
"Kenapa Kak Troy repot-repot begini."
"Hanya sedikit untuk ibu."
Troy datang dengan membawa bingkisan untuk ibu Alea. Walaupun merasa tidak enak tapi Alea tetap berterimakasih.
"Terimakasih, Kak."
Bibi Rosita kembali membuatkan teh hangat untuk Troy yang sedang duduk di teras bersama Alea.
"Aku akan berangkat ke UK minggu depan."
Alea tersenyum karena ikut senang mendengar pemuda itu akhirnya benar-benar mau mendengarkan nasehat ayahnya.
"Pasti kampus akan sepi tanpa Kak Troy," canda Alea yang sebenarnya masih merasa canggung ketika mereka bicara berdua seperti ini.
Sebentar lagi Alea akan menikah dengan tuan Anmar dan Alea akan menjadi ibu tiri bagi Troy. Benar-benar gelar yang tidak pernah terlintas di dalam mimpi Alea untuk menjadi ibu tiri dari pemuda yang Alea tahu sedang berusaha mendekatinya.
Tentu Alea juga tidak terlalu naif untuk menutup mata dengan perhatian Troy yang tiba-tiba bisa begitu ajaib datang ke rumahnya dengan membeli susu, oatmeal, serta 'diaper' untuk ibu Alea. Seorang Troy Haris yang terkenal sering mondar-mandi di kampus dengan mengendarai lamborghini mentereng tiba-tiba bisa menenteng tas berisi popok.
"Jangan lupa simpan nomor yang kuberikan kemarin, Alea," Troy mengingatkan. "Mungkin aku akan sering-sering meneleponmu jika tidak bisa tidur di tempat baru."
Mungkin Alea akan segera tersipu jika tidak segera ingat seharusnya dia lebih pantas untuk cemas dari pada senang.
"Jadi Kak Troy akan tinggal di asrama kampus?" Alea sengaja mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Semua harus tinggal di asrama kampus dulu untuk tahun pertama." Troy berlagak mengerutkan dahinya. "Sama sekali tidak ada perlakuan spesial dan kau tahu papaku benar-benar kejam."
Alea cuma menanggapinya dengan senyum meskipun dadanya sedang berdesir, berdentam, dan bergelepar tidak karuan hanya dengan pemuda itu menyinggung nama papanya sedikit saja.
"Semua pasti untuk kebaikanmu."
"Kau benar." Troy mengakui jika papanya adalah orangtua terbaik sedunia.
Ibu Troy meningal ketika melahirkan Troy dan sampai sekarang tuan Anmar tidak pernah mau menikah lagi karena hanya ingin membesarkan putranya.
"Bagaimana dengan ayahmu?" Troy gantian bertanya.
"Aku tidak tahu sepertinya tuntutan hukumnya akan berat dan aku hanya bisa mendoakan karena bagaimanapun dia tetap ayahku."
Troy jadi terdiam memperhatikan Alea dengan kebesaran hatinya yang luar biasa dan Troy jadi berpikir 'mungkin jika dia menjadi Alea ia sudah pasti akan membenci ayahnya setengah mati'. Pria yang tidak hanya menyakiti dan menelantarkan anak istrinya tapi juga menghancurkan masa depan Alea. Troy tahu Alea anak yang sangat cerdas dan sangat disayangkan bila dia sampai tidak bisa melanjutkan kuliah.
Alea tidak seperti kebanyakan teman wanita yang Troy kenal. Walaupun cantik, Alea memang tidak pernah banyak tingkah apa lagi sampai kecentilan pada laki-laki. Troy sering diam-diam memperhatikan Alea dan merasa tidak pantas untuk menggodanya. Kemarin saat baru mendengar kasus penangkapan ayah Alea sebenarnya Troy ingin sekali mendekatinya untuk memberi dukungan ketika semua orang sedang mengucilkan dan menggunjingkannya. Tapi Troy takut jika akan disalah artikan dan akan segera menjadi bagan gunjingan baru utuk mereka semua yang sedang tidak menyukai Alea. Sampai kemarin tiba-tiba Troy melihat Alea hanya sendirian dan Troy langsung memanggilnya.
"Apa kau mau menungguku, Alea?" tanya Troy tiba-tiba.
"Menunggu dari mana, Kak?" Alea pura-pura balik bertanya sambil tersenyum mengerutkan alisnya yang melengkung tebal. Alea memang cantik bahkan alisnya saja bisa membuat orang iri.
"Tunggu aku sukses."
"Kak Troy bicara apan, sih! jangan menggoda Alea!" tegur Alea yang pura-pura tidak mau terlalu menanggapi keseriusannya.
"Aku serius, Alea!" tegas Troy. "Tidak akan kubiarkan siapapun menghinamu lagi."
Tiba-tiba Troy meraih tangan Alea dan menggenggamnya.
"Hati-hatilah tinggal di negeri orang, Kak. Ingat kau hanya sendirian jaga kesehatanmu baik-baik," pesan Alea sengaja mengingatkan hal-hal sepele agar pemuda itu tidak terus memaksanya untuk membahas keseriusannya tadi.
Untung Troy segera melepas tangan Alea setelah itu. Alea cuma tidak menyangka jika Troy juga melepas satu-satunya cincin perak di jarinya kemudian meletakkan cincin tersebut ke telapak tangan Alea.
"Apa ini, Kak?"
"Aku hanya titip nanti akan kuambil lagi."
"Kenapa harus dititipkan padaku?"
"Karena itu logam berbahaya dan akan terdeteksi sensor logam di bandara, jadi simpan saja."
Alea tahu Troy hanya coba melucu, meski sedang tidak terdengar lucu di telinga Alea dan sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya karena sikap manis berlebihan Troy Haris sebagai calon anak tirinya.
"Kenapa harus aku?" Nampaknya Alea tetap tidak terima.
"Karena bik Warni pelupa jika aku suruh dia yang menyimpan barang."
"Siapa bik Warni?" Alea buru-buru kembali bertanya.
"Asisten di rumahku."
Bukan Troy jika tidak menemukan beribu akal untuk memaksa. "Sudah simpan saja, itu juga bukan benda mahal kalau kau tidak sengaja menghilangkannya aku tidak akan minta ganti."
Alea jadi cemberut karena tahu dia memang tidak akan diberi kesempatan untuk menolak. Dia pikir juga cuma cincin jadi Alea ikuti saja kemauan Troy.
"Jangan menitipkan apa-apa lagi!" tegur Alea.
Sebenarnya Troy ingin mengatakan jika dia 'ingin menitipkan hatinya' tapi Troy tidak mau terdengar terlalu gombal. Apa lagi Troy yakin Alea juga sudah tahu jenis pemuda macam apa dirinya selama ini.
"Minum tehnya, Kak, keburu dingin." Alea mengingatkan.
"Ah, iya." Nampaknya Troy juga baru ingat jika dia sudah dibuatkan teh dari tadi dan benar-benar dingin.
Sebenarnya baru kali ini Troy bertamu ketempat wanita dan disuguhi teh, karena faktanya memang juga baru kali ini Troy datang seperti pemuda tak diundang ke rumah anak gadis orang. Alea tidak seperti semua teman wanita Troy, Alea tipe anak rumahan yang tidak akan sopan jika dia bawa berkeliaran walaupun tiba-tiba Troy ingin mengajak Alea keluar sekali saja.
"Alea apa mungkin kita bisa makan malam di luar, kapan-kapan kamu sempat akan kujemput."
"Sepertinya aku tidak bisa, Kak." Jawab Alea langsung terus terang.
"Tidak apa-apa kalau tidak bisa." Troy yang merasa tidak enak. "Mungkin lain kali aku bawa makan malam ke rumahmu saja."
Alea menanggapinya dengan senyum karena mengira Troy memang hanya bercanda. Sebenarnya Alea juga bukan gadis yang sama sekali tidak pernah keluar apalagi jika cuma untuk makan malam bersama teman, tapi masalahnya sejak tuan Anmar memberikan mahar kepada keluarganya, sekarang paman dan bibinya sudah tidak pernah mengijinkan Alea keluar rumah lagi. Semua gara-gara jumlah uang mahar yang diberikan tuan Anmar dan sekarang mereka jadi sangat hati-hati menjaga Alea, paling tidak sampai satu setengah bulan lagi ketika usia Alea genap dua puluh tahun dan Tuan Anmar bisa menikahinya.
Troy akan berangkat ke UK satu minggu lagi yang artinya pemuda itu tidak akan ada di Indonesia ketika nanti Alea menikah dengan ayahnya. Karena itu Alea juga tidak mengatakan apa-apa perihal ayah Troy yang sudah melamarnya dan memberi mahar kepada keluarganya.
{Cerita ini adalah karya asli dari penulis 'jemyadam' jika menemukan karya ini di manapun dengan nama penulis lain tolong bantuannya untuk melaporkan ke penulis melalui Instagrm 'jemyadam8' / F*B jemyadam. Dukungan pembaca sangat berarti bagi kami untuk terus bisa berkarya}
"Alea kau jangan ke mana-mana, hari ini tuan Anmar akan ke mari."Bibi Rosita baru kembali dari arisan keluarga ketika membawa berita itu untuk Alea."Tuan Anmar ingin mengajakmu ke luar," lanjut bibi Rosita.Alea belum selesai dari keterkejutannya yang pertama dan sekarang sudah terkejut lagi karena akan di bawa keluar oleh tuan Anmar."Mau ke mana, Bibi?" tidak tahu kenapa tiba-tiba Alea panik meskipun tidak berani menunjukkan kecemasannya."Aku juga tidak tahu, pamanmu juga cuma berpesan seperti itu."Bibi Rosita sudah kembali pergi dan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.
Tuan Anmar sudah kembali memegang kemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Mobil mahal berbodi kokoh itu mulai berjalan meninugalkan gang komplek menuju jalan utaman sehingga tidak terlalu terlihat mencolok lagi. Alea sempat menyibukkan otaknya dengan berpikir jika mobil tersebut mungkin dilapisi baja anti peluru karena bodinya sangat tidak biasa, gelap tapi tetap elegan dengan nuansa yang sulit untuk dijelaskan. Tak mengherankan jika Troy juga memiliki selera yang tinggi mengenai kendaraannya, ibarat buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Untuk sekian kalinya Alea menyimpulkan jika mereka mirip, bukan cuma secara fisik tapi juga gaya.Tiba-tiba ponsel tuan Anmar yang terletak di atas dashboard menyala dan Alea langsung memperhatikan tampilan wallpaper. Sepertinya itu foto tuan Anmar dan putranya beberapa tahun lalu ketika Troy mungkin masih berumur belasan tahun. Mereka sedang tersenyu
Karena semalam Alea tidak juga membuka pesannya, pagi harinya Troy kembali mengirim pesan ke pada Alea yang isinya masih sama saja. [Alea] cuma seperti itu lagi. Seolah Troy hanya sekedar ingin memanggil Alea agar gadis itu mau menoleh dan menghiraukan pesannya, tapi ternyata tidak sama sekali. Alea tetap tidak membuka pesan darinya meskipun Troy melihat jaringannya aktif. Kemarin bibi Rosita juga mengatakan kepada Troy jika Alea pergi dengan teman laki-laki, jadi mau tidak mau Troy mulai berpikir mungkin ia sedang mengganggu Alea. Troy kesal merasa seperti itu, Troy tidak pernah ingin mendekati seorang gadis seperti dirinya ingin mendekati Alea. Tapi jika benar Alea sudah memiliki seseorang, Troy juga tidak ingin menjadi pemuda brengsek yang tiba-tiba mengganggu hubungan mere
"Alea, maaf aku kemari." Alea masih kaget karena melihat Troy sudah berdiri di depan pintu. "Kuharap aku tidak mengganggumu." "Kenapa, Kak?" Alea bertanya pada Troy yang terlihat gugup dan risau. "Besok aku akan pergi dan aku hanya ingin melihatmu." Troy belum bicara lagi kecuali hanya menatap Alea yang juga jadi kelu menyaksikan kegugupannya. "Aku, menyukaimu Alea. " Akhirnya kata-kata itu terucap juga dari bibir Troy. Alea sudah hendak bicara ketika Troy lebih dulu mencegahnya. "Kau tidak perlu mengatakan apa-apa." Troy
Ini adalah kali pertama Alea mengunjungi ayahnya sejak penangkapannya sekitar dua bulan lalu. Bahkan Alea tidak pernah mau mengikuti pergelaran sidang ayahnya. Tapi sebenci apapun Alea dengan semua perbuatan ayahnya tapi pria itu tetap ayahnya dan Alea tetap harus memberitahunya mengenai rencana pernikahannya. Alea diijinkan bertemu dengan ayahnya di sebuah ruangan tiga kali tiga meter yang hanya memiliki pintu tanpa ventilasi dan jendela. Hanya ada satu meja dan dua kursi metal saling berhadapan yang kali ini mereka duduki masing-masing. Sebenarnya Alea juga tidak tega ketika menatap ayahnya yang sekarang terlihat lebih kurus, sayu dan seolah tanpa gairah hidup lagi. Wibawa yang dulu sering ikut Alea banggakan dari sosok ayahnya seolah telah ikut lenyap. "Maafkan aku Alea." Ayah Alea hendak meraih tangan putrinya tapi Alea menariknya
Ternyata tuan Anmar tidak membawa Alea pulang, tuan Anmar membawa Alea kesebuah hotel paling besar di pusat kota yang merupakan salah satu milik tuan Anmar sendiri. Alea tidak pernah membayangkan dirinya akan dibawa oleh seorang pria ke hotel seperti ini. Karena jika membandingkan penampilannya dan setelan rapi yang dipakai tuan Anmar, Alea jadi benar-benar terlihat seperti gadis tidak benar yang suka dibawa pria-pria mapan ke hotel.Sejak keluar dari mobil, tuan Anmar juga terus menggenggam tangan Alea tanpa pernah melepaskannya sedikit pun. Alea merasa benar-benar sangat canggung, bukan hanya karena penampilannya yang tidak cocok utuk berjalan di samping tuan Anmar, tapi karena semua orang yang kali ini juga sedang memperhatikannya.Beberapa karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka ikut berhenti sebentar dan meny
Tubuh Alea terasa kebas dan masih malas bergerak, dia terbangun di antara gulungan selimut kusut yang cuma melilit tubuh sekenanya. Alea belum mau mengingat apapun karena rasanyeri di pangkal pahanya terasa lebih dominan sekarang. Alea coba berinsut sedikit untuk menggeser pinggulnya ketika menyaksikan layar ponselnya berkedip-kedip dan segera meraihnya dari atas nakas. Muncul beberapa notifikasi pesan baru yang beruntun. [Alea...] [Alea...] [Alea...] [Jika kau tetap tidak menoleh aku akan memanggilmu lagi] Alea masih sama sekali belum pulih dari apa yang dia alami tadi malam dan pagi-pagi ia sudah harus kembali melihat pesan dari Troy yang mendebarkan jantungnya. Pesan sederhan
Alea bukan hanya mendadak menikah di usia yang masih sangat muda, dia juga telah menikah dengan pria yang masih benar-benar asing baginya. Jadi sebenarnya bukan hanya kesenjangan usia yang menjadi masalah Alea sekarang, karena banyak pria yang jauh lebih tua pun sebenarnya juga belum tentu bisa bersikap dewasa. Kesenjangan usia tiba-tiba bisa jadi hal sepele jika dihadapkan pada pria seperti tuan Anmar. "Ke marilah Alea," panggil tuan Anmar ketika menoleh pada Alea. Alea benar-benar belum merasa nyaman ketika tiba-tiba harus begitu dekat dengan seorang pria. Tapi bagaimana Alea bisa menolak ajakan seperti ini dari pria yang sudah menikahinya. "Kemari lah, jangan malu dan takut padaku." Tuan Anmar masih menunggu tapi kaki Alea justru serasa lemas di atas ranjang. Meski baru saja mereka telah bersetubuh, tapi tengkuk Alea tetap merinding ketika diminta untuk mendekat.&nb