“Menghadapimu, aku tak perlu mencabut pedangku”. Ucap Yuki dengan mudahnya hingga semakin membuat lawannya emosi.
“Jangan salahkan aku kalau wajah cantikmu tergores jurus pedangku”. Jenderal Pedang segera membuka langkah ‘Tigabelas Jurus Pedang Titisan Naga Langit’nya.
“Heaaattt...!!!”
“Wuutt..wuutt...wuuttt.”. Jenderal Pedang mengawali serangan ‘Tigabelas Jurus Pedang Titisan Naga Langit’nya. Bagaikan ekor naga yang menyerang kedepan, serangan Jenderal Pedang berduyun-duyun datang menyerang. Tapi Yuki terlihat masih tenang ditempatnya, barulah saat serangan Jenderal Pedang mendekat, Yuki melangkah kedepan menyambut serangan dahsyat Jenderal Pedang.
Dengan jurus ‘Langkah Ajaib’nya, serangan pertama berhasil dihindari oleh Yuki dengan sempurna, tapi serangan Jenderal Pedang tak berhenti disitu saja, begitu serangan pertamanya lewat begitu saja, de
“Kedua tanganku masih cukup mampu untuk mengalahkanmu Jenderal Golok, majulah!”. ucap Bintang dengan tegas. Tapi hal ini justru membuat emosi Jenderal Golok naik.“Bersiaplah menerima jurus pertamaku, ‘Mengalahkan Lautan’, heaaattt!”. sosok gemuk Jenderal Golok langsung berkelebat kedepan, hebat, walaupun tubuhnya gemuk, tapi Jenderal Golok mampu bergerak cepat melancarangan serangan.Serangan Jenderal Golok tak main-main, jurus ‘Mengalahkan Lautan’ miliknya mampu menciptakan serangan bagaikan deburan ombak dilautan yang menyerang silih henti. Hebatnya serangan yang dilancarkan oleh Jenderal Golok membuat Bintang berdecak kagum.Kejap berikutnya dengan jurus ‘Kelana Pemabuk’nya Bintang menghindari setiap serangan golok ‘Mengalahkan Lautan’ milik Jenderal Golok. “Sial... serangannya selalu meleset satu inchi dari tubuhnya”. batin Jenderal
Melihat serangan badai api yang menggulung yang datang kearahnya, Bintang segera menyalurkan hawa dingin dari tenaga dalam Rembulan Dinginnya ke tangan kanannya, dan ; “Wush.. bleppp...!”. hebat serangan dashyat dari golok ‘Kobaran Api’ milik Jenderal Golok bisa ditahan Bintang dengan sebelah tangan kanannya yang sudah terangkum tenaga dalam Rembulan Dinginnya. Yang lebih mengejutkan Jenderal Golok tiba-tiba saja ‘Kobaran Api’ dari goloknya padam dan serangkum hawa dingin langsung menyerang kearah tangannya yang menjalar dari golok ditangannya.“Hup.”. Jenderal Golok cepat menarik kembali goloknya dan bersalto mundur. “Gila, hawa panas ‘Kobaran Api’ku bukan saja bisa dipadamkannya, tapi serangan hawa dinginnya langsung menjalar ketubuhku”. Batin Jenderal Golok lagi seraya menatap kearah Bintang dengan seksama. Kini mata Jenderal Golok mulai terbuka untuk mengen
Setelah melewati lembah tersebut, tak lama kemudian Bintang dan Yuki tiba didepan sebuah bangunan besar yang dikelilingi oleh pagar tinggi disekelilingnya, suasana terlihat sepi seakan tak berpenghuni. Hembusan angin dengan lembut menyapu dedaunan yang bertebaran dimuka pintu gerbang bangunan tersebut.“Kenapa sepi sekali kak?”. ucap Yuki heran melihat keadaan itu. Bintang tak menjawabnya tapi memandang kearah papan nama yang ada di pintu gerbang.~~ AS-SIDDIQ ~~“Sepertinya kita memang tidak salah tempat adik, tempat ini memang yang kita tuju”. Ucap Bintang“Biar Yuki yang ketuk kak”. Ucap Yuki seraya maju melangkah mendekati pintu.“Tok...tok...tok”. tak ada jawaban.Bintang ikut mendekat, dan ; “Assalamu’alaikum”. ucapan salam terdengar Bintang ucapkan.“Wa’alaikumsalam warohmatullah hiwabarakatuh...” terdengar jawaban dari balik pintu gerbang terse
“Mari silahkan duduk tuan Bintang dan nona Yuki” ucap Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dengan penuh keramahan. Sementara itu putranya Maghribi terlihat menyiapkan minuman hangat untuk Bintang dan Yuki yang kini sudah mengambil tempat berhadapan langsung dengan Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi.Kharisma yang terpancar dari wajah dan sosok Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi membuat Bintang tak kuasa menatap lama-lama ke sosok Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi. Hal ini semakin membuat Bintang terkagum-kagum pada sosok Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi.“Maghribi mengatakan kalau maksud dan tujuan tuan Bintang datang ketempat ini adalah untuk belajar dan memperdalam tentang islam”. Ucap Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi lagi.“Itu benar tuan syekh... hamba diutus guru hamba untuk belajar pada tuan syekh”“Siapakah guru tuan Bintang adanya ?”“Guru hamba bernama Miyamoto Ryo” belum lagi selesa
Dua bulan berlalu sejak kedatangan Bintang dan Yuki ke pondok As-Siddiq. Siang itu aktifitas di pondok As-Siddiq berjalan seperti biasanya, beberapa santri wanita tampak tengah membaca kitab suci al-qur’an, beberapa yang lain tampak tengah sibuk memperdalam pelajaran keagamaan mereka dari beberapa senior, sedangkan beberapa yang lain tampak tengah sibuk berlatih jurus pedang, Yuki tampak mengawasi langsung pergerakan mereka yang tengah berlatih. Salah seorang diantaranya juga Maghribi, putra dari Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi.Tiba-tiba saja dua orang penjaga pintu gerbang terlihat setengah berlari kearah Maghribi.“Kakak, di depan pintu gerbang ada tamu?”. ucap santri itu lagi kepada Maghribi.“Siapa mereka, apakah orang-orang dari Sekte Pemuja Iblis ?”“Bukan kak, katanya mereka berasal dari Sekte Bulan Purnama”“Sekte Bulan Purnama.!”. Maghribi cukup terkejut mendengar hal itu. Bahkan Yuki
Beberapa waktu berlalu, sejak Lian Nishang berada di pondok As-Siddiq, pakaian yang dikenakannyapun sudah berganti menjadi pakaian seorang muslimah, tapi cadar putih tetap selalu dikenakannya. Setelah beberapa hari, Lian Nishang baru terbiasa dengan kehidupan di pondok As-Siddiq yang sederhana dan mandiri. Bahkan Lian Nishang hanya tampak memperhatikan santri-santri pondok As-Siddiq yang tengah berlatih ilmu kanuragan bersama Yuki.Diam – diam Lian Nishang mengagumi sifat Yuki yang selalu bisa membuat suasana ceria diantara para santri-santri As-Siddiq. Sifatnya dan Yuki memang sangat jauh berbeda, Lian Nishang bersifat sopan tapi dingin, karena Lian Nishang memang tumbuh dilingkungan Sekte Bulan Purnama yang hampir semua pengikutnya adalah wanita. Walaupun pendiam, Lian Nishang termasuk cerdas, setiap tindakannya selalu berdasarkan pertimbangan yang matang dan penuh perhitungan, karena itulah tak ada ucapan yang keluar dari bibir Lian Nishang yang sia-sia.Selai
Sejak malam itu, Lian Nishang terus melakukan hal yang sama. Entah kenapa ada daya tarikan yang kuat di hati Lian Nishang untuk lebih mengenal sosok Bintang. Menatap Bintang dari kejauhan lantunan zikir taubat dan linangan air mata Bintang, membuat hati Lian Nishang ikut bersedih seakan merasakan apa yang saat ini dirasakan Bintang. Entah kenapa Lian Nishang ikut terbayang dosa-dosa dimasa lalu yang telah dilakukannya. Entah sudah berapa banyak pinangan laki-laki yang ditolaknya, begitu banyak yang kecewa dengan penolakan itu, Lian Nishang merasakan itu merupakan dosa yang ada dimasa lalunya.Sementara itu bagi Bintang, malam ini adalah malam ke-100 baginya, dan malam ini merupakan malam terakhir bagi Bintang untuk mengakhiri masa puasa dan pengajarannya.“Tong..tong...tong..!!!”. tiba-tiba saja sebuah suara pentungan terdengar bertalu-talu. Ini menandakan ada bahaya yang mengancam. Bukan saja Lian Nishang yang terkejut, bahkan Bintang yang tenggelam dalam
“Sebenarnya tidak ada permusuhan diantara Sekte Pemuja Iblis dan Sekte Bulan Purnama.. tapi aku Jenderal Tanah terpaksa harus melawan nona Lian jika terpaksa”. Ucap lelaki bertopeng tengkorak yang menyebut dirinya sebagai Jenderal Tanah.“Pondok As-Siddiq sudah merupakan rumah kedua bagiku... berurusan dengan pondok As-Siddiq juga berurusan denganku”. Ucap Lian Nishang lagi.“Kalau begitu terpaksa kita harus bertarung nona Lian”. Ucap Jenderal Tanah lagi.“Mari... silahkan!”. ucap Lian Nishang lagi dengan tenangnya“Rasakan jurus pertamaku, ‘Tanah Meteor’..!!”. ucap Jenderal Tanah lagi seraya merapatkan kedua tangannya didepan dada, dan ; “Deb..wuttt”. tiba-tiba saja Jenderal Tanah menghentakkan salah satu kakinya ke tanah, tiba-tiba saja tanah yang ada dibawahnya yang berbentuk kotak persegi empat mencelat keatas, bersamaan dengan itu, Jenderal Tanah dengan cepat