Dua bulan berlalu sejak kedatangan Bintang dan Yuki ke pondok As-Siddiq. Siang itu aktifitas di pondok As-Siddiq berjalan seperti biasanya, beberapa santri wanita tampak tengah membaca kitab suci al-qur’an, beberapa yang lain tampak tengah sibuk memperdalam pelajaran keagamaan mereka dari beberapa senior, sedangkan beberapa yang lain tampak tengah sibuk berlatih jurus pedang, Yuki tampak mengawasi langsung pergerakan mereka yang tengah berlatih. Salah seorang diantaranya juga Maghribi, putra dari Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi.
Tiba-tiba saja dua orang penjaga pintu gerbang terlihat setengah berlari kearah Maghribi.
“Kakak, di depan pintu gerbang ada tamu?”. ucap santri itu lagi kepada Maghribi.
“Siapa mereka, apakah orang-orang dari Sekte Pemuja Iblis ?”
“Bukan kak, katanya mereka berasal dari Sekte Bulan Purnama”
“Sekte Bulan Purnama.!”. Maghribi cukup terkejut mendengar hal itu. Bahkan Yuki
Beberapa waktu berlalu, sejak Lian Nishang berada di pondok As-Siddiq, pakaian yang dikenakannyapun sudah berganti menjadi pakaian seorang muslimah, tapi cadar putih tetap selalu dikenakannya. Setelah beberapa hari, Lian Nishang baru terbiasa dengan kehidupan di pondok As-Siddiq yang sederhana dan mandiri. Bahkan Lian Nishang hanya tampak memperhatikan santri-santri pondok As-Siddiq yang tengah berlatih ilmu kanuragan bersama Yuki.Diam – diam Lian Nishang mengagumi sifat Yuki yang selalu bisa membuat suasana ceria diantara para santri-santri As-Siddiq. Sifatnya dan Yuki memang sangat jauh berbeda, Lian Nishang bersifat sopan tapi dingin, karena Lian Nishang memang tumbuh dilingkungan Sekte Bulan Purnama yang hampir semua pengikutnya adalah wanita. Walaupun pendiam, Lian Nishang termasuk cerdas, setiap tindakannya selalu berdasarkan pertimbangan yang matang dan penuh perhitungan, karena itulah tak ada ucapan yang keluar dari bibir Lian Nishang yang sia-sia.Selai
Sejak malam itu, Lian Nishang terus melakukan hal yang sama. Entah kenapa ada daya tarikan yang kuat di hati Lian Nishang untuk lebih mengenal sosok Bintang. Menatap Bintang dari kejauhan lantunan zikir taubat dan linangan air mata Bintang, membuat hati Lian Nishang ikut bersedih seakan merasakan apa yang saat ini dirasakan Bintang. Entah kenapa Lian Nishang ikut terbayang dosa-dosa dimasa lalu yang telah dilakukannya. Entah sudah berapa banyak pinangan laki-laki yang ditolaknya, begitu banyak yang kecewa dengan penolakan itu, Lian Nishang merasakan itu merupakan dosa yang ada dimasa lalunya.Sementara itu bagi Bintang, malam ini adalah malam ke-100 baginya, dan malam ini merupakan malam terakhir bagi Bintang untuk mengakhiri masa puasa dan pengajarannya.“Tong..tong...tong..!!!”. tiba-tiba saja sebuah suara pentungan terdengar bertalu-talu. Ini menandakan ada bahaya yang mengancam. Bukan saja Lian Nishang yang terkejut, bahkan Bintang yang tenggelam dalam
“Sebenarnya tidak ada permusuhan diantara Sekte Pemuja Iblis dan Sekte Bulan Purnama.. tapi aku Jenderal Tanah terpaksa harus melawan nona Lian jika terpaksa”. Ucap lelaki bertopeng tengkorak yang menyebut dirinya sebagai Jenderal Tanah.“Pondok As-Siddiq sudah merupakan rumah kedua bagiku... berurusan dengan pondok As-Siddiq juga berurusan denganku”. Ucap Lian Nishang lagi.“Kalau begitu terpaksa kita harus bertarung nona Lian”. Ucap Jenderal Tanah lagi.“Mari... silahkan!”. ucap Lian Nishang lagi dengan tenangnya“Rasakan jurus pertamaku, ‘Tanah Meteor’..!!”. ucap Jenderal Tanah lagi seraya merapatkan kedua tangannya didepan dada, dan ; “Deb..wuttt”. tiba-tiba saja Jenderal Tanah menghentakkan salah satu kakinya ke tanah, tiba-tiba saja tanah yang ada dibawahnya yang berbentuk kotak persegi empat mencelat keatas, bersamaan dengan itu, Jenderal Tanah dengan cepat
“Dia kabur”. Batin Lian Nishang lagi. Setelah memperhatikan keadaan disekitarnya dan meyakini kalau Jenderal Tanah telah kabur, Lian Nishang kembali bersalto tinggi dan hingga diatas gerbang pagar pondok As-Siddiq. Kini terlihat pertempuran besar yang terjadi di halaman pondok As-Siddiq. Pertempuran besar antara santri-santri As-Siddiq menghadapi puluhan orang pengikut Sekte Pemuja Iblis.Lian Nishang tampak tertarik melihat salah satu pertarungan disudut halaman, dimana terlihat sosok Hisui Yuki yang tengah bertarung sengit dengan salah seorang dari tiga penunggang kuda yang memimpin rombongan pengikut Sekte Pemuja Iblis.Pertarungan tampak berjalan imbang, baik Yuki dengan pedang kembar ditangannya, menghadapi lawannya yang merupakan salah satu jenderal besar di Sekte Pemuja Iblis, yaitu Jenderal Angin. Dengan mengandalkan serangan pedang angin jarak jauhnya, Jenderal Angin terlihat mampu mengimbangi serangan-serangan gencar yang dilancarkan oleh Hi
“Coba kita lihat apakah kau mampu menghadapi serangan ‘Pedang Peri Terbang’ku”. Ucap Hisui Yuki lagi.“‘Pedang Peri Terbang’!”. batin Jenderal Tanah dengan wajah berubah.“Yap… ‘Pedang Peri Terbang’… coba sambut serangan pertamaku, ‘Berduyun-duyun memutus awan dan angin’, heaaa….” Hisui Yuki mempermainkan kedua tangannya didepan, seketika dua pedang yang sejak tadi mengambang diudara, langsung melesat dengan cepat kearah Jenderal Angin.“Huppp….”. untung saja Jenderal Angin sudah bersiap sejak tadi dan langsung bergerak menghindari serangan pedang terbang yang disebut dengan nama ‘Berduyun-duyun memutus awan dan angin’.Dalam beberapa gebrakan berikutnya, Hisui Yuki benar-benar membuktikan ucapannya, serangannya pedang tebangnya yang beruntun silih berganti mampu mendesak Jende
Fajar baru saja menyingsing diufuk timur, sinar kuning keemasan terlihat memancar menghangatkan tubuh, walau sang mentari belum muncur ke permukaan, tapi semburat cahayanya sudah terlebih dahulu mendahuluinya. Walaupun begitu, kesibukan tampak diantara para santri di pondok As-Siddiq.“Kita harus selamatkan abi dari mereka... walau harus berkorban nyawa”. Ucap Maghribi pada santri-santri yang juga telah bersiap dengan golok ditangan.“Benar kak, mari kita berjihad bersama”. Ucap santri-santri yang lain ikut menimpali.“Tapi kak, apa kita tahu dimana markas Sekte Pemuja Iblis itu?”. ucap salah seorang santri lagi hingga membuat semua orang yang ada ditempat itu terdiam, sunyi. Memang selama ini tak pernah ada yang tahu dimana markas Sekte Pemuja Iblis, mereka datang dan pergi bagaikan angin.Di salah satu sisi, terlihat juga sosok Lian Nishang dan Yuki yang hanya diam tanpa memberikan pernyataan. “Kak
Bersama Lian Nishang, Bintangpun melakukan pengejaran kearah utara, karena Lian Nishang sempat melihat rombongan Sekte Pemuja Iblis yang melarikan diri kearah utara. Tapi setelah dua hari melakukan pengejaran, jangankan pengikut Sekte Pemuja Iblis, bayangannyapun tak ditemukan oleh Bintang dan Lian Nishang. Keraguan mulai muncul dihati Bintang dan Lian Nishang. Malam itu kembali seperti malam sebelumnya Bintang dan Lian Nishang beristirahat ditepian sebuah danau kecil yang terdapat didalam sebuah hutan lebat. Kedua-duanya tampak duduk melamun menghadap ke sebuah api unggun yang menyala dihadapan mereka. Sesekali Lian Nishang tampak melirik kearah Bintang, tak banyak yang Lian Nishang ketahui tentang Bintang, karena sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara bila ada perlunya saja. Lamunan ini membuat Lian Nishang tak melepaskan pandangannya dari wajah Bintang. Sementara itu yang dipandang justru tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tak menemukan jejak
DI suatu tempat yang cukup, tepatnya disebuah lereng gunung terjal yang cukup menanjak, di salah satu sudut lereng terjal kaki gunung tersebut, terlihat sebuah batu besar yang ukurannya seukuran tubuh 3 ekor gajah dewasa, tapi bila kita perhatikan lebih seksama, sesungguhnya batu besar tersebut menutupi pintu sebuah goa, dan batu besar itu hanya bisa digeser dari dalam. Di dalam goa, terdapat satu lorong panjang dimana saat berjarak beberapa tombak, lorong itu berakhir. Berganti menjadi sebuah goa besar.Di sudut ruangan, tepatnya ditengah-tengah goa tersebut, terlihat sebuah singgasana emas terlihat bertengger di puncak undakan batu. Diatasnya terlihat duduk sesosok tubuh yang tinggi besar dengan didampingi 2 orang wanita cantik yang bertubuh menggairahkan. Sesekali salah seorang wanita itu tampak menyuapi sosok lelaki bertopeng tengkorak dengan untaian anggur yang ada ditangannya. Di belakang singgasana emas terlihat sebuah patung besar berbentuk iblis bertanduk dua, dengan