“Sebenarnya tidak ada permusuhan diantara Sekte Pemuja Iblis dan Sekte Bulan Purnama.. tapi aku Jenderal Tanah terpaksa harus melawan nona Lian jika terpaksa”. Ucap lelaki bertopeng tengkorak yang menyebut dirinya sebagai Jenderal Tanah.
“Pondok As-Siddiq sudah merupakan rumah kedua bagiku... berurusan dengan pondok As-Siddiq juga berurusan denganku”. Ucap Lian Nishang lagi.
“Kalau begitu terpaksa kita harus bertarung nona Lian”. Ucap Jenderal Tanah lagi.
“Mari... silahkan!”. ucap Lian Nishang lagi dengan tenangnya
“Rasakan jurus pertamaku, ‘Tanah Meteor’..!!”. ucap Jenderal Tanah lagi seraya merapatkan kedua tangannya didepan dada, dan ; “Deb..wuttt”. tiba-tiba saja Jenderal Tanah menghentakkan salah satu kakinya ke tanah, tiba-tiba saja tanah yang ada dibawahnya yang berbentuk kotak persegi empat mencelat keatas, bersamaan dengan itu, Jenderal Tanah dengan cepat
“Dia kabur”. Batin Lian Nishang lagi. Setelah memperhatikan keadaan disekitarnya dan meyakini kalau Jenderal Tanah telah kabur, Lian Nishang kembali bersalto tinggi dan hingga diatas gerbang pagar pondok As-Siddiq. Kini terlihat pertempuran besar yang terjadi di halaman pondok As-Siddiq. Pertempuran besar antara santri-santri As-Siddiq menghadapi puluhan orang pengikut Sekte Pemuja Iblis.Lian Nishang tampak tertarik melihat salah satu pertarungan disudut halaman, dimana terlihat sosok Hisui Yuki yang tengah bertarung sengit dengan salah seorang dari tiga penunggang kuda yang memimpin rombongan pengikut Sekte Pemuja Iblis.Pertarungan tampak berjalan imbang, baik Yuki dengan pedang kembar ditangannya, menghadapi lawannya yang merupakan salah satu jenderal besar di Sekte Pemuja Iblis, yaitu Jenderal Angin. Dengan mengandalkan serangan pedang angin jarak jauhnya, Jenderal Angin terlihat mampu mengimbangi serangan-serangan gencar yang dilancarkan oleh Hi
“Coba kita lihat apakah kau mampu menghadapi serangan ‘Pedang Peri Terbang’ku”. Ucap Hisui Yuki lagi.“‘Pedang Peri Terbang’!”. batin Jenderal Tanah dengan wajah berubah.“Yap… ‘Pedang Peri Terbang’… coba sambut serangan pertamaku, ‘Berduyun-duyun memutus awan dan angin’, heaaa….” Hisui Yuki mempermainkan kedua tangannya didepan, seketika dua pedang yang sejak tadi mengambang diudara, langsung melesat dengan cepat kearah Jenderal Angin.“Huppp….”. untung saja Jenderal Angin sudah bersiap sejak tadi dan langsung bergerak menghindari serangan pedang terbang yang disebut dengan nama ‘Berduyun-duyun memutus awan dan angin’.Dalam beberapa gebrakan berikutnya, Hisui Yuki benar-benar membuktikan ucapannya, serangannya pedang tebangnya yang beruntun silih berganti mampu mendesak Jende
Fajar baru saja menyingsing diufuk timur, sinar kuning keemasan terlihat memancar menghangatkan tubuh, walau sang mentari belum muncur ke permukaan, tapi semburat cahayanya sudah terlebih dahulu mendahuluinya. Walaupun begitu, kesibukan tampak diantara para santri di pondok As-Siddiq.“Kita harus selamatkan abi dari mereka... walau harus berkorban nyawa”. Ucap Maghribi pada santri-santri yang juga telah bersiap dengan golok ditangan.“Benar kak, mari kita berjihad bersama”. Ucap santri-santri yang lain ikut menimpali.“Tapi kak, apa kita tahu dimana markas Sekte Pemuja Iblis itu?”. ucap salah seorang santri lagi hingga membuat semua orang yang ada ditempat itu terdiam, sunyi. Memang selama ini tak pernah ada yang tahu dimana markas Sekte Pemuja Iblis, mereka datang dan pergi bagaikan angin.Di salah satu sisi, terlihat juga sosok Lian Nishang dan Yuki yang hanya diam tanpa memberikan pernyataan. “Kak
Bersama Lian Nishang, Bintangpun melakukan pengejaran kearah utara, karena Lian Nishang sempat melihat rombongan Sekte Pemuja Iblis yang melarikan diri kearah utara. Tapi setelah dua hari melakukan pengejaran, jangankan pengikut Sekte Pemuja Iblis, bayangannyapun tak ditemukan oleh Bintang dan Lian Nishang. Keraguan mulai muncul dihati Bintang dan Lian Nishang. Malam itu kembali seperti malam sebelumnya Bintang dan Lian Nishang beristirahat ditepian sebuah danau kecil yang terdapat didalam sebuah hutan lebat. Kedua-duanya tampak duduk melamun menghadap ke sebuah api unggun yang menyala dihadapan mereka. Sesekali Lian Nishang tampak melirik kearah Bintang, tak banyak yang Lian Nishang ketahui tentang Bintang, karena sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara bila ada perlunya saja. Lamunan ini membuat Lian Nishang tak melepaskan pandangannya dari wajah Bintang. Sementara itu yang dipandang justru tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tak menemukan jejak
DI suatu tempat yang cukup, tepatnya disebuah lereng gunung terjal yang cukup menanjak, di salah satu sudut lereng terjal kaki gunung tersebut, terlihat sebuah batu besar yang ukurannya seukuran tubuh 3 ekor gajah dewasa, tapi bila kita perhatikan lebih seksama, sesungguhnya batu besar tersebut menutupi pintu sebuah goa, dan batu besar itu hanya bisa digeser dari dalam. Di dalam goa, terdapat satu lorong panjang dimana saat berjarak beberapa tombak, lorong itu berakhir. Berganti menjadi sebuah goa besar.Di sudut ruangan, tepatnya ditengah-tengah goa tersebut, terlihat sebuah singgasana emas terlihat bertengger di puncak undakan batu. Diatasnya terlihat duduk sesosok tubuh yang tinggi besar dengan didampingi 2 orang wanita cantik yang bertubuh menggairahkan. Sesekali salah seorang wanita itu tampak menyuapi sosok lelaki bertopeng tengkorak dengan untaian anggur yang ada ditangannya. Di belakang singgasana emas terlihat sebuah patung besar berbentuk iblis bertanduk dua, dengan
“Hieekk”. tiba-tiba saja sebuah ringkikan suara kuda membuat Lian Nishang tersadar dari keadaannya yang tengah melamun, dengan cepat Lian Nishang bangkit dan berbalik. “Ahhh”. betapa terkejutnya Lian Nishang saat melihat sosok Bintang kini telah berada beberapa langkah dihadapannya, tapi bukan sosok Bintang yang muncul dihadapannya yang membuatnya terkejut, melainkan sesosok kuda yang kini menjadi tunggangan Bintang yang membuatnya terpana.Seekor kuda putih bersih, seakan tak ada debu yang menempel ditubuhnya, kuda putih itu terlihat begitu jantan dan sangat kokoh, urat-urat ditubuhnyapun terlihat menyembul hingga menambah keindahan sosok kuda tersebut dipandangan mata. Bintang sendiri terlihat begitu gagah berada diatasnya. Keterpanaan Lian Nishangpun sampai tak menyadari kalau Bintang sudah turun dan membawa kudanya kedepan Lian Nishang. “Adik Lian”. Ucapan lembut Bintang membuat Lian Nishang tersadar.“Oh..eh iya kak”
Tak perlu menunggu waktu lama hingga keduanya tiba didepan sebuah batu besar seukuran 3 gajah dewasa.“Apakah disini markas Sekte Pemuja Iblis kak?”. tanya Lian, Bintang hanya mengangguk pelan. “Batu ini hanya bisa digeser dari dalam”. Ucap Bintang lagi.“Biar Lian yang coba kak”. Ucap Lian Nishang menawarkan dirinya kepada Bintang. Bintang mengangguk dan melangkah mundur, memberikan tempat untuk Lian agar bisa dengan mudah menghancurkan batu besar itu.Lian Nishang merapatkan kedua kaki dan tangannya dan membentuk kuda-kuda anggun, perlahan dari kedua tangan Lian Nishang muncul seberkas sinar putih, dan ; “‘Golok Bulan’, heaa !!”“Wuuttt”. segelombang sinar putih membentuk bumerang raksasa keluar dari kibasan tangan Lian Nishang dan langsung menghantam batu besar tersebut, dan ; “Bleegarr!”. batu besar berukuran 3 gajah dewasa itu langsung hancur berkeping-keping
“Ha ha ha...! ada satu hal yang kau lupakan Raja Iblis”. Tiba-tiba saja sebuah suara keras membahana ditempat itu, mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, belum lagi hilang rasa terkejut itu, tiba-tiba saja sebuah bayangan biru melesat cepat dengan mengendarai sebilah pedang sebagai tunggangannya. “Yuki”. ucap Bintang dan Lian hampir bersamaan, sementara itu Yuki masih mempertunjukkan kemampuannya dengan terbang menunggangi pedangnya melayang-layang diatas kepala orang-orang yang ada dibawahnya. “Hup.”. dengan gerakan yang sangat ringan sekali Yuki melompat turun tepat beberapa langkah dihadapan Raja Iblis.Pedang yang tadi digunakan sebagai pijakan di udara, terlihat langsung melesat masuk kedalam warangka yang ada ditangan kanan Yuki. Kemampuan terbang menunggang pedang yang diperlihatkan oleh Yuki cukup mengejutkan orang-orang Sekte Pemuja Iblis, bahkan bagi Raja Iblis sendiri. Seandai wajahnya tak tertutup topeng, pastilah terlih