Share

BAB 3

Awan baru saja selesai ganti pakaian begitu Mikha masuk ke dalam kamar apartemennya, sementara diatas kasur mewahnya masih berserakan belasan stel pakaian yang baru saja datang, dikirimkan oleh kurir salah satu toko online.

Melihat pakaian yang dipakai oleh Awan, lalu pandangannya tertuju pada pakaian yang masih dalam bungkusan diatas kasur, tak ayal membuat kening Mikha berkerut dengan alis terangkat karena saking herannya.

Bagaimana tidak ?

Jika pakaian yang terpampang didepannya sangat tidak pas untuk seorang Awan, sehingga membuat dirinya tidak tahan untuk berkomentar.

"Awan, yang benar saja kamu mau pake ini buat kuliah ?" Tanyanya seolah tak percaya.

"Hehehe, kenapa ? Bagus kan ?" Awan seperti biasa malah terlihat santai, justru Mikha sendiri yang malah terlihat resah dengan apa yang dipakainya.

"Seriously ?"

"Dimana masalahnya ? Lagian ini hari pertama kuliah juga! dan Aku sudah melewatkan seminggu pertama karena kesibukan kerjaan."

Sikap santai Awan justru malah membuat Mikha yang jadi semakin gregetan.

"Hei, Kamu tuh bos besar, pemilik RA Group, 1 dari 50 orang terkaya di Indonesia.."

"Gak perlu di detailin juga kali." Potong Awan terkekeh.

"Iya, masa pakaiannya gak berkelas gini. Lagian kamu tuh kuliahnya di tempat elit loh, JIU! Banyak anak orang kaya bahkan selebiriti terkenal yang kuliah disana."

"Oh, jadi sekarang kamu sudah mulai mengomentari selera berpakaianku, hmnn."

"Yah, bukan gitu. Kalau kamu pakaiannya biasa gini, gimana cewek-cewek di JIU bakal melirik nantinya. Yang ada, justru mereka malah jauhin kamu."

"Oh, tidak hanyak pakaian tapi kamu juga mulai berani mengomentari cewek-cewek yang akan dekat denganku. Sudah mau diganti rupanya." Ujar Awan dengan senyum menggoda.

"Ih bukan gitu.." Ucap Mikha panik.

Wajah panik Mikha justru menghadirkan kelucuan tersendiri bagi Awan yang membuatnya tak tahan untuk tertawa, membuat Mikha semakin cemberut.

"Ih gak ngerti banget sih dibilangin."

"Hahaha... sudah santai aja. Lagian Aku tuh cuma mau kuliah. Masa bodoh orang mau mengomentari apa." Kata Awan sambil mencubit pelan hidung Mikha.

"Apapun yang kupakai tidak mengubah statusku kan ? lagian ini cuma pakaian. Terserah apa komentar orang-orang. This is me." Kata Awan dengan pede-nya

"Iya sih, tapi.." Mikha masih terlihat berat melihat selera berpakaian Awan.

"Gak ada tapi-tapian. Ya udah aku berangkat dulu yah."

Lanjut Awan sambil mengecup pipi Mikha pelan sebelum berjalan keluar, "Jangan lupa tar malam, dandan yang cantik!" Tambahnya sebelum keluar dari kamar.

Mikha hanya bisa geleng-geleng kepala melihat betapa cueknya Awan. Tapi meski begitu, Mikha tampak berbinar bahagia. Bagaimanapun Awan yang sekarang sudah mulai tampak cerah dan bersemangat seperti dirinya yang dulu.

Apa itu artinya Awan sudah bisa move on ?

Sepeninggal Awan, Mikha lanjut merapikan pakaian yang diatas kasur dan menyusunnya ke dalam wardrobe.

Sekali lagi, Mikha hanya bisa tersenyum sendiri melihat pakaian yang dipilih Awan.

Yah, bagaimanapun dia tetaplah Awan. Dia melakukan apapun yang diinginkannya tanpa memikirkan gengsi sama sekali, tidak peduli tanggapan orang lain yang penting Dia nyaman dan tidak merugikan orang lain, begitu prinsipnya. Mikha menyayanginya, walau Ia sadar tidak akan pernah bisa memiliki Awan seutuhnya.

Mikha ingat dengan begitu jelas, bagaimana canggungnya Ia ketika Awan pertama kali membawanya ketika itu. Sebuah tragedi yang membuatnya terjebak kedalam dunia hitam dan Awan lah satu-satunya orang yang mengulurkan tangan untuk menyelamatkan kehormatannya.

Teringat dulu, ketika Ia mengkhianati Renata dan coba memfitnah Awan karena kecemburuannya pada Renata yang selalu lebih unggul dari dirinya. Tapi pemuda tampan tersebut tidak sedikitpun menaruh dendam padanya.

Justru dua kali sudah Awan menyelamatkan kehormatannya.

Pertama, ketika Angel menghukumnya bersama teman-temannya. Karena keputusan Awan yang memilih memaafkan kesalahannya, sehingga Angel dan teman-temannya melepaskan dirinya.

Kedua, Ia ditahan oleh germo sebagai penebusan hutang keluarganya dan dijual ditempat prostitusi elit yang khusus melelang gadis-gadis perawan. Awan pula lah yang menyelamatkannya kembali dan membuat mereka bersama hingga detik ini.

Sekarang Renata sudah tiada, mungkin sudah tugasnya untuk membantu Awan keluar dari bayang-bayang kesedihannya sebagai balas budinya yang terlalu besar dalam kehidupannya. Walau tidak bisa dipungkirinya, kebersamaan mereka membuatnya jadi jatuh cinta dan bergantung pada Awan.

Semua kebutuhan hidupnya ditanggung Awan tanpa sedikitpun Ia meminta pamrih padanya, mulai dari biaya kuliahnya sampai pada apartemen tempat tinggalnya saat ini, walau pada kenyataannya Mikha lebih sering menginap di Apartemennya Awan.

Pemuda ganteng tersebut seakan sudah menjadi candu sendiri bagi Mikha, yang membuatnya tidak bisa jauh dari dirinya. Memikirkan itu, membuat Mikha jadi senyum-senyum sendiri dan tak sabar menunggu kejutan seperti apa yang akan diberikan Awan padanya nanti malam.

Keluar dari Lift, langkah Awan dicegat oleh salah seorang security yang menjaga area parkir.

Itu dikeranakan ketika Ia melihat Awan yang keluar dari lift dengan pakaian biasa dan membuat si security mencurigainya.

'Bagaimana bisa orang biasa macam dia bisa keluar lift khusus ini.'

"Berhenti disana! Mau maling lu ya ?" Bentak security muda tersebut. Perkiraan usianya beberapa tahun diatas Awan.

Awan sejenak memperhatikan si security dan tau kalau Ia orang baru disana sehingga Awan tidak terlalu mengambil hati sikap kasarnya.

"Baru mas ?"

"Oi, orang tanya itu bukannya dijawab malah tanya balik lu." Ujar security tidak senang.

"Hehehe tidak mas, saya mau mengambil kendaraan aja." Jawab Awan kalem.

"Kendaraan! Lu kira kendaraan disini murah, ha ? Dimana orang kayak lu bisa parkir sembarangan disini. Disini tuh yang parkir mobil mewah semua. Tujuh turunan juga gak bakal bisa beli lu." Ejek si security dengan tatapan merendahkan.

"Nama lu siapa ?"

"Saktiawan Sanjaya."

"Hah! Jangan pikir gue bodoh yah, sok-sok an makai nama pemilik tempat ini buat nyelamatin diri. Pak Saktiawan gak bisa dibandingkan sama orang miskin kayak lu, beliau bosnya yang punya apartemen mewah ini. Cari mati lu yah." Cibir security tersebut semakin merendahkan Awan.

"Dimana rumah lu ? eh ya, paling juga ngontrak kan lu! Balik sana, sebelum gue bertindak kasar dan melempar lu ke bawah." Usir security tanpa mau berkompromi sedikitpun sambil mendorong paksa Awan layaknya seorang maling.

"Kayak gini sok-sokan ke apartemen ini." Tawanya menghina.

Si security tetap aja mengata-ngatai Awan tanpa sedikitpun memberi kesempatan Awan untuk membela dirinya. Bersamaan dengan itu, security senior yang bernama Yunfa melihat juniornya tersebut lewat dekat pos jaganya.

Melihat siapa yang sedang dikasari oleh anggotanya tersebut, membuat jantungnya seakan copot dan terburu keluar sambil membentak anggotanya, "YOSEF."

Dia langsung naik pitam, melihat kebodohan juniornya tersebut. Juniornya itu sedang menggali kuburannya sendiri dan dia bisa saja terkena imbasnya. Sehingga membuat Ia sangat emosi melihat juniornya tersebut.

"Iya, Bang. Barusan gue habis nangkap penyusup bang. Sok-sok an ngaku pakai nama Bos Saktiawan Sanjaya lagi."

"Lagian lihat deh Bang, pakaian biasa kayak gini mau dibandingin sama bos Saktiawan. Halu banget kan dia.."

Plakk

Belum sempat dia bicara lebih jauh, sebuah tamparan keras Yunfa mendarat di wajahnya. Membuat Yosef oleng, saat itu Ia baru terkejut dan ketakutan begitu melihat wajah Yunfa yang sudah merah padam karena marah.

"Eh, b-bang.. Gu-gue cuma jalanin tugas buat ngamanin bocah penyusup ini aja.."

Plak

Lagi, sebuah tamparan tambahan mendarat di pipi sebelahnya. Membuat Yosef langsung terdiam dan tidak lagi berani mengoceh sembarangan.

'lagian apa salahnya, dia kan cuma menangkap penyusup yang masuk ke Apartemen. Mengapa seniornya itu sampai semarah itu padanya.' Pikir Yosef tidak mengerti.

"Mohon maaf Bos Saktiawan, dia orang baru. Tidak tahu etika dan berlaku kasar sama bos. Kalau bos mau, saya bisa melemparkannya keluar gedung." Yunfa terlihat ketakutan dan menunduk malu, tidak berani menatap Awan sedikitpun.

Yunfa merasa lalai dan mengakibatkan juniornya yang belum mengenal Awan sampai berlaku kurang ajar dan melewati batas. Dia takut kalau sampai big bossnya itu marah dan tersinggung karena sikap juniornya itu. Bukan hal yang aneh kalau seandainya juniornya itu atau bahkan dirinya sampai dilenyapkan karena kesalahan fatal tersebut.

"Hahaha santai pak Yunfa. Dia hanya menjalankan tugasnya aja, lain kali tolong diajari aja untuk mengenali siapa saja penghuni Apartemen disini ya." Ujar Awan santai dengan sindiran halus.

Adapun Yosef sudah tampak pucat sekarang dan mulai ketar-ketir.

"Eh, ta-tapi Bang.."

Yosef hendak bicara lagi dan masih tidak percaya kalau pemuda berpakaian biasa didepannya itu big boss mereka, tapi begitu melihat Yunfa melotot tajam padanya, membuat Ia tidak lagi berani melanjutkan bicara.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Hary Hauza
mantap pokonya ...
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
jendndjdkdld
goodnovel comment avatar
HendroMbah
tapi bang.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status