Jika ada orang yang paling dibenci oleh seorang Ardi saat ini, maka Ia adalah Awan. Mahasiswa baru yang telah membuatnya sampai kehilangan muka didepan penggemarnya langsung.
Bermaksud untuk menjadikan Awan sebagai objek tertawaan di chanel youtubenya, justru malah berbalik jadi tamparan memalukan baginya.
Bagaimana tidak ?
Kaum Aiden tersebut seharusnya jadi bahan tertawaan bagi Ardi dan para penggemarnya, urung jadi tertawaan justru Ia sendiri yang jadi bahan cemoohan penonton.
Aiden yang identik dengan mahasiswa miskin tersebut beneran mampu membayar makanan mereka yang harganya tidak sedikit. Bahkan seorang pegawai negeripun akan menguras gaji 1 bulan mereka untuk membayar tagihan makan sebanyak itu. Tapi, mahasiswa baru tersebut terlihat sangat santai mengeluarkan gaji bulanannya tersebut hanya untuk sekali makan.
Tidak peduli, apa Ia hanya bersikap sok kaya. Yang jelas, itu berhasil menampar keras wajah Ardi dan membuatnya sangat membenci Awan dan menjadikannya musuh nomor 1 nya saat ini.
Satu mata kuliah terakhir hari ini, sebelum masuk Ardi menemui Seila.
Ardi mendengar percakapan Seila dengan Viona pagi tadi dan Ia seperti menemukan cara untuk membalas penghinaannya pada mahasiswa baru yang dibencinya itu.
"Untuk apa, Di ?" Tanya Seila.
"Aiden baru itu, berlagak sok. Ini penghinaan bagi gue dan kita semua. Dia perlu diberitahu siapa tuannya agar sampah itu tahu posisinya." Ardi bicara dengan nada sarat kebencian.
Seila tersenyum melihat Ardi begitu membenci Awan, karena Ia merasakan perasaan yang sama dengan Ardi. Ia tersinggung karena tidak dianggap oleh Awan saat mereka masuk ke dalam kantin kampus siang tadi. Sial bagi mereka, karena telah lancang menyinggung seorang Seila.
Seila pun memberitahu kendaraan yang digunakan Awan, berikut ciri-cirinya. Ia masih ingat dengan jelas seperti apa kendaraan yang dipakai Awan saat menghalangi laju mobilnya pagi tadi, walau Ia tidak hafal nomor polisinya.
"Tapi gue yakin, cuma dia yang makai ronsokan itu buat ke kampus kita."
"Hehehe, tunggu kabar dari gue. Kita lihat, apa aiden bangsat itu masih bisa berlagak sok lagi setelah ini." Ucap Ardi menyeringai jahat.
Saat Ardi pergi Viona yang sedari tadi diam, berkata, "Apa kita gak terlalu kejam ya ?" Ada sedikit rasa bersalah menyusup dalam hatinya.
"Udah, gak usah dipikirin. Benar kata Ardi! Aiden baru itu perlu diajarin siapa tuannya disini."
Viona hanya bisa diam, melihat kilatan kebencian dimata Seila. Ia hanya sedikit kasihan pada mahasiswa baru yang malang tersebut. Lagian salahnya juga sih, apa salahnya Ia mengalah sedikit saja dan menunjukan rasa hormat pada Ia dan teman-temannya. Disisi lainnya, hatinya sedikit gamang 'Apa cara yang mereka lakukan ini tidak kelewatan?'
Ardi mengajak 4 orang teman klub motornya yang masih berasal dari kampus yang sama menuju gedung b3 tempat parkiran motor.
Seperti kata Seila, sangat mudah menemukan kendaraan mahasiswa baru yang telah lancang menyinggungnya tersebut. Begitu masuk ke dalam gedung b3, Ardi langsung menemukan motor Awan dibagian paling ujung karena hanya itu motor paling sederhana diantara jejeran motor-motor lainnya.
"Tahan dulu bro!" Ujar temannya sebelum Ardi berniat melangkah ke dalam tempat parkir.
Temannya tersebut, berjalan ke bagian dinding lalu mengarah ke satu titik.
Barulah Ardi paham apa tujuan temannya. Ia menggunakan kain putih dan menghalangi moncong CCTV, "Cerdas." Puji Ardi.
Beruntung dia membawa temannya, kalau tidak aksinya kali ini akan bisa menjatuhkannya jika ada yang membeberkan bukti rekaman CCTV nantinya.
Setelah menutupi 3 titik CCTV yang ada di tempat parkir, Ardi dan tiga temannya akan bertindak sebagai eksekutor dan 1 lainnya berjaga untuk memantau situasi.
Sebuah seringai jahat tersungging di wajah Ardi. Dia sudah membayangkan wajah putus asa Awan saat melihat sisa-sisa motornya itu nanti.
Mereka memastikan kembali keadaan disana benar-benar sepi, tidak ada satupun orang yang terlihat. Ardi dan ketiga temannya mendekati motor matic 110cc itu dengan eskpresi jahat.
Saat mereka baru mulai menyentuh motor, sebuah suara merdu mangagetkan mereka semua.
"Kalau saya jadi kalian, saya tidak akan berani menyentuh motor itu sedikitpun."
Ardi dan teman-temannya menoleh ke asal suara. Mereka cukup tercengang, entah darimana datangnya tapi diatas salah satu motor sudah duduk seorang gadis.
Astaga! gadis ini sangat imut sekali dengan tubuh yang sangat proporsional.
"Hehehe kenapa cantik ? Tapi, kami bisa bermain denganmu dulu kok." Kata Ardi yang disambut tawa mesum ketiga temannya.
Wajar saja mereka akan berpikiran mesum saat ini, bersama dengan wanita cantik dan imut begitu, belum lagi pakaiannya yang cukup ketat dan terbuka tidak cukup untuk menutupi tubuh putih mulusnya. Ardi dan teman-temannya menatap ke arah gadis tersebut dengan tatapan penuh nafsu.
Mereka semua teralihkan dengan keberadaan gadis cantik terebut. 'Motor bisa menunggu.' Pikir mereka.
"Kenapa ? Hmn, saya rasa kalian tidak cukup layak untuk menanyakan alasannya."
"Tidak cukup layak? Kalau begitu, berarti kita layaknya menanyakan nama kamu dong, hehehe."
Ketiga teman Ardi ikut tertawa. Mengingat mereka akan mendapat mangsa empuk sebentar lagi, bukan sembarang mangsa. Ini adalah seorang gadis cantik berwajah imut, mereka emua bisa bersenang-senang seharian penuh.
Belum-belum mereka sudah membayangkan bersenang-senang dengan gadis cantik ini.
Lagian mangsa empuk ini seperti datang dengan sukarela menyerahkan dirinya, daging segar yang teronggok ditengah-tengah serigala lapar, siapa yang bisa menahan diri untuk itu ?
"Oke, kalian bisa mencobanya. Satu-satu atau mau maju semuanya sekaligus, juga boleh." Kata gadis imut tersebut acuh tak acuh.
"Wow, gue suka sikapnya. Tidak sabar untuk membuatmu mendesah keenakan nanti, nona manis." Salah seorang teman Ardi yang berbadan paling besar terlihat tidak bisa menahan nafsunya lagi dan berjalan duluan mengambil jatahnya.
Tubuh gadis tersebut benar-benar sangat menggoda dan harum, Ia mengulurkan tangan hendak menyentuh bagian dada si wanita yang tampak bulat membusung. Saat Ia berpikir akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
Krak
"Aaaarrgghh." Pekik kesakitan si pria membuat semua orang tercengang.
Tangan kekarnya sudah melipat kebelakang, tanpa satupun yang bisa melihat bagaimana itu bisa terjadi karena saking cepatnya.
Tiga orang tersisa termasuk Ardi saling melihat satu sama lain. Seolah saling mengerti mereka sepertinya tidak bisa memandang remeh wanita imut di depan mereka tersebut, sehingga merekapun maju bersama-sama.
"Nah, begitu baru bagus. Biar tidak membuang waktuku."
Bukannya takut, justru si gadis imut malah terlihat sangat bersemangat ketika para pria yang sudah diliputi amarah ini maju bersamaan.
"Kayaknya lu gak bisa kita baikin lagi. Kami akan mengoyak seluruh tubuh loe dan setelah kami puas, tubuh loe akan kami kasih ke anjing jalanan."
Gadis imut tersebut hanya menatap mereka dengan senyuman mengejek yang membuat ketiga pria tersebut semakin emosi dan merasa terhina. Lalu meringsek bersama-sama.
Mereka yang begitu yakin karena melihat seorang gadis cantik dan sekilas tidak punya kemampuan apa-apa selain kecantikan yang bak bidadari justru akan telat menyadari jika mereka telah menggali lubang kematian mereka masing-masing.
Bum bum bumm
Ardi dan dua temannya jatuh tersungkur ke tanah dengan kondisi mulut menyemburkan darah, bergabung dengan teman mereka yang pertama.
"Guysss, kangeenn." "Iya, gue juga kangen ma kalian semua." "Hmn, tidak terasa waktu lima tahun begitu cepat berlalu." "Iya, gue sudah gak sabar menunggu seminggu lagi. Rasanya, kalendernya pengen gue sobek biar bisa segera bertemu kalian semua." Dalam video call tampak 7 orang, yang terdiri dari lima wanita dan dua pria saling melepas rindu satu sama lain. Suasana tampak begitu ceria dan penuh kehangatan. "Novi, dari tadi diam aja. Mentang-mentang sebentar lagi mau jadi jaksa." "Iya, kah? Pantesan Shiren dari tadi juga ikutan kalem banget, gak kayak biasanya." "Loh, Siska, lu gak tahu kalau Shiren sebentar lagi bakal jadi 'ibu' jaksa?" "Vebyyy, ember deh." "Hahaha, orangnya ngamuk. Biar yang lain pada tahu, Ren." "Tapi, gak gitu juga kali! Ah, lu juga sih. Jadi, gak surprise kan." "Hem-hem, jadi cinta lama bersemi kembali nih ceritanya." "Hahaha, lagian siapa yang bisa menolak pesona seorang jaksa sih?" "Ih, jadi karena itu Novi bawaannya kalem sekarang." "Hahaha, tidak
Keesokan harinya.Itu adalah hari yang dipenuhi kesedihan dalam klan Sanjaya. Madam Chiyo memimpin acara pemakaman hari itu. Ribuan orang dari klan Sanjaya dan klan Atmaja memadati hampir seluruh area pemakaman. Pemakaman seluas dua puluh hektar tersebut, tampak menjadi lebih kecil karena saking banyaknya orang yang hadir untuk menghadiri acara pemakaman masal hari itu.Mereka yang hadir disana hanya dari klan Sanjaya dan Klan Atmaja saja, dan beberapa lainnya dari kenalan terdekat mereka. Sesuai ramalan nenek Chiyo sebelumnya, pertempuran sehari sebelumnya telah menelan banyak korban nyawa. Jadi sangat wajar, semua orang tampak begitu sedih dan merasa kehilangan dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Tidak termasuk orang-orang Sanjaya yang berkhianat, karena mereka semua di urus oleh pihak divis zero dan militer.Saat semua orang sedang berduka, sekelompok orang baru datang meminta ijin pada penjaga yang berjaga di luar gerbang pemakaman. Sekelompk orang ini dipimpin oleh pange
Saat ia melangkah semakin jauh ke dalam alam jiwa Awan, ia menemukan sebuah tempat yang sangat gelap. Itu adalah satu-satunya tempat yang belum dilewatinya, Renata merasakan perasaan yang sangat kuat, jika Awan berada didalam sana. Renata coba mendekati tempat itu. Benar saja, ia mendapati Awan berada di dalam sana dalam keadaan terbelenggu. Lebih tepatnya, ia telah membelenggu kesadarannya sendiri. Kehilangan Angel dan juga bayi mereka, membuat pukulan yag sangat besar bagi mentalnya. Awan merasa semua itu adalah kesalahannya, karena itu ia menghukum dirinya sendri dan telah siap mati demi menebus kesalahannya tersebut. Renata ingin masuk ke dalam sana. Hanya saja, tempat itu seperti menolak kehadirannya. Renata coba berteriak sekeras yang ia mampu, namun suaranya tidak bisa tembus ke tempat Awan berada. Tidak peduli, sekeras apapun Renata berusaha. Renata menangis disana, sambil terus memanggil nama Awan. Ia tidak tahan melihat Awan menyiksa dirinya sendiri dengan menanggung s
Selain itu, ia juga telah berikrar untuk menanti Awan saat terakhir pertemuan mereka. Tapi hanya sebatas itu, tidak ada pernyataan yang menunjukkan bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar teman.Annisa dengan malu-malu menjawab, "Kami... hanya sekedar teman dan kebetulan berasal dari kampung yang sama.""Oh." Gumam Amanda singkat. Meski tampak ragu dengan jawaban itu, karena Annisa tampak berpikir lama sebelum menjawabnya. Namun, Amanda tidak menampik kalau ia merasa lega setelah mendengar hal itu langsung dari mulut Annisa."Kalau kamu... Kamu ada hubungan apa dengan Awan? Bagaimana bisa kamu membawanya dan datang dengan cara yang 'mengejutkan' seperti tadi?"Giliran Amanda yang jadi salah tingkah dengan pertanyaan balik Annisa. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Keluarganya dan Ayah Awan jelas sudah membuat kesepakatan atas pertunangan mereka dan sampai detik ini ketika melihat seluruh perkembangan Awan dan juga menyaksikan kekuatannya, Amanda tidak memungkiri
30 menit sebelumnya.Amanda tidak mengerti alasan kenapa dokter wanita berkerudung di depannya itu, sampai bisa memegang segel terakhir dalam tubuh awan.'Apa hubungan Awan dengannya?'Ketika melihat betapa khawatirnya wanita yang di name tagnya itu tertulis nama 'Annisa Azzahra' tersebut pada Awan, membuat Amanda bertanya-tanya, jika hubungan keduanya pasti bukan sekedar hubungan biasa.Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka, sampai akhirnya segel dalam tubuh terlepas. Proses tersebut pasti tidak mudah, karena begitu segel tersebut terlepas sepenuhnya dari dalam tubuh Awan, dua energi yang sebelumnya masih berada di dalam tubuh Awan, jadi menghilang sepenuhnya.Pastinya itu sangat melelahkan, terutama bagi Annisa. Tubuhnya tampak berkeringat dan pijakannya beberapa kali tampak goyah. Meski begitu, ia terlihat tidak ingin menyerah sedikitpun dan tetap berjuang untuk menyelesaikannya. Amanda juga tidak mengerti bagaimana cara Annisa melakukannya. Karena yang tampak di matanya, Annis
Mendengar pertanyaan itu, Kelvin hanya bisa tertawa pahit, "Sayangnya tidak bisa.""Kakak, apa itu artinya kami tidak akan pernah bertemu denganmu lagi?" Tanya Charlote syok.Ternyata itu adalah hari terakhir mereka bisa bertemu dengan Kelvin Sanjaya.Kelvin kembali hanya sebentar, untuk membantu Awan terakhir kalinya. Setelah itu, ia mempercayakan masa depan klan Sanjaya ditangan anaknya. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun keraguan atau kekhawatiran di wajah Kelvin. ...Berkat campur tangan divisi zero dan juga militer, semua kekacauan tersebut berhasil di sembunyikan. Selanjutnya, peta penguasa di negeri ini pun mengalami perubahan yang sangat besar, setelah tujuh keluarga naga dikeluarkan setelah bukti keterlibatan mereka dengan organisasi ilegal the shadow begitu jelas, selanjutnya tujuh keluarga naga ini dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tentu saja harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Aset mereka disita sepenuhnya oleh negara, meski itu hanya berlaku untuk di