Share

BAB 22

Bagus melihat keadaan dompetnya, kosong. Sepeser pun tidak ada uang. Di saat-saat sulit begini, ia sampai merogoh saku kemeja dan celana yang dia punya. Harap-harap ada uang yang terselip di sana. Namun, nihil. Dia hanya bisa membuang napas. Pasrah.

Pagi sekali Bagus meninggalkan rumah. Semua uang Bagus tidak tersisa, semua sudah diambil Yanto. Bagus pergi ke sebuah perusahaan yang ada dalam kartu nama pemberian seorang lelaki yang dia tolong dari pencuri. Bagus terpaksa memakai kemeja seadanya karena dia tidak memiliki baju yang bagus. Dia mau tak mau harus jalan kaki agar bisa sampai ke sana. Itulah yang bisa Bagus lakukan karena tidak memiliki sepeser pun uang untuk pegangan hari ini. Tidak dapat naik angkutan umum maupun ojek.

Bagus menelusuri jalan dengan kedua kakinya. Sangat jauh dan belum pernah dia jamah kawasan tersebut. Kalau tidak segera pergi, dia berasumsi jika telat akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Karena sulit baginya mendapat pekerjaan, apalagi ditawari pekerj
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status