Share

2

Ervin Aditya POV

Kemarin siang aku mendapatkan telepon dari seseorang yang mengaku bernama Hilda, dia mengatakan mendapatkan nomerku dari Ayu, wanita yang belum lama ini aku puaskan di ranjang hingga mendapatkan banyak sekali klimaks. Aku memahami, biasanya orang meneleponku ke nomer handphoneku yang ini karena mereka mau menggunakan jasaku, sehingga aku paham sekali siapa mereka, tapi ada yang berbeda dari apa yang Hilda inginkan dariku, Hilda bilang bahwa dia sedang mencarikan suami untuk sahabatnya. Aku langsung tertawa dan Hilda menggeram diujung sana dari apa yang aku dengar di telepon yang menandakan bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya. Dari yang disampaikan oleh Hilda temannya ini seorang pengusaha muda yang cukup sukses, dan tentunya wanita baik baik, dia hanya butuh aku menikahinya secara agama dan negara lalu dia akan membayarku. 

Aku tau kalo aku adalah laki-laki bayaran, tapi entah kenapa hatiku merasakan sesak ketika ada wanita yang menawarkan padaku untuk menjadi suaminya, bukankah wanita baik-baik akan mencari pria baik-baik untuk dinikahi bukan seorang bajingan sepertiku ini, yang maaf-maaf saja hidupku pas-pasan, keluargaku bukan dari keluarga kaya raya, bahkan aku adalah anak yang lahir tanpa seorang ayah, yang aku tau ayahku adalah orang asing, sehingga itu menjadi point plusku karena aku berwajah lebih dominan bule daripada mirip orang asli negara ini.

Siang ini aku janjian dengan Hilda untuk bertemu di sebuah Mall, ketika dia mengirimkan bosan W******p kepadaku bahwa dia ada di salah satu restoran di mall tersebut aku segera menuju ke sana. Setelah mencari cari, akhirnya aku temukan Hilda dan "calon istri" yang sedang asyik dengan makanan yang sedang di santapnya. Aku melihat Hilda melambaikan tangan kanannya ke atas, bermaksud memberitahukanku posisinya dan agar aku segera menuju kesana.

"Hai, Ervin ya, kenalin gue Hilda Amalia dan ini sahabat Gue, Kaluna," kata Hilda ketika aku sampai dimejanya dan langsung sapaan ramah yang aku dapat darinya sambil berjabat tangan dengan mereka berdua. Setelah itu mereka mempersilahkan aku duduk dan aku berhadapan dengan Kaluna, yang katanya cukup dipanggil Luna saja. 

Kesan pertama aku melihat Luna adalah dia belum bisa ku sebut "sugar mommy" karena dari wajahnya yang awet muda dengan wajah khas wanita indonesia, eksotis, memiliki tinggi kurang lebih 168 cm, penampilannya pun cukup sederhana jauh dari kata glamor, beda dengan sahabatnya Hilda yang dari penampilannya orang sudah tau kalo dia dari kaum sosialita kelas atas. Hari ini aku melihat Luna jauh dari kata menor, hanya lip blam menghiasi bibirnya, tanpa make up, dan penampilannya hanya di balut kaos dan celana jeans panjang. Sungguh tidak terlihat bahwa ia adalah seorang pengusaha sukses. Cukup melihatnya keseluruhan dan menatap matanya beberapa detik ini, aku tau dia wanita baik-baik dan aku bersyukur tawaran itu jatuh kepadaku untuk menjadi suaminya walau ini pura-pura, aku tidak akan menolaknya.

"Kira-kira lo okay nggak sama yang gue terangin barusan Vin?" Kata-kata Luna membuatku tersadar ternyata aku sudah melamun cukup lama.

"Hmm... gimana?" Kataku yang membuat Luna memperhatikanku lebih dalam tapi dia mau mengulangi penjelasannya dengan sabar.

"Seperti yang dibilang Hilda kemarin sama lo, gue butuh suami dan Hilda bilang lo setuju, nah karena lo setuju, gue akan kasih rincian pembayaran yang bisa lo terima ketika menikah dengan gue, gue akan hitung bayaran setiap bulan sebesar 50 juta, jadi karena kontrak nikah kita selama setaun, gue akan kasih lo 600 juta. Pembayaran diawal sebagai DP gue akan bayar 50% nya dulu, setelah lo tanda tangani perjanjian kita ini. Gimana, lo setuju?" Melihatku yang masih diam saja Luna menambahkan.

"Kalo menurut lo 50 juta sebulan masih kurang gue bisa tambahin kok, lo mau berapa?"

"Nggak, gue setuju aja, asal lo juga setuju sama syarat gue?"

"Emang lo punya syarat apaan?"

"Sebelum gue nikahin lo, biar terasa ini bukan rekayasa, gue akan ajak lo ke keluarga gue buat dikenalin dan minta restu dari mereka. Untuk mahar pernikahan nanti gue mau, gue yang akan kasih itu ke lo. Gimana, lo setuju?"

Aku melihat Luna menganggukkan kepalanya, dan dia menyodorkan kertas HVS rangkap dua yang ketika aku baca isinya adalah klausa-klausa tentang kesepakatan yang dia inginkan dariku, lebih dari apapun aku tidak keberatan dengan satupun point di sana, bahkan yg lebih menggelikan lagi tertulis No Sex. Aku tersenyum, selama ini orang membayarku untuk sex, dan sekarang justru aku mendapatkan uang sebanyak ini tanpa aku perlu sex. Aku menandatanganinya, dan memberikan kepadanya lagi.

"Oh iya, gue lupa, selama lo jadi suami gue, gue cuma berharap lo bisa vakum dulu dari pekerjaan lo dan tetap setia dengan komitmen pernikahan ini. Karena gue pengen jaga nama baik gue, keluarga dan terlebih lagi nama baik lo dimata semua orang."

Oh Tuhan, wanita sebaik ini yang akan jadi istriku nanti? Aku hanya tersenyum dan mengatakan, "okay, nggak masalah."

"Gue nggak punya banyak waktu, kalo lo nggak keberatan lo bisa ajak gue ke keluarga lo secepatnya."

"Okay kalo gitu sekarang saja gue ajak lo ketemu keluarga gue, biar gak kelamaan."

Aku berdiri dari dudukku di ikuti Luna, serta Hilda yang kemudian membayar tagihan makan mereka, setelah itu kami keluar dari mall tersebut menuju parkiran basemen.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
akhirnay ketemu calon suami bayaran yg seeirang gigolo
goodnovel comment avatar
Toni
bahaye kalu betino cak itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status