Share

1

last update Last Updated: 2022-08-11 18:53:48

Kaluna Maharani Atmaji Putri POV

Sejak kejadian semalam kehidupanku yang biasanya baik-baik saja, tenang, dan bagikan air sungai yang mengalir menjadi tiba tiba dilanda banjir. Bagaimana bisa Papa menginginkan diriku menikah lebih dulu daripada Ruben, secara aku saja tidak memiliki pacar, boro-boro pacar, gebetan saja tidak punya. Sejak usiaku memasuki kepala tiga, Keinginan menikah sudah aku buang jauh-jauh dari isi kepala. Hidupku hanya fokus mengurusi wedding organizer dan cafe. Memang aku tidak pernah terjun langsung di perusahaan keluarga karena sejak Ruben lulus kuliah, Ruben-lah yang meneruskan, dan aku lebih memilih untuk menjadi pemegang saham pasif disana.

Ketika semalam pulang dari rumah orangtuaku pukul 22:00 WIB, aku langsung menelepon sahabatku, Hilda dan memutuskan untuk bertemu besok siang di cafe. Cafeku memang biasanya dipakai oleh para Mahasiswa untuk mengerjakan tugas, ngobrol, ataupun kumpul bersama teman temannya. Aku sengaja membuat cafe dengan gaya minimalis. Harga makanan dan minuman yang disedikan di sini pun cukup ramah dikantong anak kost.

"Hai Lun, sorry Gue telat soalnya habis shopping di Paris, terus nyalon dulu di New York," aku yang sudah hafal dengan kehaluan sahabatku sejak TK ini hanya menatapnya yang sedang berjalan kearahku, ia langsung menarik kursi di depanku.

“Ada apa nih tumbenan ngajak ketemu gue, pasti lo takut ya gue balik ke Jakarta besok pagi tanpa pamit ke lo lagi,” sambung Hilda sambil meminum minumanku yang sudah ada di meja.

"Gue lebih takut nggak dapet calon suami dalam waktu deket ini daripada lo tinggal balik ke Jakarta," kataku sambil memalingkan wajah untuk menatap jalan di depan cafe yang ckup rame saat ini.

Bukannya jawaban yang aku dapatkan, justru tawa Hilda yang lepas tanpa beban memenuhi cafeku siang ini, yang untungnya sedikit lebih sepi karena masih jam perkuliahan.

"Ngapain lo ketawa, lo kira ini lucu?"

"Tenang aja kali, Lun, lo datang pada orang yang sangat tepat," kata Hilda setelah tawanya hilang.

"Lo punya solusi apa?" tanyaku langsung membetulkan posisi duduk untuk menghadap Hilda.

"Jaman sekarang, Lun, apa sih yang nggak bisa dibeli pakai duit, kan lo punya duit, lo belilah suami," kata kata Hilda terdengar enteng di telingaku. Bedebah memang wanita sosialita satu ini.

"Gue sudah nyari di shopee, tokped, semuanya ga ada yang jual suami, Oneng," kataku gemas.

"Lo yakin nggak masalah kalo ngeluarin duit buat beli suami?" Hilda mulai bertanya dengan serius yang aku jawab dengan, "hmm" saja.

"Okay, kalo gitu gue akan bantu cari, sebutin kriterianya, lo mau yang kaya apa, misal kaya kim soo hyun, rain, atau mungkin cha eun woo?"

"Gue nggak punya kriteria, selagi dia mau nikahin gue paling enggak dalam jangka waktu satu tahun dari kita nikah, gue akan kasih dia apa yang dia mau dari gue, habis itu kita bisa cerai."

“Okay, kalo gitu gue pakai standar gue aja deh milihinnya buat lo, yang pasti gue jamin nggak akan bikin lo malu."

"Asal lo dapet aja, bantuin gue beneran, awas lo," ancamku padanya.

"Iye, udah buruan lo kasih gue makan, dari pagi gue belum makan," kata Hilda tidak sabaran.

***

Dua hari setelah pertemuanku dengan Hilda, tiba-tiba di pagi hari itu Hilda meneleponku. Yang membuat aku harus mengangkat handphone walau mata ini masih ingin tertutup.

"Lun, gue beneran sudah dapat nih suami buat lo," kata Hilda, yang sukses membuat aku langsung terduduk dan membuka mata sempurna.

"Serius lo, Hil?"

"Iya, gue serius, gue janjian sama dia siang ini jam 2, lo buruan pagi ini cari penerbangan ke Jakarta, kita ketemu dia bareng bareng," Kata Hilda, yang langsung menutup teleponnya pagi ini.

Setelah telepon Hilda ditutup, aku langsung mencari tiket pesawat dan mendapatkan penerbangan pukul 09:00 WIB. Masih sisa 3 jam sebelum keberangkatan, secepatnya aku bersiap siap dan membatalkan semua agendanya hari ini.

-Jakarta-

Pukul 12.00 WIB aku sudah di dalam mobil Hilda, dan kami bersama sama menuju ke sebuah Mall untuk bertemu dengan calon suamiku.

"Lo beneran, sudah dapet calon suami buat gue hanya dalam waktu 2 hari."

"Iyalah dapat, hari gini siapa sih yang menolak dapet duit banyak apalagi dikota besar macam jakarta ini."

"Lo kenal dia dari mana?"

"Oh, dia itu langganan temen-temen arisan sosialita gue gitu kalo lagi kesepian dan butuh belaian," Jawab Hilda enteng.

"What?" aku berteriak kencang di dalam mobil, yang sukses membuat Hilda mengerem mendadak. Untung dibelakang kami sepi, kalo rame entah kejadian apa yang akan terjadi.

"Lo kenapa sih Lun, bikin gue kaget aja! pakai teriak segala," Hilda sudah sewot melihat ekspresiku yang masih shock dengan informasi yang di berikannya.

"Gimana gue nggak shock, lo cariin gue suami yang jelas-jelas sudah nggak perjaka dan lebih parahnya lagi dia gigolo," kataku yang sudah tidak bisa mengerem lagi kalimat dimulutnya.

"Hallo... Lun, hari gini gitu, Lun. Lo yakin akan dapet perjaka, anak SMA saja sudah banyak yang nggak perjaka sekarang, Lun. Lagian ya, terlalu kasar kalo lo nyebut dia gitu, sebut dong sugar baby gitu, rada lebih enak di telinga, Lun dan tenang aja, dia itu cakep, tinggi, gagah, badannya Lun, six pack, roti sobek Lun. Gue jamin lo nggak akan nyesel nikahin dia."

Aku memincingkan mata.

"Darimana lo tau kalo badannya bagus? Lo pernah pakai dia, ya?"

“Sembarangan aja lo kalo ngomong, gini gini gue ini sudah terpuaskan oleh suami, ngapain buang duit cuma buat silaturahmi kelamin doang.”

Aku masih menatap Hilda yang menyetir di sampingku sambil menunggu penjelasan lebih soal "calon suami"-ku.

"Okay, gue lanjutin penjelasan gue. Namanya Ervin, umurnya 27 tahun, profesi fotografer dan model, menurut temen-temen gue yang pernah pakai dia, Ervin ini orangnya sweet banget, mengerti plus peka sama wanita dan katanya perkasa," kata Hilda dengan menaik turunkan alisnya sambil menatap diriku.

"Busettt, lo cariin gue suami berondong? dan apa itu tadi, perkasa? Oh iya, gue nggak butuh keperkasaan dia dihidup gue, gue cuma perlu dia nikahin gue secara sah agama dan negara."

“Tujuan gue ngajakin lo ketemu dia itu buat bikin kesepakatan, berapa bayaran dia dari lo selama jadi suami kontrak lo itu.”

"Dia sudah tau tentang rencana kita?"

"Sudah, gue sudah terangin di awal, dan dia okay-okay aja, kata dia selagi lo nggak keberatan dengan keadaan dia, dia bisa nerima lo apa adanya."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
ingin punya suami cepat..malah sewah gigolo jadi suami..
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
gak tes kesehatan dlu yah ..selama ini kan Kevin gonta ganti pasangan....siapa tau nanti gak sengaja tdr bareng..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suami Bayaran    Extra-part 59

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku bangun dengan badan yang lebih segar. Aku renggangkan kedua tanganku ke atas sambil pelan-pelan membuka mataku. Saat kedua mataku terbuka, aku menoleh ke sisi samping sebelah kiriku dan tidak aku temukan keberadaan Ervin di sana. Mataku langsung membelalak lebar. Pantas saja aku bisa bangun siang tanpa ada yang membangunkanku.Tanpa banyak bermalas-malasan di atas kasur, aku segera bangun dari atas ranjang. Sambil berjalan menuju ke arah kamar mandi, aku yg memanggil-manggil Ervin. "Vin.... Ervin.... Where are you?"Tidak ada tanggapan dari Ervin yang sama saja artinya dengan dia tidak ada di kamar ini. Rasa penasaran mulai muncul di dalam hatiku. Kini setelah aku selesai mencuci muka dan menggosok gigi, aku keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar dari kamar, aku mengganti pakaian yang aku kenakan dengan kaos oblong berwarna putih yang oversize dan hotpants berwarna hitam polos. Selesai berganti pakaian, aku mencoba mencari Ervin di seki

  • Suami Bayaran    Extra-part 58

    Ervin Aditya POVSepertinya hidup memang tidak akan pernah lengkap tanpa adanya masalah yang hadir di dalamnya. Begitupula dengan kehidupan rumah tanggaku dan Luna. Aku bersyukur karena kehidupan rumah tangga kami berjalan lancar walau sesekali kami sering berbeda pandangan serta pendapat. Selama ini kami masih bisa menyelesaikan semua itu berdua dengan kepala dingin. Cobaan rumah tangga kami justru datang dari keluarga serta orang-orang disekitar kami. Mulai dari Papa Risnawan yang memutuskan menikah lagi, hingga aku harus berusaha membuat Luna tetap tegar menghadapi semua ini dan seperti informasi yang baru saja Jani kirimkan kepadaku.Jani : Mas, aku sudah enggak kuat rasanya. Mau nangis sekarang tapi air mataku sudah habis. Aku mengernyitkan kening ketika membaca pesan dari Jani malam ini. Selama ini aku berusaha untuk tidak pernah mencampuri rumah tangga Jani serta Bayu. Terlebih mereka sudah tinggal bersama sejak ibu meninggal dunia beberapa tahun lalu. Aku berpikir jika mereka

  • Suami Bayaran    Extra-part 57

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POV"Kita pulang yuk, Vin?" Ajakku kepada Ervin setelah rasanya kami sudah cukup lama berada di warung ini. "Masa langsung pulang sih, Lun. Kita jalan-jalan dulu lah mumpung masih di Bali.""Mau nyari apa lagi? Makan? Udah kenyang. Baju? Di lemari sudah banyak.""Ya pingin aja gitu jalan-jalan kaya orang pacaran."Nasib, oh, nasib....Beginilah jika punya pasangan seperti Ervin yang tidak bisa diajak duduk santai di rumah setiap kali sedang berlibur. Ervin adalah tipikal orang yang tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk duduk di dalam villa atau hotel saja. Hanya sekali ia begitu sulit diajak jalan-jalan ketika kami berlibur berdua. Itu adalah ketika kami honeymoon ke Austria. "Ingat, buntut sudah ada satu, Vin. Aku aja rasanya kangen banget sama Eric.""Sama, Lun. Tapi kita memang butuh waktu untuk berdua dan menikmati kehadiran satu sama lain tanpa ada pengganggu. Jangan sampai kita kalah sama Papa dan Lolanya Eric."Aku tertawa di hadapan Ervin. Ya, te

  • Suami Bayaran    Extra-part 56

    Ervin Aditya POVMisi untuk mengajak Luna menikmati waktu kami berdua di Bali cukup sukses aku lakukan. Apalagi sejak sampai di Bali kami langsung aktif bersilaturahmi di atas ranjang. Tidak hanya di atas ranjang seluruhnya juga sih, lebih tepatnya kami melakukannya di seluruh penjuru kamar sejak siang sampai sore hari. Bahkan matahari yang mulai pulang ke peraduannya pun bisa aku lihat dari jendela kamar ini. Saat aku menoleh ke arah Luna, aku bisa melihatnya yang sudah tidur dengan mulut sedikit terbuka. Mulutnya bahkan telah membaut aliran air terjun hingga membentuk gugusan pulau baru di atas bantal yang ia tiduri. Aku tersenyum saat melihatnya. Sepertinya istriku cukup lelah dengan aktivitas bercinta kami berdua sejak sampai di villa ini. Kini aku memilih untuk bangun dari ranjang dan membiarkan Luna untuk menikmati waktu istirahatnya. Aku berjalan menuju ke kamar mandi dan melakukan mandi junub. Sudah saatnya melakukan kewajibanku di dunia ini sebagai seorang umat dari Tuhan.

  • Suami Bayaran     Extra-part 55

    Kaluna Maharani Atmaji Putri POVAku kembali menginjakkan kakiku siang ini di Bandara Ngurah Rai, Denpasar bersama Ervin. Ya, hari ini kami langsung terbang ke pulau Dewata ini sekedar untuk merasakan liburan kami berdua lagi tanpa kehadiran Eric. Tentu saja Eric kami titipkan kepada Mamaku. Walau sebenarnya aku paling tidak tega menitipkan Eric kepada Mama, namun Mama terlebih Eric terlihat senang-senang saja. Tentu saja Eric senang, apalagi Mama terlalu memanjakan dirinya sebagai seorang cucu tunggal."Hari ini rencananya kita mau ke mana, Lun?""Terserah kamu saja, Vin.""Jangan gitu dong, Lun. Soalnya aku paling enggak bisa kalo kamu bilang terserah. Nanti seenak udel aku bikin jadwal, kamu cemberut."Aku tersenyum ke arahnya dan aku gelengkan kepalaku."Enggak, tenang aja. Tapi aku rasa kita lebih baik pulang dulu ke villa-ku yang ada di Canggu."Aku tahu wajah Ervin tampak tidak bersemangat karena sebenarnya dirinya yang sudah membuatkan aku sebuah villa di Bali dengan hasil ker

  • Suami Bayaran    Extra part 54

    Ervin Aditya POVAku sengaja mengajak Luna menuju ke kamar kami yang ada di lantai empat. Bukan tanpa alasan aku mengajaknya ke kamar. Tentu saja itu harus aku lakukan karena aku memiliki hal-hal yang sangat privasi untuk dibicarakan sedangkan tadi kami tidak memiliki tempat yang layak untuk melakukan itu. Saat kami sudah berada di dalam kamar hotel, Luna memilih untuk duduk di pinggiran ranjang berukuran king yang ada di dalam kamar kami. Aku memilih duduk di sampingnya. Saat aku duduk di sampingnya, Luna sudah menatapku dengan tatapan lembutnya. "Ada apa, Vin?""Enggak, cuma pingin ngobrol sama kamu aja."Luna mengernyitkan keningnya. Aku tahu jika aku terdengar sangat absurd dan konyol saat ini namun aku berusaha untuk mengabaikannya. "Ngobrolin apa?""Ngobrolin tentang ketakutan kamu ketika aku melihat gown yang dipakai sama Kimaya tadi."Aku melihat Luna terdiam, kemungkinan ia tidak menyangka jika aku bisa tahu tentang isi hatinya. Tentu saja aku bisa tahu, lebih dari lima t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status