Share

Bab 4. Nasib Tidak Baik

Bab 4. Nasib Tidak Baik

Satu hari berlalu latihan An Lan bersama Bibi Lumini, di pagi hari empat anak berdiri di halaman belakang, sosok tua berjalan menghampiri mereka, kedatangan tiga teman membuat An Lan mendengus kesal,

An Sen, An Yin, dan An Yun menahan tawa sambil mengejek An Lan, mereka terdiam setelah kedatangan Bibi Lumini.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi guru!"

"Sebelum memulai latihan, guru akan jelaskan beberapa tingkatan seorang petarung sejati!"

"Iya guru!"

"Tingkat kekuatan terbagi menjadi dua, tingkat tubuh fisik dan tingkat kultivasi!"

"Tingkat kultivasi itu apa guru?" tahta An Yin.

"Tingkat kultivasi adalah sumber kekuatan yang mendukung tubuh fisik, contohnya seperti ini!"

Bibi Lumini menjentikkan jari "DUARRRRRRRRRRRR!"

"Wah… batu itu hancur!"

Lumini menjelaskan semua daftar tingkat kekuatan seorang petarung:

Tubuh Fisik:

Forging Body

Soldier Body

King's Body

Golden Body

Purple Gold Body

Dragon King Body

Immortal Body

Gold immortal body

Immortal Emperor

Emperor of Fighters

Heaven's Body

Heavenly Body Purification

Shadow Soul Body

The Body of the Fighting Emperor

Tingkat Kultivasi:

Disciple Cultivation

Energy Purification

Energy Center Opener

Spiritual Soul

Golden Soul

Purple Gold Soul

Soul Release

Eternal Soul

King's Soul

God's Soul

Soul Body

Cultivation of Nirvana

Goddess Cultivation

Cultivation of Heaven

Tingkat Pusaka/Senjata:

Stone Iron

Precious metal

Heavy metal

Ancient Metal

Rock Gold

Earth Material

Sky Material

Spirit Materials

God Material

Soul Stone

Empat murid tertidur mendengar penjelasan Lumini, sosok tua mengayunkan ranting kayu memukul semua murid.

"Bangun-bangun, kenapa kalian tidur hah!"

"Maaf guru, malam tadi kurang tidur!"

"Apakah kalian paham apa yang aku jelaskan?"

"Paham guru…!"

"Sekarang berdiri, kita mulai latihan… hari ini melatih fisik dulu!"

"Iya guru!"

"Kalian pindahkan semua batu itu ke sana, guru ada urusan penting!" ucap Lumini berbalik pergi.

"Iya!"

Melihat Lumini pergi, tiga anak di samping An Lan memperlihatkan wajah licik, An Lan menghela nafas panjang melihat keadaan tidak berpihak.

"An Lan, kamu saja pindahkan semua batu itu!"

An Lan mengepalkan tangannya "Kenapa harus aku sendiri!"

"Kami adalah anak para tetua keluarga An, kamu hanya numpang tinggal di tempat kami… kalau kamu tidak mau memindahkan batu-batu itu, silahkan tinggalkan keluarga An!"

An Lan terdiam, wajah senang berubah menjadi murung, kalau ia pergi mau tinggal dimana, sedangkan semua orang di Nirvana sangat pelit dan saling cuek satu sama lain.

"Cepat!"

"Ba-baik!"

An Yin melihat ke arah dua temannya "Ayo kita duduk melihat dia!"

"Ayo!"

An Lan memindahkan batu-batu berat ke tempat yang diminta Lumini, keringat membasahi punggung bocah berusia enam tahun, beberapa menit kemudian An Lan berlutut kelelahan, ia melihat ke arah tiga anak yang sedang minum air pegunungan, An Lan menelan ludah melanjutkan langkahnya memindahkan batu-batu berat.

—------

Satu jam berlalu.

—------

"Aku lelah sekali!" ucap An Lan terjatuh pingsan.

"Hei lihat, dia pingsan… bagaimana ini?"

"Kita sembunyikan dia di semak itu!"

"Bagaimana kalau guru bertanya?"

"Bilang saja pulang lebih awal!"

"Baik!"

Tiga anak menyembunyikan tubuh An Lan ke semak-semak, setelah itu melihat ke arah batu-batu yang tersisa.

"Ayo kita pindahkan, lagi pula tinggal sedikit!"

"Ayo!"

10 menit kemudian, tiga anak berhasil menyelesaikan tugasnya, saat itu juga Lumini kembali ke halaman belakang, ia tidak melihat keberadaan An Lan.

"Dimana An Lan?" tanya Lumini.

"Dia pulang guru, semua batu itu? Kami yang pindahkan, badanku rasanya sakit sekali!"

"Besok guru akan memberikan hukuman!"

"Hukum saja guru!"

Lumini melihat ke arah tiga muridnya "kalian pulanglah, hari sudah sore!"

"Baik guru!"

"Hati-hati!"

"Iya!"

Lumini berbalik memasuki rumah perpustakaan, perlahan matahari mulai tenggelam, di semak-semak seorang anak terbaring pingsan, simbol pedang muncul di dahi An Lan, simbol bersinar satu kali lalu membangunkan sosok anak berusia enam tahun.

"Aku dimana?"

"Apa sudah malam!"

"Ayo pulang, aku lapar!" ucap peri kecil di kantong kecil.

"Ayo!"

An Lan berbalik pergi meninggalkan rumah perpustakaan, karena sudah larut malam ia tidak izin kepada Lumini, setelah bedah di kediaman, An Lan melihat sosok tua duduk di teras rumah, dengan setianya Kakek An Hui menunggu cucunya pulang, ia juga menyiapkan makan malam.

"An Lan, akhirnya kamu pulang juga, kenapa terlambat pulang?"

An Lan menceritakan tentang ketiga temannya saat latihan bersama, sosok tua duduk di kuris, ia menghela nafas menahan amarah.

"Kakek, aku tidak mau terus seperti ini… kenapa selalu aku, semuanya aku, aku yang disalahkan!"

"Cucuku, semuanya ini adalah latihan untuk bertahan di dunia ini!"

"Ya!"

Bersihkan dirimu, setelah itu pergi makan, aku sudah siapkan makan malam.

"Terimakasih kek!"

"Em!"

Sosok tua melihat An Lan berlari "anak siapa sebenarnya kamu?" gumam An Hui berjalan ke arah kamar.

Semua orang tertidur pulas, begitu juga dengan An Lan, peri kecil keluar dari kantong kecil ketika merasakan Energi dewa di tubuh An Lan.

"Haha… akhirnya kamu berhasil membuka sedikit energi dewa pedang, selamat… itu karena kamu melatih fisik secara keras, seiring fisik berkembang maka kekuatan dewa pedang akan semakin terlihat!" ucap putri kecil duduk di atas gulungan.

"Sebaiknya aku memurnikan energiku!"

Peri kecil duduk di kecamatan memejamkan matanya, tepat tengah malam An Fei berjalan menghampiri kamar An Lan, ia mencoba mengintip aktivitas An Lan atas permintaan Lumini, An Fei melihat lubang kecil, ia terangsang melihat sosok peri di samping An Lan.

"A-apa itu!"

Peri kecil membuka matanya, saat itu juga ia muncul di hadapan An Fei.

"Karena sudah lancang, aku hilangkan ingatanmu!" ucap peri kecil menghilangkan ingatan An Fei.

An Fei berbalik pergi seperti orang gila, dari gaya berjalan seperti orang mabuk, disisi lain peri kecil melanjutkan aktivitasnya, sekarang ia harus lebih berhati-hati dengan keadaan orang luar, peri kecil juga meminta An Lan menyembunyikan identitas aslinya.

Perlahan riak energi pasir waktu masuk ketubuh An Lan, semakin lama bersama maka energi yang diperoleh semakin murni, peri kecil hanya memberikan sedikit energinya karena tubuh An Lan masih belum cukup untuk menerima kekuatan besar.

Peri kecil melihat ke arah An Lan "Setelah kamu menjadi kuat, aku akan membantumu mencari ayah dan ibumu!"

"Aku juga membutuhkan pintu dimensi untuk kembali, tentunya tidak di dunia Nirvana… tapi dimana aku bisa mendapatkannya ya?"

"Hmm… aku juga akan mencari itu!"

Setelah perang besar beberapa tahun, empat benua menjadi satu, kecuali pulau dosa yang masih dikelilingi lautan luas, dataran luas tersebut hanya menyisakan reruntuhan bangunan, tidak ada satu orangpun yang tinggal di sana, tengkorak makhluk hidup berhamburan dimana-mana, Istana yang awalnya megah sekarang menjadi rimbun tumbuhan menjalar.

Sinar matahari sudah tidak terlihat karena sumber energi langit dan bumi tidak pernah ada lagi, dataran luas hanya mendapatkan sedikit sinar cahaya dari sebuah gerbang besar, gerbang bersinar terang tanpa pernah redup sekalipun, tempat tersebut sudah menjadi rumah bagi hewan buas dan makhluk spiritual, jiwa mati juga tidak terhitung jumlahnya.

Bersambung…

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Hajri Junaidi
malas nian lagi asik baca poin habis...
goodnovel comment avatar
Subandi Bandi
Ayo tetap semangat
goodnovel comment avatar
Fatarai Dgsitakka
bagus saya sangat suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status