Share

Bab 3. Berlatih

Bab 3. Berlatih

Malam gelap memperlihatkan sinar cahaya di salah satu ruangan, sosok peri kecil mencoba kultivasi Nirvana, perlahan Matahari pagi menyinari dunia, peri kecil membuka matanya, dalam waktu singkat ia berhasil menguasai kultivasi Nirvana, An Lan membuka matanya melihat ke arah peri kecil.

"Peri kecil, sedang apa kamu?"

"Aku baru saja mencoba kultivasi ini, untuk dasar pemula memang sangat bagus, tapi memiliki beberapa kelemahan!"

"Apa itu?"

"Terlalu lambat, tapi energi yang diserap sangat murni!"

"Apakah kamu memiliki cara untuk mempercepatnya!"

"Ada? Menyerap langsung dari sumber energi di dunia Nirvana ini… tapi aku tidak tahu dimana tempat itu… sebaiknya kamu bersiap, hari ini kamu latihan bersama Bibi Lumini!"

"Oh iya, aku hampir lupa!" ucap An Lan berbangun dari tidur.

30 menit kemudian, An Lan sudah membersihkan diri dan sarapan pagi, peri kecil masuk ke kantong kecil milik An Lan, mereka melesat pergi menuju rumah perpustakaan.

"Kakek, aku pergi dulu!"

"Hati-hati!"

Tiga anak melihat ke arah An Lan, mereka ingin tahu kemana An Lan pergi, langkah mereka berhenti di depan perpustakaan, An Lan menghampiri bibi Lumini.

"Guru! aku datang!"

"Haha… murid baruku, kamu bersemangat sekali!"

"Tentu saja!"

"Ayo kita mulai saja latihannya, aku akan menjelaskan beberapa hal penting saat latihan… kamu duduklah!"

Dua sosok duduk dibawah pohon, tiga anak yang mengintip dari kejauhan merasa iri karena An Lan memiliki guru bela diri, di tambah lagi status Lumini adalah anggota keluarga bangsawan, ia memiliki tugas mendidik anak-anak sampai orang dewasa menjadi seorang petarung tangguh, semua orang selalu memberikan hormat kepada Lumini ketika bertemu atau berselisihan.

Untuk menjadi murid bibi Lumini harus memperlihatkan sedikit bakat sebelum diangkat sebagai murid, keberuntungan An Lan berhasil menundukkan sosok yang disegani semua orang, tiga anak berbalik pergi dengan perasaan kesal dan iri, ia ingin mengadu ke orang tuanya.

"Aku ingin ayahku juga memasukkanku menjadi murid bibi Lumini!"

"Aku juga!"

"Tenang saja, ayahku pemimpin keluarga, dia pasti mengabulkannya!"

"Benar;"

Setelah tiba di kediaman keluarga, tiga anak merengek meminta orang tuanya membantu agar menjadi murid bibi Lumini, mendengar hal itu pertemuan dilakukan, semua tetua berkumpul di ruangan pertemuan.

Pemimpin keluarga An melihat ke arah An Hui "bagaimana bisa, An Lan menjadi murid bibi Lumini?"

"Itu kebetulan saja, An Lan memang ramah dan mudah berkomunikasi dengan usia lebih tua darinya, mungkin itu? Aku juga tidak mengetahui kenapa Lumini menjadikannya murid?" ucap An Hui.

"Ayah, aku juga ingin… !"

"Sudah-sudah, aku akan bicara langsung dengan Lumini… kalian tunggu disini saja!"

"Hore…!" teriak tiga anak.

An Fei atau kepala keluarga pergi menuju rumah perpustakaan, di halaman belakang rumah perpustakaan An Lan berlatih fisik, sebelum memiliki kekuatan spiritual Lumini mau muridnya melatih fisik terlebih dahulu.

"Yeaa!"

"Aaaa!"

"Aaa!" teriak An Lan memukul boneka kayu.

"Kekuatan fisik adalah wadah untuk kekuatan spiritual, dan kekuatan mental adalah wadah kekuatan jiwa, kamu harus melatih itu dulu sebelum melakukan kultivasi Nirvana!"

"Baik guru, aku akan rajin berlatih!"

"Em..!"

"Yeaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

"Buk!" suara tamparan.

"Aduh tanganku, boneka ini keras sekali!"

"Haha.. pelan-pelan, jangan terburu-buru mengerahkan tenaga… utama ketelitian dalam setiap gerakan, buatlah semuanya menjadi rapi tanpa ada kesalahan sedikitpun!"

"Iya guru!"

An Lan kembali melesat ke arah boneka kayu, ia berteriak saat boneka kayu menampar wajahnya.

"Aaa… pipiku!"

"Hati-hati, fokuslah pada pertarungan dan jangan mengalihkan pandangan!"

Penjaga menghampiri bibi Lumini "Lapor, Ada An Fei dari keluarga An!"

"Eh… An Lan, kamu lanjutkan latihan, aku akan ke depan!"

"Baik guru!"

Bibi Lumini menghampiri An Fei, kepala keluarga An memberikan sekantong emas agar anak dari keluarga An mau menerima sebagai murid, Lumini terdiam memikirkan permintaan An Fei.

"An Fei, maafkan aku.. sebenarnya aku sangat sibuk akhir-akhir ini, aku tidak berani mengambil murid lebih banyak!"

"Tetua, aku mohon… anak-anak dari keluarga An tidak pernah mendapatkan pendidikan bela diri dari siapapun, tolong kabulkan permintaanku, aku akan melakukan apapun asal anak dari keluarga An mendapatkan pendidikan!"

Lumini menghela nafas panjang "Baiklah aku akan menerimanya, tapi aku memiliki pertanyaan? Kalau kamu tidak bisa menjawabnya, maafkan aku tidak bisa memenuhi permintaanmu!"

"Katakan, aku akan menjawabnya!"

"Siapa An Lan, dan siapa kedua orang tuanya? Apakah dia benar-benar dari keturunan keluarga An atau bukan?"

"Ayahku An Hui menemukannya di hutan dekat kebun apel, saat itu dua masih sangat kecil dan belum bisa bicara, kami sekeluarga tidak tahu bagaimana mencari identitas anak itu, dan An Hui tidak mungkin ditinggalkan sendiri, ia membawanya pulang ke rumah… sampai sekarang tidak ada yang tahu!" ucap An Fei terlihat murung.

"Di hutan sendirian, untuk apa seorang anak kecil tinggal di hutan… kalau orang tuanya membuang anaknya? Pastinya tidak di hutan!"

"Tetua, tapi aku pernah melihat dia sering bicara sendirian di kamarnya, aku pikir dia gila sejak lahir atau sedang bermain sendiri, tapi dia seolah memiliki teman bicara!"

"Kapan kamu mendengarnya!"

"Dua hari lalu!"

"Maukah kamu menjalankan tugas untuk mengintai An Lan setelah pulang, aku akan menerima anak dari keluarga An menjadi murid!"

"Baik-baik!"

"Baguslah, besok pagi bawa anak yang ingin menjadi muridku!"

"Terimakasih tetua, ambilah emas ini sebagai terimakasihku!"

"Em!"

An Fei berbalik pergi meninggalkan tempat tersebut, Bibi Lumini berjalan ke arah teras rumah kecil, ia melihat An Lan berlatih.

"Identitas tidak diketahui, anak ini memiliki banyak rahasia… aku semakin penasaran siapa dia sebenarnya?"

"Guru… aku lelah sekali!"

"Istirahatlah nak, berlatihlah sesuai kemampuanmu!"

"Iya guru!"

Bibi Lumini mencoba mengalirkan energi spiritual ke tubuh An Lan, saat itu juga sosok jiwa Dewa Pedang dan jiwa Dewi Kematian membuka mata, energi spiritual Lumini keluar sendiri, dua sosok dalam tubuh An Lan tidak menerima energi asing.

"Kenapa tidak bisa?!" gumam Lumini mencoba kembali.

Lagi-lagi tubuh An Lan menolak energi yang dialirkan Lumini secara diam-diam, ia tidak mengerti kenapa bisa terjadi penolakan, An Lan berbaring tidur siang, hembusan angin di rasakan anak kecil di samping Lumini.

"Guru, aku tidur sebentar!"

"Em, guru Pergi dulu… kamu lanjutkan latihan!"

"Iya guru!"

Bersambung…

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Subandi Bandi
Harus kuat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status