Share

BAB 05 - SIKAP RISSA

"Aku enggak mau ke dokter, Kak!" sergah Nissa. 

"Kenapa? Kamu kan lagi sakit." ucap Rissa, mengelus puncak kepala sang adik dengan lembut. Ternyata ayahnya sudah lama meninggalkan mereka, kini Nissa sudah beranjak remaja dan Rissa merasa dia belum bisa menjadi kakak yang terbaik. 

"Nissa sekarang baik-baik aja kok, Kak." 

"Beneran?" tanya Rissa, menaikkan alisnya sebelah mencoba memastikan kebenaran dari ucapan adiknya. 

Dia mengangguk pelan, lalu sudut bibirnya ditarik ke atas membentuk senyuman yang manis. Bingkai wajahnya kini terlihat kembali sumringah meski sepertinya gadis itu memaksakan senyumnya. 

"Beneran, Kak."

"Kalau gitu kamu makan aja dulu ya. Kakak bawain makanan buat kamu, Sayang." Rissa memperlihatkan makanan yang kini dia letakkan di atas nakas dekat petidurannya. 

Gadis berambut panjang yang dibiarkan terurai itu menganggukkan kepalanya pelan. Kalau pun memang sudah lapar pasti dia juga akan makan, tapi akhir-akhir ini Nissa tidak merasakannya mungkin karena banyaknya permasalahan yang membuatnya menjadi kenyang. 

"Makasih ya, Kak."

"Oh iya kakak mau nanya, tadi sebelum masuk ke kamar kamu. Kakak dengar kamu sedang bicara sama seseorang, apa yang kamu takutkan, Sayang?" tanya Rissa, membelai rambut sang adik. 

"Eng ... itu enggak bukan apa-apa," jawab Nissa gelagapan. "Aku ngobrol sama temen, dia ajakin nobar film horor, tapi aku tolak karena takut."

Keningnya mengernyit, Rissa seolah tidak paham dengan ucapan sang adik. "Bukannya kamu suka banget film horor, Nis?" tanyanya, membuat gadis itu memijat pelipisnya pelan. Batinnya menggerutu karena dia terlalu bodoh berbohong. 

"Kalau sekarang, kata teman aku filmnya lebih serem banget, Kak."

"Kalau gitu kamu jangan ke mana-mana dulu, lagian Nissa kan lagi sakit." 

Anggukkan pelan menjadi jawaban dari Nissa. Lagipula dia memang sedang malas ke mana pun, jika bisa hidupnya terus mengurung saja di dalam kamar. 

Setelah banyak berbincang dengan sang adik, Rissa memutuskan pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk suaminya saat nanti dia pulang. 

Langkah Rissa terhenti begitu melihat Bi Ratih yang sudah berada di dalam dapur. Dia tengah memotong beberapa sayuran juga daging. 

"Bi ... lagi apa?" tanya Rissa ketus. Dia menghampiri Bi Ratih yang sedari memfokuskan dirinya pada pisau tajam yang memotong sayuran. 

"Masak buat Tuan, Nyonya." 

Rissa mengepalkan tangannya, dia merasa tidak suka dengan perlakuan pembantunya yang begitu perhatian terhadap suaminya. Seharusnya dia yang kini melayani Kang Alvin, bukan lagi Bi Ratih. 

"Biar sama saya saja, Bi." Rissa mengambil alih pisau itu dari pembantunya. "Kamu urus Zidan aja."

"Bantu Nyonya saja. Soalnya Zidan sedang tidur," jawabnya. "Jadi kalau saya bantu ibu, kan bisa kasih tahu apa saja kesukaannya Tuan."

Rissa menoleh ke arah Bi Ratih, menatapnya dengan tatapan tajam. Dia tidak bisa menerima perkataan pembantunya yang seperti mengagungkan dirinya karena mengetahui segala apa yang disukai dan tidak oleh suaminya. 

"Memangnya cuma kamu yang tahu tentang suami saya? Saya lebih mengenalnya dan pastinya tahu apa pun tentang dia."

Bi Ratih membatin. "Nyonya belum mengetahui lebih dalam tentang Tuan."

Akhirnya Bi Ratih memutuskan untuk keluar dari dapur, membiarkan Rissa mengolah masakan itu sendirian. Dia juga tidak tahu apa yang membuat wanita itu selalu bersikap ketus seolah tidak suka terhadapnya. 

Rissa membuka ponselnya lalu membuka aplikasi jutaan video yang bisa dia lihat, termasuk tutorial memasak. Sebenarnya, wanita itu belum bisa mengolah sajian makanan karena biasanya dia selalu saja membelinya dari luar. 

Akan tetapi, dikarenakan dia kini sudah mempunyai suami sudah menjadi kewajibannya untuk memasak. 

Banyak sekali masakan yang hari ini harus diolahnya. Berulang kali menyerah karena tidak bisa menakar bumbu penyedap rasa hingga akhirnya dia memasukkan semua yang ada di dalam tempatnya. Bahkan wanita itu pun tidak mencicipi lebih dulu, dia sudah yakin jika makanan buatannya akan membuat suaminya semangat memakannya. 

Tiga jam bergelut di dalam dapur, kini Rissa bisa bernapas lega karena masakan buatannya sudah selesai dia sajikan. Dia segera menyambar ponselnya untuk menghubungi suaminya agar cepat pulang. 

"Assalamu'alaikum, Kang."

"Waalaikumsalam, Sayang." Suaranya begitu lembut terdengar, Rissa melupakan permasalahan mengenai noda serta kedekatan suaminya dengan Bi Ratih sejenak. 

"Kamu cepet pulang ya, Kang. Aku udah masakin makanan yang banyak buat kamu." Rissa mengulum senyumnya, maklum saja mereka pengantin baru. 

"Oh kamu yang masak, Sayang? Ke mana Bi Ratih?" tanyanya. 

Pertanyaan membuat hati Rissa terasa terbakar, justru dia tidak ingin mendengar nama pembantunya, tapi suaminya yang lebih dulu menanyakan keberadaannya. 

"Iya aku yang masak. Kenapa kamu cari Bi Ratih sih, Mas? Sekarang kan aku istri kamu, jadi mulai hari ini dan seterusnya aku yang akan melayani kamu sepenuh hati, termasuk menyajikan masakan."

Untuk beberapa saat Kang Alvin terdiam, dia mungkin merasa dirinya bersalah karena sudah membuat istrinya kesal. Dia bisa merasakan kejanggalan itu, sepertinya Rissa cemburu karena suaminya terlalu dekat dengan pembantunya yang merupakan janda beranak satu. 

"Maaf ya, Sayang. Aku sekarang pulang ya. Tunggu ya, Sayang." 

Sambungan telepon pun terputus, Rissa menatap layar ponselnya geram yang menampilkan fotonya dengan Kang Alvin. 

***

"Ini semuanya kamu yang masak, Sayang?" tanya Kang Alvin. 

Rissa mengangguk membenarkan pertanyaan suaminya. Bi Ratih cepat menghampiri Kang Alvin, mengambil alih kantong yang dibawa sang Tuan. Lalu, kini dia meraih piring, dan juga telaten mengambil sebagian sajian makanan. 

"Biar sama saya saja!" Rissa merebut sendok dari tangan Bi Ratih, dia menambah menu makanan yang lain. 

"Tuan tidak suka omelette, Nyonya."

"Diam! Kamu jangan banyak protes!"

Kang Alvin memijat pelipisnya pelan, kepalanya terasa pening jika dia terus dihadapkan dengan dua wanita seperti ini. Bi Ratih mundur ke belakang, membiarkan Rissa untuk menyuguhi suaminya sendiri. 

"Sekarang yang melayani Kang Alvin hanya aku! Kamu jangan, Bi Ratih!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status