Home / Rumah Tangga / NODA DI MALAM PERTAMA / BAB 04 - BUKET BUNGA

Share

BAB 04 - BUKET BUNGA

Author: Clovy
last update Last Updated: 2022-08-01 13:28:08

"Aku kerja dulu ya, Sayang." Kang Alvin mengecup kening istrinya dengan lembut. Sesekali Rissa membenarkan letak dasi dan jas hitamnya. Bekerja di perkantoran membuatnya harus terlihat sangat rapi, apalagi di sana suaminya menjabat sebagai direktur utama. 

Ya, Kang Alvin memang keluarga terpandang mempunyai beberapa perusahaan di mana-mana, tidak heran jika dia mengeluarkan banyak uang saat pernikahannya beberapa hari lalu. Akan tetapi, tetap saja Nina mengatakannya tidak cukup masih saja memakai uangnya, padahal tidak sama sekali. 

Ibu tiri Rissa memang baik sangat menyayanginya, meski pun dia bukan anak kandungnya. Hanya saja Nina tipe orang yang pelit, dia tidak mau satu rupiah pun keluar dari dompetnya dan terlalu menghemat. 

"Nanti kamu pulangnya biasanya jam berapa, Kang?" tanya Rissa, dia memang belum tahu mengenai jam kerja suaminya. 

"Biasanya sih malam, tapi kalau kamu kangen siang juga aku bisa langsung pulang." Pria berjas hitam itu mengusap lembut pipi sang istri. Perlakuannya memang selalu manis, tapi Rissa merasa ada sesuatu yang disembunyikan suaminya. 

Berhubungan selama dua tahun bersama Kang Alvin tidak membuatnya mengetahui segala hal tentangnya. Mungkin karena suaminya tipe orang tertutup, seperti masalah keluarganya dia tidak begitu menjelaskannya. Hanya intinya saja jika kedua orang tuanya sudah tiada sejak dia masih kecil dan meninggalkan banyak warisan yang kini dia kelola dengan baik. 

Rissa terkekeh mendengar ucapan suaminya, Kang Alvin memang bisa pulang cepat karena dia pemilik perusahaannya sendiri. Toh, tidak akan ada yang melarang, lagipula ada banyak karyawan kepercayaannya yang selalu andil menjalankannya. 

"Nanti pas pulang kamu mau dimasakin apa?" tanya Rissa, mengelus dada bidang suaminya. Masih ingat sekali dalam benaknya, dua tahun lalu dia masih malu-malu saat berbincang dengan kakak kelasnya. Ya, dulu saat kuliah Kang Alvin salah satu kakak tingkatnya yang diidamkan oleh kebanyakan orang. Bukan hanya wajahnya yang tergolong pria tampan, idaman, tapi dia merupakan mahasiswa favorit di antara jejeran dosen. 

Beberapa saat Kang Alvin terdiam, lalu kedua matanya tertuju pada Bi Ratih yang tengah menyapu halaman. "Biasanya Bi Ratih kalau masak selalu enak, dia juga tahu apa saja yang aku suka. Kamu bisa tanya dia."

Ucapan suaminya membuat hatinya semrawut, padahal dia sudah mencoba untuk tidak memikirkan banyak hal. Menjauhkan prasangka buruk mengenai suaminya, tapi Kang Alvin sudah memulainya. Membakar kembali bara yang mulai padam, kini berkobar lagi bagai api yang bergejolak. 

Merasa diperhatikan Bi Ratih menoleh ke arah mereka yang masih mematung di teras depan. Janda beranak satu itu menyunggingkan bibirnya membentuk senyuman manis ke arah Kang Alvin. Tanpa disadari tangan Rissa mengepal kuat karena melihat gerak-gerik mata mereka membuatnya jijik tidak suka. 

"Aku berangkat dulu ya, Sayang." 

Rissa mengecup punggung tangan suaminya lembut. Bagaimana pun kelakuan Kang Alvin, dia tetap imamnya yang harus dihormati. 

"Hati-hati, Kang."

Kang Alvin masuk ke dalam mobilnya berwarna hitam, lalu dia mulai menancapkan pedal gasnya dan berlalu meninggalkan pekarangan rumahnya. Rissa tidam henti melambaikan tangannya meski mobil suaminya mulai menghilang dari pandangan. 

"Nyonya ... nanti mau ikut masak juga?" Pertanyaan itu membuat Rissa tersadar dari lamunannya, dia menoleh dan mendapati Bi Ratih yang berada di belakangnya. 

"Iya. Masa saya enggak masakin suami sendiri," jawab Rissa ketus. Wanita itu juga cepat masuk ke dalam rumahnya meninggalkan asisten rumah tangganya begitu saja. 

***

"Nissa masih sakit, Bu?" tanya Rissa, menanyakan keberadaan adiknya yang masih belum terlihat keluar kamar. 

"Iya. Katanya sih gitu," jawab ibunya. 

"Kayaknya kita harus bawa Nissa ke dokter deh, Bu." Rissa menyarankan, wanita itu memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya lalu mulai mengunyahnya. 

Terlihat Bi Ratih membawa sebuah nampan besar. Di atasnya ada sepiring nasi beserta lauk pauknya, segelas susu, dan buah-buahan sebagai cuci mulutnya. Langkahnya mengarah ke kamar Nissa yang berada di atas. 

"Bi ... mau di bawa ke mana?" tanya Rissa yang cepat memanggil begitu Bi Ratih hendak menanjak anak tangga. 

"Nona Nissa, Nyonya. Kata tuan sebelum berangkat kasih pesan ke saya jangan sampai lupa kasih makan untuk Neng Nissa," ucap Bi Ratih. 

Rissa mendengus kesal. "Kenapa enggak langsung bilang ke aku juga sih. Kan Nissa adik aku." 

Wanita itu terus menggerutu, Nina mengelus lengan Rissa lembut mencoba menenangkan anak tirinya. Lagian baru saja menikah beberapa hari, masa harus ada drama lagi setelah masalah bercak darah di seprai. 

Bi Ratih merasa tidak enak dengan istri majikannya, langkahnya terhenti di tempat. Hingga akhirnya Rissa mengambil alih nampan di tangan pembantunya. 

"Biar saya aja yang anter makanannya buat Nissa." 

Wanita itu akhirnya mengangguk patuh, meski awalnya enggan memberikan nampan itu. Karena sudah menjadi kewajibannya melayani keluarga majikannya. 

Rissa membawa nampan itu ke arah kamar adiknya, setelah berada di depan pintu dia mendengar suara Nissa yang tengah berbincang dengan seseorang. Sepertinya gadis itu berbicara lewat telepon yang tidak diketahui siapa lawan bicaranya. 

"Aku takut." tanya Nissa pada seseorang di sebrang sana, suaranya terdengar parau dan serak. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 74 - Hubungan Apa?

    Keberadaan Clarissa memang berada di tangan Fatma, alasannya membawa bayi mungil itu karena dia ingin memiliki Alvin sepenuhnya. Dirinya sudah sangat terobsesi dengan sosok pri atersebut yang tidak bisa pergi dalam pikirannya. Makanya, dia memutuskan untuk membawa bayi tersebut diam-diam pada malam hari saat kedua matanya terlelap.Bayi mungil yang kini tengah berada di pangkuannya tampak gelisah, sepertinya dia ingin sesuatu, tapi hanya bisa merengek membuat Fatma kesal sendiri.“Aduh, jangan nangis terus dong, pusing deh dengernya.” Begitu yang disampaikannya, dia benar-benar tidak bisa habis pikir pada Clarissa yang tidak bisa diam.“Kamu mau apa sih? Mimi?” tanya Fatma. Dia mencoba menanyakannya pada bayi mungil nan menggemaskan itu .Akan tetapi, justru tidak ada jawaban yang didapatkannya. Hal itu membuatnya mendengus kasar karena dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi.“Tapi aku bukan ibu kamu.” Dia mengatakannya dengan tegas, Fatma pikir jika bayi dalam pangkuannya itu akan s

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 73 - Pencarian Clarissa

    Kehilangan Clarissa yang entah berada di mana, membuat Alvin benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tak tahu harus mencarinya ke mana, tapi meski begitu, lelaki itu akan terus mencarinya.Rissa sedari tadi menangis tiada henti, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, terlebih lagi sebelumnya Clarissa itu Bersama dengannya. Tentunya hal itu membuatnya sangat terpukul sekali.“Aku enggak tahu harus cari Clarissa ke mana lagi.” Rissa menundukkan pandangannya, dia benar-benar terpukul sekali atas kehilangan putrinya yang sampai saat ini entah berada di mana.“Kamu malah nyerah gitu aja?” tanya Alvin, dia menggeleng pelan seolah kebingungan sendiri dengan apa yang dikatakan istrinya.“Aku bukannya nyerah, Kang. Tapi, aku cuman berada di fase yang enggak tahu lagi harus kayak gimana ngadepin ini semua.” Perempuan itu menangis tiada henti. Mana ada seorang Ibu yang tidak menangis sama sekali saat anaknya hilang begitu saja.“Ini juga gara-gara kamu!” sergah Alvin, dia mengatakannya dengan

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 72 - Clarissa Hilang

    Gambar yang memperlihatkan sosok Alvin, membuat Rissa bertanya-tanya, siapa pengirimnya? Akan tetapi, dia juga mempunyai firasat jika orang yang mengirimkannya adalah Fatma. Pemikirannya itu ditanggapi dengan cepat olehnya sendiri. Namun, untuk apa dirinya mengirimkan terhadapnya? Atau mungkin hal itu seolah menunjukkan bahwa dia tengah berada di tempat yang sama seperti suaminya.“Padahal enggak usah kirim-kirim foto segala, lagipula aku udah tahu kalau dia itu satu tempat kerja sama suamiku.” Rissa menggeleng pelan, karena dirinya tidak habis pikir pada si pengirim. Hal itu membuatnya merasa cemas sendiri karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada suaminya.Maka dari itu, Rissa mencoba untuk menghubungi suaminya memintanya agar segera pulang. Namun, justru sambungan telepon darinya tidak saja diterima Alvin. Setelah banyaknya kejadian yang membuat Rissa semakin tidak tenang dalam menjalani kehidupannya, bahkan dia juga jadi lebih banyak memberikan Batasan terhadap suami

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 71 - Nomer Tak Dikenal

    Alvin pergi ke tempatnya bekerja, dia berharap jika Fatma tidak lagi mengejarnya, karena wanita itu juga sudah tahu jika dirinya mempunyai keluarga. Mana mungkin dia terus berlaku seperti itu saja. Kesannya seperti tidak mengenakkan.“Selamat pagi, Pak.” Salah satu karyawan menghampiri Alvin, dia menyapanya dengan sangat ramah. Tentu saja, lelaki itu pula membalasnya dengan senyuman pula yang merekah.“Iya.” Alvin menyunggingkan senyumannya.Tidak lama kemudian, Fatma berjalan ke arahnya, senyumannya terlihat merekah. Wanita itu bahagia sekali saat kedua matanya beradu pandang dengan lelaki satu anak itu.Alvin berusaha untuk menghindarinya, dia segera melangkahkan kakinya ke arah ruangannya, tapi justru Fatma mengikutinya begitu saja seolah enggan ditinggalkan. Bahkan, saat lelaki itu hendak memasuki ruang kerjanya pun wanita itu mencekal pergelangan tangannya seolah menghentikannya begitu saja.Sikap Fatma membuat Alvin semakin tidak nyaman, bagaimana tidak seperti itu? Bahkan kala

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 70 - Protektif

    Kali ini Rissa jauh lebih posesif pada Alvin, karena bagaimana pun juga suaminya itu pernah melakukan hal yang tidak seharusnya, membohonginya begitu saja. Tentu saja, hal itu justru membuatnya tidak suka atas perlakuannya. Seperti saat ini keduanya tengah berhadapan di meja makan, Rissa seolah tidak nafsu makan, karena segala hal yang terjadi begitu sangat melelahkan baginya. Wanita itu merasa jika Alvin sudah memberinya terlalu banyak luka, tapi justru dirinya semakin cinta terhadapnya. Dia juga bahkan tidak tahu harus bagaimana lagi menyikapi persoalan tersebut. Rissa memang selalu melakukan yang terbaik untuk rumah tangganya, tapi namanya juga hubungan percintaan yang sudah dijalin dengan kesucian memang selalu saja tidak bisa terlepas dari masalah. Munkin hal itu juga disebabkan dari traumanya di masa lalu yang membuatnya tidak bisa melepaskan Alvin begitu saja. Persembunyian mengenai Bi Ratih juga membuat Rissa seolah tidak bisa mempercayai sang suami sepenuhnya, meskipun Alv

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 69 - Istri Sah

    Fatma masih saja terus mengusik Alvin, bahkan dia kali ini seringkali memberikan makanan buatannya. Namun, hal itu tidak membuat Kang Alvin luluh untuk memakannya. Fatma memberikannya untuknya, lalu dia akan menyerahkannya pada pekerjanya yang memang sedang bertugas ke ruangannya, entah itu cleaning service atau yang lainnya. Kang Alvin enggan menerimanya karena merasa takut akan terjadi seperti kejadian sebelumnya, bagaimana jika istrinya tahu kalau di kantor ada perempuan genit yang sedang berusaha menggodanya. Mungkin saja dia akan menggamparnya atau bisa lebih parah lagi enggan untuk memaafkannya. Meski sebelumnya pun Kang Alvin tidak berselingkuh, tapi dia merasa banyak bersalah bahkan seolah mengkhianati istrinya begitu saja, dia enggan melakukan hal seperti itu lagi. Sudah cukup baginya membohongi sampai dirinya nyaris kehilangan istrinya. "Ini untuk Bapak." Fatma tidak akan pernah menyerah memberikan makanan buatannya pada Alvin. Seperti biasanya, Alvin akan menolaknya se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status