Beranda / Rumah Tangga / NODA DI MALAM PERTAMA / BAB 07 - RENCANA RISSA

Share

BAB 07 - RENCANA RISSA

Penulis: Clovy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-01 13:32:07

Seprai bernoda darah saat di malam pertamanya, kini sudah memudar tidak terlihat lagi. Bahkan sekarang sudah kering setelah dicuci. Rissa memandangi seprai itu dengan pandangan nanar, entah kenapa melihat kain berwarna putih yang kini masih menggantung berjemur membuat hatinya terasa sakit. 

Bayangan suaminya memenuhi kepalanya, mana mungkin Kang Alvin berbuat yang tidak senonoh di belakangnya. Bahkan di malam pertama mereka dia sudah lebih dulu menyakiti hatinya. Wanita itu menggeleng pelan berusaha menjauhkan pemikiran yang seharusnya tidak dipikirkan. 

"Mana mungkin Kang Alvin sejahat itu." Dia menyeka air matanya yang membasahi permukaan wajahnya. 

Dikarenakan tidak ada bukti yang meyakinkan hatinya jika Kang Alvin berselingkuh dengan pembantunya sendiri. Untuk saat ini dia mencoba untuk berpikir positif selama dirinya mencari bukti mengenai perselingkuhan mereka. 

Mengingat perlakuan manis dari Kang Alvin membuatnya tidak mempercayai jika suaminya mengkhianati dirinya. Meski rasanya sangat sakit menerima faktanya, tapi kenyataannya dibenarkan jika suaminya ada main dengan asisten rumah tangganya. 

"Nyonya ...," panggil Bi Ratih yang tiba-tiba datang memergoki Rissa. 

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Rissa ketus. 

"Saya mau ambil jemuran, Nyonya." Janda muda itu menyambar seprai yang dibenci oleh Rissa. 

"Buang seprai itu!" sergah Rissa dengan amarah. Kedua matanya menyilang penuh kebencian terhadap wanita di depannya. 

Bi Ratih mengernyitkan dahinya tidak mengerti. "Kenapa, Nyonya? Seprainya masih bagus kok."

"Buang!" Rissa menatapnya dengan tatapan tidak suka. Perempuan itu pun melenggang meninggalkan Bi Ratih yang masih mematung di tempatnya. 

***

"Apa Rissa sudah mulai curiga?" tanya Kang Alvin yang sedari tadi tidak fokus mengerjakan pekerjaannya. Meski kedua matanya menatap tajam ke arah layar monitor, tapi pemikirannya melanglang buana entah ke mana. 

Kedua ekor matanya melirik ke arah benda pipih yang tergeletak di atas nakas. Dia meraihnya, berniat untuk menghubungi sang istri. Maklum pengantin baru sedang berada di fase manja-manjain pasangan. 

Dia mencoba untuk mengetik sesuatu di layar canggih benda berbentuk pipih. Melihat arloji menunjukkan pukul tiga sore berarti istrinya sedang bersantai di rumah. 

[Sayang, lagi apa?]

Tidak berselang lama kontak yang diberi nama 'istriku' sedang mengetik. Sudut bibir Kang Alvin tertarik ke atas membentuk senyuman manis. 

[Masakin buat kamu]

Pria itu menelan salivanya dengan susah payah. Ternyata istrinya tidak akan menyerah belajar masak dari gurunya di youtube. Sudah mencoba masakannya sehari yang lalu ternyata dia memasukkan banyak sekali penyedap rasa membuat kepalanya terasa pening karena terlalu asin. 

[Kenapa enggak sama Bi Ratih aja, Sayang?]

Perempuan di sebrang sana yang semula mengulum senyum, kini bibirnya mengerucut sebal atas ucapan suaminya yang menyebut kembali nama pembantunya. Sudah jelas dia cemburu, kenapa Kang Alvin tidak bisa melihat kecemburuannya? 

[Kenapa? Mau dimasakin sama Bi Ratih terus? Kamu istrinya tuh aku atau dia?]

Kang Alvin menghela napasnya pelan, ternyata jemarinya salah mengetik. Seharusnya dia tidak berkata seperti itu, jika saja pria itu berpikir lebih dulu sebelum mengirimkan pesannya, mungkin tidak akan membuat istrinya mengajukan pertanyaan seperti itu. 

[Bukannya gitu, Sayang. Aku kepingin kamu diam aja manjain diri sendiri.]

Istrinya kembali mengetik, sepertinya dia memasak sambil memainkan ponsel karena melihat tutorial dari guru onlinenya, youtobe. 

[Aku kan kepengin jadi istri yang baik masakin suaminya sendiri.]

Pria itu menghembuskan napasnya pelan, dia tidak bisa mencegah keinginannya. Daripada terjadi perang dunia saat dia pulang nanti, lebih baik mencari aman saja. 

[Iya boleh, Sayang. Masakin yang banyak ya, Sayang.]

Kali ini pesannya hanya dilihat saja, dia tidak membalasnya mungkin tengah sibuk menyiapkan masakan untuk nanti. Kang Alvin memutuskan untuk kembali memfokuskan dirinya menatap layar monitor di depannya, dia harus segera pulang karena pasti istrinya sudah menunggu di rumah. 

***

Meski tidak begitu lihai memotong sayuran, tapi Rissa dapat menyelesaikan beberapa macam menu masakannya. Dia menghela napas lega karena bisa tepat waktu menyajikan makanan yang kini sudah tersaji di atas meja makan. 

"Ini semuanya kamu yang bikin, Riss?" tanya Nina yang sedari tadi menggeleng pelan tidak mempercayai dengan perubahan putri tirinya yang bisa dibilang drastis. 

Padahal setahunya Rissa tidak bisa memasak, kalau saja dia ke dapur pasti ada barang pecah karena anak tirinya juga tidak bisa membereskan alat perkakas. Kalau pun dia merapikannya, pasti saja selalu ada barang yang pecah. 

"Iya dong, Mah. Ayo dicoba." Rissa mempersilakan ibu tirinya. 

Meski awalnya enggan, tapi Nina akhirnya terduduk di sana. Lagipula tidak ada salahnya dia mencoba masakan buatan anak tirinya

"Ke mana Nissa? Dia belum pulang?" tanya Rissa, kepalanya celingukan mencari adik tirinya yang tidak kelihatan batang hidungnya. 

"Kayaknya belum pulang deh."

Tidak lama suara Nissa terdengar mengucapkan salam. Bajunya masih mengenakan seragam putih abu, berarti benar dia memang baru pulang. 

"Cepetan ganti baju, Dek. Nanti makan bareng di sini," ucap Rissa. 

"Nissa makannya nanti aja, Kak."

Dia pun berlalu begitu saja meninggalkan mereka. Rissa dan Nina saling bertatapan secara bergantian. Tidak biasanya gadis itu menjauh dari perkumpulan keluarganya. 

Tidak berselang lama Kang Alvin datang dengan wajah sumringah. Rissa cepat menyambutnya dengan menyalami punggung tangan suaminya. 

Ekor matanya melirik Bi Ratih yang tengah menggendong Zidan dari jarak jauh. Anak berusia dua tahun itu terus mengoceh bahasa planet sangat menggemaskan. 

Begitu Kang Alvin menyadari keberadaan anak laki-laki yang sangat menggemaskan. Dia cepat menghampiri Zidan, lalu meraihnya dari pangkuan Bi Ratih. 

"Hallo Zidan, Sayang."

"Sepertinya aku harus segera promil," ucap Rissa lirih. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 74 - Hubungan Apa?

    Keberadaan Clarissa memang berada di tangan Fatma, alasannya membawa bayi mungil itu karena dia ingin memiliki Alvin sepenuhnya. Dirinya sudah sangat terobsesi dengan sosok pri atersebut yang tidak bisa pergi dalam pikirannya. Makanya, dia memutuskan untuk membawa bayi tersebut diam-diam pada malam hari saat kedua matanya terlelap.Bayi mungil yang kini tengah berada di pangkuannya tampak gelisah, sepertinya dia ingin sesuatu, tapi hanya bisa merengek membuat Fatma kesal sendiri.“Aduh, jangan nangis terus dong, pusing deh dengernya.” Begitu yang disampaikannya, dia benar-benar tidak bisa habis pikir pada Clarissa yang tidak bisa diam.“Kamu mau apa sih? Mimi?” tanya Fatma. Dia mencoba menanyakannya pada bayi mungil nan menggemaskan itu .Akan tetapi, justru tidak ada jawaban yang didapatkannya. Hal itu membuatnya mendengus kasar karena dirinya tidak tahu harus bagaimana lagi.“Tapi aku bukan ibu kamu.” Dia mengatakannya dengan tegas, Fatma pikir jika bayi dalam pangkuannya itu akan s

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 73 - Pencarian Clarissa

    Kehilangan Clarissa yang entah berada di mana, membuat Alvin benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tak tahu harus mencarinya ke mana, tapi meski begitu, lelaki itu akan terus mencarinya.Rissa sedari tadi menangis tiada henti, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, terlebih lagi sebelumnya Clarissa itu Bersama dengannya. Tentunya hal itu membuatnya sangat terpukul sekali.“Aku enggak tahu harus cari Clarissa ke mana lagi.” Rissa menundukkan pandangannya, dia benar-benar terpukul sekali atas kehilangan putrinya yang sampai saat ini entah berada di mana.“Kamu malah nyerah gitu aja?” tanya Alvin, dia menggeleng pelan seolah kebingungan sendiri dengan apa yang dikatakan istrinya.“Aku bukannya nyerah, Kang. Tapi, aku cuman berada di fase yang enggak tahu lagi harus kayak gimana ngadepin ini semua.” Perempuan itu menangis tiada henti. Mana ada seorang Ibu yang tidak menangis sama sekali saat anaknya hilang begitu saja.“Ini juga gara-gara kamu!” sergah Alvin, dia mengatakannya dengan

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 72 - Clarissa Hilang

    Gambar yang memperlihatkan sosok Alvin, membuat Rissa bertanya-tanya, siapa pengirimnya? Akan tetapi, dia juga mempunyai firasat jika orang yang mengirimkannya adalah Fatma. Pemikirannya itu ditanggapi dengan cepat olehnya sendiri. Namun, untuk apa dirinya mengirimkan terhadapnya? Atau mungkin hal itu seolah menunjukkan bahwa dia tengah berada di tempat yang sama seperti suaminya.“Padahal enggak usah kirim-kirim foto segala, lagipula aku udah tahu kalau dia itu satu tempat kerja sama suamiku.” Rissa menggeleng pelan, karena dirinya tidak habis pikir pada si pengirim. Hal itu membuatnya merasa cemas sendiri karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada suaminya.Maka dari itu, Rissa mencoba untuk menghubungi suaminya memintanya agar segera pulang. Namun, justru sambungan telepon darinya tidak saja diterima Alvin. Setelah banyaknya kejadian yang membuat Rissa semakin tidak tenang dalam menjalani kehidupannya, bahkan dia juga jadi lebih banyak memberikan Batasan terhadap suami

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 71 - Nomer Tak Dikenal

    Alvin pergi ke tempatnya bekerja, dia berharap jika Fatma tidak lagi mengejarnya, karena wanita itu juga sudah tahu jika dirinya mempunyai keluarga. Mana mungkin dia terus berlaku seperti itu saja. Kesannya seperti tidak mengenakkan.“Selamat pagi, Pak.” Salah satu karyawan menghampiri Alvin, dia menyapanya dengan sangat ramah. Tentu saja, lelaki itu pula membalasnya dengan senyuman pula yang merekah.“Iya.” Alvin menyunggingkan senyumannya.Tidak lama kemudian, Fatma berjalan ke arahnya, senyumannya terlihat merekah. Wanita itu bahagia sekali saat kedua matanya beradu pandang dengan lelaki satu anak itu.Alvin berusaha untuk menghindarinya, dia segera melangkahkan kakinya ke arah ruangannya, tapi justru Fatma mengikutinya begitu saja seolah enggan ditinggalkan. Bahkan, saat lelaki itu hendak memasuki ruang kerjanya pun wanita itu mencekal pergelangan tangannya seolah menghentikannya begitu saja.Sikap Fatma membuat Alvin semakin tidak nyaman, bagaimana tidak seperti itu? Bahkan kala

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 70 - Protektif

    Kali ini Rissa jauh lebih posesif pada Alvin, karena bagaimana pun juga suaminya itu pernah melakukan hal yang tidak seharusnya, membohonginya begitu saja. Tentu saja, hal itu justru membuatnya tidak suka atas perlakuannya. Seperti saat ini keduanya tengah berhadapan di meja makan, Rissa seolah tidak nafsu makan, karena segala hal yang terjadi begitu sangat melelahkan baginya. Wanita itu merasa jika Alvin sudah memberinya terlalu banyak luka, tapi justru dirinya semakin cinta terhadapnya. Dia juga bahkan tidak tahu harus bagaimana lagi menyikapi persoalan tersebut. Rissa memang selalu melakukan yang terbaik untuk rumah tangganya, tapi namanya juga hubungan percintaan yang sudah dijalin dengan kesucian memang selalu saja tidak bisa terlepas dari masalah. Munkin hal itu juga disebabkan dari traumanya di masa lalu yang membuatnya tidak bisa melepaskan Alvin begitu saja. Persembunyian mengenai Bi Ratih juga membuat Rissa seolah tidak bisa mempercayai sang suami sepenuhnya, meskipun Alv

  • NODA DI MALAM PERTAMA    Bab 69 - Istri Sah

    Fatma masih saja terus mengusik Alvin, bahkan dia kali ini seringkali memberikan makanan buatannya. Namun, hal itu tidak membuat Kang Alvin luluh untuk memakannya. Fatma memberikannya untuknya, lalu dia akan menyerahkannya pada pekerjanya yang memang sedang bertugas ke ruangannya, entah itu cleaning service atau yang lainnya. Kang Alvin enggan menerimanya karena merasa takut akan terjadi seperti kejadian sebelumnya, bagaimana jika istrinya tahu kalau di kantor ada perempuan genit yang sedang berusaha menggodanya. Mungkin saja dia akan menggamparnya atau bisa lebih parah lagi enggan untuk memaafkannya. Meski sebelumnya pun Kang Alvin tidak berselingkuh, tapi dia merasa banyak bersalah bahkan seolah mengkhianati istrinya begitu saja, dia enggan melakukan hal seperti itu lagi. Sudah cukup baginya membohongi sampai dirinya nyaris kehilangan istrinya. "Ini untuk Bapak." Fatma tidak akan pernah menyerah memberikan makanan buatannya pada Alvin. Seperti biasanya, Alvin akan menolaknya se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status