Share

4. Gadis yang Merepotkan

Brian menarik napas panjang, berusaha meredam amarahnya agar tidak memaki Leon karena membuat wajahnya lengket.

"Mau pergi ke mana kamu?" tanya Brian karena Leon tiba-tiba berdiri.

Leon berjalan dengan cepat menghampiri Aeris dan Daniel mengabaikan pertanyaan Brian karena tantenya itu sudah sangat mabuk hingga tidak menyadari jika Daniel berbuat kurang ajar.

"Singkirkan tangan kotormu itu darinya." Leon menahan tangan Daniel yang ingin menyentuh Aeris, kedua matanya menatap Daniel tajam.

"Memangnya siapa kamu?"

"Aku keponakannya."

Daniel malah tertawa. "Kamu pikir aku percaya? Mana mungkin Aeris punya keponakan yang sudah besar seperti kamu. Sebaiknya kamu cari wanita lain karena malam ini dia milikku."

Daniel menarik tubuh Aeris ke dalam dekapan, lalu mengecup pipi gadis itu singkat.

Wajah Leon mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Leon sangat membenci lelaki hidung belang yang suka merendahkan wanita.

Bugh!

Leon melayangkan sebuah pukulan tepat di pipi Daniel hingga membuat lelaki itu jatuh tersungkur. Dia segera meraih tubuh Aeris dalam dekapan agar tidak ikut jatuh.

"Sudah aku bilang kalau dia tanteku," tandasnya terdengar dingin.

Daniel mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Pipi kanannya terasa nyeri karena pukulan Leon sangat keras. Keributan yang terjadi di antara mereka berhasil menarik perhatian pengunjung kelab hingga berkumpul mengelilingi mereka.

"Ada apa ini? Astaga, Aeris?!" pekik Anne saat melihat Aeris tidak sadarkan diri dalam gendongan Leon.

"Jadi kamu yang membawa tante Aeris ke sini?"

Anne melirik Leon dengan takut-takut karena keponakan Aeris itu terlihat sangat menyeramkan saat marah.

"Bilang ke Si Berengsek itu kalau aku memang keponakan tante Aeris."

Daniel sontak menatap Anne, meminta penjelasan.

"Di-dia memang keponakan Aeris," ucap Anne takut-takut.

Daniel tercengang mendengar ucapan Anne barusan. Ternyata Leon berkata jujur jika Aeris adalah tantenya.

Leon membetulkan posisi Aeris dalam gendongannya. "Minggir!" perintahnya agar pengunjung kelab memberi jalan. Dia akan mengantar gadis itu pulang.

"Tante ...?" gumam Brian saat punggung Leon sudah menjauh dari pandangannya. Dia baru tahu jika Leon memiliki tante yang terlihat lebih muda darinya.

"Dasar merepotkan," gumam Leon sambil mendudukkan Aeris di kursi samping kemudi. Tanpa sadar dia menelan ludah saat melihat penampilan Aeris. Pantas saja Daniel ingin sekali menyeret Aeris ke ranjang karena tantenya itu terlihat sangat seksi malam ini.

Leon berani bersumpah, Aeris pasti bisa membangkitkan gairah siapa pun lelaki yang melihatnya. Dia pun melepas jas yang dipakainya untuk menutupi tubuh Aeris.

"Papa jangan, Aeris takut. Jangan, Pa ...."

Leon menatap Aeris dengan lekat. Air mata menetes dari sudut mata gadis itu. Apa Aeris sedang mimpi buruk?

Entahlah, Leon tidak tahu. Lebih baik dia segera mengantar Aeris pulang.

"Berapa nomor kunci apartemen, Tante?" tanya Leon saat tiba di apartemen Aeris.

Aeris malah memejamkan kedua matanya erat-erat karena kepalanya terasa pusing. Pikiran gadis itu mendadak kosong. Aeris lupa berapa nomor kunci apartemennya.

"Berapa, Tante?" desah Leon tidak sabar karena Aeris tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak tahu." Aeris menyingkirkan tangan Leon dari bahunya, lalu meringkuk di depan pintu seperti anak kucing.

Leon mengehela napas panjang. Akhirnya dia menekan sembarang angka karena tidak tega membiarkan Aeris tidur di luar. "Satu, empat, delapan, lima."

Klik.

Leon tercengang karena pintu di hadapannya terbuka saat dia menekan tanggal ketika dia bertemu dengan Alea untuk pertama kalinya. Semua ini mungkin hanya kebetulan. Leon pun berjongkok, tangan kirinya terulur mengguncang bahu Aeris pelan.

"Tante, bangun!"

Aeris malah meracau tidak jelas. Dia tidak kuat berdiri karena kepalanya semakin terasa berat.

Helaan napas panjang kembali lolos dari bibie Leon. Akhirnyaa dia membantu Aeris masuk ke apartemen karena tidak mempunyai pilihan lain.

Aroma apel manis seketika menyeruak di indra penciuman Leon saat memasuki apartemen Aeris yang dindingnya didominasi cat berwarna putih. Sebuah rak buku menghiasi bagian tengah ruangan, memisahkan antara ruang santai dan kamar tidur. Satu kata untuk menggambarkan apartemen Aeris. Nyaman.

Aeris meringis karena perutnya tiba-tiba terasa sangat mual. Dia ingin muntah.

"Ugh!"

"Tante jangan muntah di sini!" pekik Leon panik sambil melihat ke kanan kiri mencari kamar mandi Aeris.

"Ugh!" Perut Aeris semakin terasa mual. Dia ingin muntah karena sudah tidak tahan lagi menahan mual di perutnya. Leon pun membekap mulut Aeris agar tidak muntah karena dia belum menemukan kamar mandi gadis itu.

"Tahan sebentar, Tante."

"Hoek ...."

Leon bergeming karena Aeris mengeluarkan semua isi di perutnya hingga membuat baju mereka kotor. Lemas. Aeris tergeletak di lantai setelah muntah.

Leon lagi-lagi mendesah panjang, rasanya dia ingin sekali memaki Aeris karena sudah membuat pakaiannya kotor. Namun, dia tidak mungkin memaki Aeris karena gadis itu sedang tidak sadarkan diri.

Leon pun menggendong Aeris ke kamar lalu membaringkan gadis itu dengan hati-hati di atas tempat tidurnya. Dia ingin pulang untuk membersihkan diri karena sudah membawa Aeris pulang dengan selamat. Namun, dia tiba-tiba berhenti melangkah karena menyadari jika baju Aeris kotor dan bau karena terkena muntahan. Dia tidak mungkin membiarkan Aeris tidur memakai baju kotor. Mau tidak mau dia harus melepas gaun tersebut.

"Tenang, Le. Apa yang kamu lakukan ini demi kebaikan tantemu." Tangan Leon terlihat gemetar saat menurunkan resleting gaun Aeris. Jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat. Dengan satu tarikan cepat gaun itu akhirnya terlepas dari tubuh Aeris.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
kacau...sayang sama tante jadi napsu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status