Home / Romansa / Menikah Dengan Keponakan / 7. Keputusan Sulit

Share

7. Keputusan Sulit

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2022-08-02 16:06:18

Anne menyemburkan es kopi yang sedang diminumnya karena melihat Aeris. Untuk apa sahabatnya itu datang ke tempatnya bekerja. Apa Aeris ingin memutilasi tubuhnya?

Anne tanpa sadar beringsut mundur saat Aeris mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapannya. Dia takut Aeris benar-benar akan mencincang tubuhnya untuk dijadikan makanan anjing. "Aku tidak datang menemuimu, tolong jangan mutilasi aku," ucapnya takut-takut.

"Aku mau kawin, hue ...," teriak Aeris lumayan keras hingga membuat karyawan di tempat Anne bekerja mengalihkan pandang ke arahnya.

Anne tertawa keras mendengar ucapan Aeris barusan. "April Mop masih jauh, Aeris. Bercandamu tidak lucu sama sekali."

Aeris pun menunjukan sebuah undangan berwarna biru navy dihiasi pita berwarna emas ke Anne. Di undangan tersebut tertulis jelas nama kedua calon pengantin, Aeris dan Leon.

Anne tercengang melihat undangan tersebut. "Gila, dua belas Januari?! Bukankah itu tujuh hari lagi?"

Aeris menyambar es kopi milik Anne lalu meminumnya hingga tandas. "Iya, seminggu lagi aku kawin."

Anne membaca undangan tersebut dengan lebih teliti. "Chandra Yasodana Leon?"

Wanita itu sontak mengalihkan pandang ke Aeris. "Keponakan kamu itu?"

Aeris mengangguk lesu.

"Wah!" Anne menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Dia tidak pernah menyangka Aeris tiba-tiba akan menikah, apalagi dengan keponakan sendiri.

"Kamu beruntung sekali, Ai. Dapat berondong cakep, kaya, pinter lagi."

Aeris mengusap wajah kasar. Beruntung dari mana? Anne tidak tahu bagaimana sifat Leon yang sebenarnya. Jika tahu, Aeris yakin sekali Anne pasti akan menarik kembali kata-katanya.

Anne tiba-tiba saja mendekat. Kedua mata sipitnya menatap Aeris dari atas sampai bawah dengan lekat. "Jangan-jangan kamu hamil duluan."

Pletack!

Kepala Anne sontak mendapat jitakan keras dari Aeris."Enak saja, memangnya aku cewek apaan," dengkus Aeris kesal.

Anne mengangguk karena Aeris selama ini tidak pernah terlihat dekat dengan seorang lelaki. Gadis itu tidak mungkin melakukan hal yang dilarang oleh agama sebelum menikah.

"Terus? Kenapa kamu tiba-tiba mau nikah sama Leon?"

Aeris mendesah panjang lalu menyandarkan punggungnya di kursi karena lelah. "Ceritanya sangat memalukan."

"Memalukan bagaimana?" tanya Anne penasaran.

Aeris menarik napas panjang sebelum bicara. Akhirnya dia menceritakan semuanya pada Anne. Tentang Leon yang mengantarnya pulang dan melepas bajunya yang kotor saat dia tidak sadar, juga kejadian memalukan yang terjadi di parkiran.

Anne tertawa keras setelah mendengar cerita Aeris. Dia bahkan sampai memegangi perutnya. "Ya ampun, Aeris. Itu lucu sekali, masa gara-gara ciuman tante Hana nyuruh kamu nikah sama Leon?"

"Itu bukan hal lucu, tapi memalukan." Aeris menutup wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangan karena malu.

"Bagaimana rasanya dicium berondong tampan? Enak, kan?"

"Anne!"

Anne kembali tertawa karena Aeris sangat lucu jika marah. "Sudahlah, Aeris. Terima saja takdir yang Tuhan tuliskan untukmu. Aku yakin sekali Leon lelaki yang baik."

"Tapi, Ne ...."

Anne menatap Aeris lekat. Ketakutan terpancar jelas dari kedua mata sahabatnya itu. Dia pun meraih tangan Aeris yang ada di atas meja dan mengenggamnya lumayan erat. "Tidak semua laki-laki seperti ayahmu, Aeris. Buang ketakutanmu itu. Yakinkan dirimu jika Leon memang lelaki yang Tuhan pilih untuk menemani hidupmu."

Aeris tertegun mendengar ucapan Anne barusan. Sahabatnya itu bisa berubah menjadi sosok kakak yang begitu dewasa jika dia sedang ada masalah dan membutuhkan teman untuk berbagi keluh kesah.

"Jangan takut, jalani saja dulu. Biarkan semua mengalir seperti air."

Aeris tersenyum, perasaannya sekarang jauh lebih tenang setelah berbagi cerita dengan Anne. "Terima kasih, Ne," ucapnya sambil menarik tubuh Anne dalam dekapan.

"Sama-sama, Sayangku." Anne pun balas memeluk Aeris. Inilah gunanya sahabat, bisa saling menguatkan saat yang lain membutuhkan.

***

Mempersiapkan pernikahan dalam waktu singkat membuat tubuh Aeris terasa sangat lelah. Gadis itu kemarin baru saja fitthing baju pengantin dan foto pre wedding bersama Leon. Aeris sebenarnya malas sekali melakukannya. Namun Hana, Aerin, dan Setya terus saja memaksa. Dia tidak enak bila menolak keinginan mereka.

Aeris melepas kacamata minus yang sedari tadi bertengger di hidung mancungnya. Kepalanya terasa penat memikirkan pernikahannya dan Leon yang sebentar lagi akan digelar. Sampai saat ini Aeris merasa belum siap untuk menikah karena takut pernikahannya berakhir dengan perceraian seperti yang terjadi pada pernikahan kedua orang tuanya.

Aeris memejamkan kedua matanya perlahan karena ingin mengistirahatkan pikiran sejenak. Namun, baru beberapa menit tertidur ponselnya yang ada di atas meja bergetar. Nama Beruang Kutub terpampang jelas di layar ponselnya

Aeris tanpa sadar mendengkus lalu menjawab telepon dari Leon dengan malas.

"Halo."

"Ke toko perhiasan Diamond, sekarang." Leon langsung memutus sambungan teleponnya setelah mengatakan kalimat tersebut pada Aeris.

Aeris menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat untuk menahan kesal. Padahal mereka belum menikah, tapi Leon suka sekali memerintah dan membuatnya kesal. Bagaimana kalau mereka sudah menikah? Aeris tidak sanggup membayangkan harus tinggal bersama manusia es yang irit bicara seperti Leon.

Aeris pun beranjak ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar. Lingkaran hitam tampak menghiasi kedua matanya, rambut acak-acakan, dan pipinya terlihat lebih tirus. Aeris terlihat ... sangat menyedihkan.

Aeris tiba-tiba berjongkok lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menangis dalam diam.

"Aku tidak mau menikah ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ziokazel
emang bisa ya...nikah ma keponakan?? bukannya sedarah???
goodnovel comment avatar
Maria Ulfa
Penasaran sm cerita lanjutanny
goodnovel comment avatar
Tiara Tiara
aduuuhhhh tambah seru ceritanya..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status