Share

5. First Kiss

Author: Aeris Park
last update Huling Na-update: 2022-08-02 15:58:45

Rasa panas sontak menjalari wajah tampan Leon bahkan merambat hingga ke telinga. Dia cepat-cepat meraih selimut yang ada di dekatnya untuk menutupi tubuh polos Aeris lantas beranjak beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi Leon memutuskan untuk berbaring di sofa. Dia ingin beristirahat sebentar sebelum pulang sambil menunggu kemejanya kering.

***

"Sshh ...." Aeris meringis sambil memegangi kepalanya. Rasanya seperti ada batu seberat satu ton yang menimpa kepalanya saat pertama kali dia membuka mata. Aeris beranjak ke dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering.

"Ah!" Aeris berteriak keras karena melihat seorang lelaki yang sedang tidur di sofanya sambil bertelanjang dada. Sedetik kemudian dia kembali berteriak saat menyadari penampilannya hanya memakai celana dalam.

Leon mengerjabkan kedua mata perlahan karena mendengar teriakan Aeris yang sangat nyaring. Aeris pun segera bersembunyi di balik rak buku agar Leon tidak bisa melihatnya.

"Tante sudah bangun?"

"Stop! Berhenti di situ!"

Leon sontak berhenti melangkah dan bertanya-tanya kenapa Aeris tiba-tiba memintanya untuk berhenti. Seringaian kecil muncul di bibirnya karena melihat punggung polos Aeris dari sela rak buku. Sepertinya gadis itu baru menyadari jika tidak memakai baju.

"Okay!" Leon pun tidak jadi beranjak menghampiri Aeris.

Aeris mengembuskan napas lega lalu segera berlari ke kamar. Dia mondar-mandir tidak jelas di dalam kamarnya karena memikirkan kejadian yang dia alami barusan. Bagaimana mungkin dia bisa tidak memakai baju dan Leon sudah berada di apartemennya?

Apa yang sudah Leon lakukan pada dirinya? Apa keponakannya itu sudah berbuat kurang ajar pada dirinya?

"Argh!" Aeris menarik rambutnya kuat-kuat untuk melampiaskan kekesalan karena tidak bisa mengingat apa pun yang terjadi semalam. Lebih baik dia segera membersihkan diri dan meminta penjelasan dari Leon.

Aroma lezat yang berasal dari dapur memancing Aeris untuk keluar dari kamar. Mulut gadis itu menganga lebar melihat segelas smooties pisang dan sepiring omelete yang tersaji di atas meja makan.

"Smooties pisang dan telur dadar baik untuk orang yang habis mabuk seperti Tante."

Aeris berjingkat karena suara Leon mengagetkannya. Gadis itu pun segera duduk di meja makan lalu meminum smooties pisang-nya sampai tersisa setengah. "Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi semalam?"

Leon menarik napas panjang lalu menceritakan apa yang terjadi pada Aeris. Semuanya. Tanpa ada yang dikurangi sedikit pun.

"Dasar Kuda Niel kurang ajar!" Aeris mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat setelah mendengar cerita Leon barusan. Amarah terukir jelas di wajah cantiknya. Aeris tidak pernah menyangka jika Daniel memiliki niat buruk pada dirinya. Untung saja semalam ada Leon yang menyelamatkannya. Jika tidak, Aeris tidak bisa membayangkan apa yang akan Daniel lakukan pada dirinya.

Leon diam-diam memperhatikan Aeris. Gadis itu memakai kemeja putih yang dipadu dengan celana pendek berwarna cokelat tua. Rambut hitamnya dicepol asal memperlihatkan lehernya yang jenjang. Aeris terlihat sangat manis.

Leon tersentak. Manis? Apa dia baru saja memuji Aeris?

"Kenapa aku bisa tidak memakai baju?"

Pertanyaan yang keluar dari bibir Aeris barusan sontak membuat Leon terkejut. "Karena semalam Tante muntah. Aku tidak mungkin membiarkan Tante tidur dengan baju kotor, kan?" ucap Leon sambil mengalihkan pandang ke arah lain untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Alasan Leon memang sangat masuk akal. Tetapi bagaimana kalau keponakannya itu melihat tubuhnya?

"Duh, Gusti!" Aeris mengusap wajah kasar. Dia malu sekali.

"Aku tidak melihat apa pun. Lagi pula aku tidak tertarik dengan tubuh Tante."

Ucapan Leon memang terdengar menohok. Namun, entah kenapa Aeris merasa lega setelah mendengarnya. "Terima kasih sudah menyelamatkanku."

Leon mengangguk, lalu melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Dia harus segera pulang karena nanti ada rapat penting.

"Aku pulang dulu," pamitnya sebelum pergi.

"Sekali lagi terima kasih."

***

"Sahabat macam apa yang tega meninggalkan sahabatnya sendirian di kelab malam? Aku sangat marah padamu, Anne. Jangan menemuiku dulu atau aku akan memutilasi tubuhmu untuk makanan anjing!"

Aeris mengembuskan napas panjang setelah meluapkan amarahnya. Dia benar-benar marah karena Anne mengabaikannya di kelab malam semalam hingga nyaris dilecehkan oleh Daniel.

Tiba-tiba saja Aeris mendengar dering telepon. Namun, dering tersebut bukan bersal dari ponselnya, melainkan ponsel Leon. Sepertinya ponsel keponakannya itu tertinggal.

Aeris pun segera keluar untuk mengembalikan ponsel Leon. Semoga saja keponakannya itu belum pergi terlalu jauh.

"Leon, tunggu!"

Leon tidak jadi membuka pintu mobilnya karena mendengar suara Aeris.

"Ponselmu ketinggalan!" teriak Aeris sambil mengangkat ponsel Leon tinggi-tinggi dan berlari menghampiri lelaki itu. Namun, dia malah terjatuh karena lantai parkir lumayan licin.

Aeris refleks memejamkan kedua matanya erat-erat. Namun, dia tidak merasa sakit sama sekali karena jatuh tepat di atas tubuh Leon.

"Ma-Maaf," ucap Aeris takut-takut. Kedua pipi gadis itu terlihat bersemu merah karena jarak wajahnya sangat dekat dengan Leon. Dia bahkan bisa merasakan embusan hangat napas Leon yang menerpa kulit wajahnya.

Leon tiba-tiba berguling hingga Aeris kini berada di bawah tubuhnya. Kedua matanya menatap Aeris dengan lekat.

"Aku minta, hmft—" Kedua mata Aeris sontak membulat. Jantungnya seolah-olah berhenti berdetak karena Leon tiba-tiba menciumnya. Entah setan apa yang  sudah merasuki pikiran Leon hingga berani mencium tantenya sendiri. Apa lagi tepat di bibir.

Aeris meremas lengan Leon sebagai pelampiasan. Rasanya seperti ada jutaan kupu-kupu yang mengepakkan sayap di dalam perutnya. Rasanya sungguh gila dan mendebarkan. Pikiran Aeris mendadak kosong. Sekadar mendorong Leon agar menjauh pun dia tidak mampu.

Tanpa Aeris dan Leon sadari ada dua pasang mata yang melihat mereka berciuman.

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
ponakan cium tantanya...yg blm pernah dicium oleh siapapun
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status