Share

Bab 95

Bab 95

Asih mengintip ke luar melalui celah korden. Di luar ia melihat Pakde Sule, Kang Parman dan Mas Pur berdiri berkacak pinggang.

"Mas, bangun Mas! Ada yang manggil - manggil kita di luar." Asih membangun Bapak.

Bapak menggeliat malas. "Biarin saja. Aku masih mengantuk." Ia mau melanjutkan mimpinya. Badannya pegal - pegal setelah bersenang - senang dengan Asih.

Namun, kesenangannya terganggu.

"Kang Mukidi, buka pintunya!" ucap Kang Parman dengan muka kesal.

"Dobrak saja pintunya, setelah itu kita bawa mereka ke rumah Pak RT!" lanjut Mas Pur geregetan.

“Tunggu sebentar Mas Pur!” kata Pakde Sule.

Tetangga kiri - kanan yang mendengar kegaduhan di depan rumah Amina ingin tahu. Mereka mulai merapat. Rumah Amina mulai dipadati warga.

"Istrinya baru meninggal sudah berani memasukkan wanita ke rumah! Anak sendiri diusir - usir! Dasar lelaki tua bangka tidak tahu diri!" gerutu salah satu ibu yang memakai daster polkadot.

“Iya, kelewatan sekali Kang Mukidi. Aku tidak menyangka dia bisa seke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status