Share

Bab 102

Bab 102

Amina melongo untuk beberapa detik. “Kamu gak bohong kan?” tanyanya dengan tatapan aneh.

“Saya tidak mungkin berbohong, Bu. Semua surat – suratnya ada di saya . Ibu tinggal tanda tangan.” Ridho kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan semua berkas – berkas kepada Amina.

Amina membacanya dengan tangan bergetar. Rumah itu memang untuknya. Ada namanya tertera dengan jelas di atas kertas. Wanita itu tak habis pikir. Kenapa Ibu Hesti sebaik itu padanya?

“Tolong tanda tangan di sini, Bu?” pinta Ridho. Ia menyerahkan pulpen ke tangan Amina.

“Sebentar, saya mau meminta penjelasan terlebih dahulu. Amina menenangkan diri. Dia kapan hari tanda tangan kontrak bersama Eril di kantor Bu Hesti, tapi di sana tidak ada pembicaraan tentang rumah. Apakah ini sebuah lelucon? Dia mencubit pipinya. Sakit! Kemudian ia melihat berkas rumah itu. Di situ masih ada namanya tertulis jelas. Jadi matanya tidak salah dan ini bukan guyonan maupun mimpi.

Amina menelpon Ibu Hesti. “Malam Bu, Ridho bersama saya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status