Share

Salah Balas Dendam
Salah Balas Dendam
Penulis: PHANTOM

Rencana Awal

Viona membuka tirai yang menutupi dinding penuh dengan foto seorang pria. Gadis itu mengambil salah satu foto pria tersebut dan meremasnya hingga kusut.

“Daniel Rutherford!” geram Viona, menyebut nama pria yang ada dalam foto.

Dahulu, Viona sangat mengangumi Daniel Rutherford yang selalu baik dan mengunjungi rumahnya setiap hari sabtu. Namun, kini dia membencinya. Karena pria yang ada di hadapan ibunya yang mati saat itu adalah Daniel.

Daniel Rutherford adalah pembunuh, itu lah yang ada di pikiran Viona hingga kini.

Viona membersihkan dirinya dan berpakaian rapi. Hari ini dia hendak menjalankan rencana balas dendamnya dengan mendekati dan memanfaatkan Noah yang merupakan putra Daniel. Tentu saja setelah membuatnya mempercayai Viona atau bahkan membuatnya jatuh cinta, mungkin?

Sambil membawa buku di tangannya, Viona masuk ke dalam kafe dan memesan kopi dingin. Pandangannya mencari sosok Noah yang selalu ada di kafe tersebut setiap pagi di hari minggu. Dia kemudian tersenyum ketika orang yang dia cari ternyata ada di meja dekat jendela.

Bruk!

“Akh!” erang Viona pelan. Dia sengaja berpura-pura jatuh di dekat Noah hingga berhasil menumpahkan kopinya pada kemeja dan buku pria itu.

“Kau tidak apa-apa, Nona?”

Bariton itu membuat Viona menoleh.

Noah mengulurkan tangannya ke arah Viona. Pria itu bahkan tidak marah meskipun pakaiannya basah terkena tumpahan kopi.

“Te-terima kasih.” Viona berdiri dengan menerima uluran tangan Noah, lalu melirik pada pakaian Noah yang basah. “Itu ... maafkan aku. Pakaianmu basah karena kesalahanku.”

Mengerti apa yang dimaksud Viona, Noah kemudian tersenyum. “Tidak apa-apa. Daripada itu, bukankah kau butuh pengobatan,” ucapnya sembari menunjuk lutut Viona yang terluka.

Ah, Viona bahkan tak sadar jika lututnya terluka, pantas saja terasa sakit. Sepertinya dia terlalu berlebihan ketika melakukannya tadi.

“Ini ... aku bisa mengobatinya nanti. Tapi, bagaimana dengan pakaianmu? Sepertinya aku juga menumpahkan kopi di bukumu.” Netra Viona melirik kemeja dan buku Noah yang terlanjur basah, kotor, dan berbau kopi dengan wajah menyesal. Sudut bibirnya hampir terangkat karena rencananya awalnya untuk menarik perhatian Noah berhasil.

“Buku itu,” tunjuk Noah. “Berikan buku itu padaku. Bukankah itu buku yang sama?”

“Benar, sepertinya buku ini sama dengan milikmu. Apa hanya buku ini yang kau inginkan?”

Mengapa hanya buku? Mengapa Noah tidak memintanya untuk membelikan pakaian baru? Padahal Viona ingin menghabiskan waktu sedikit lebih lama dan lebih mendekatinya lagi.

“Ya. Aku akan membacanya hingga selesai, lalu mengembalikannya padamu.”

Sebenarnya Viona bisa saja memberikan buku itu kepada Noah, tidak perlu sampai dikembalikan. Lagi pula, dia membawa buku itu hanya untuk menunjukkan bahwa dia suka membaca buku dan kebetulan bukunya sama dengan Noah, meskipun sebenarnya tidak.

“Ambil saja. Kau bisa mengembalikannya kapan-kapan.”

Viona memberikan bukunya pada Noah dan berlalu begitu saja. Noah tidak seperti yang dibayangkannya. Ternyata pria itu memiliki sikap yang tenang dan cukup ramah. Karena dalam bayangan Viona, Noah adalah seorang pria angkuh dan penuh perhitungan terhadap sesuatu.

“Nona, tunggu!” panggil Noah mencoba menghentikan Viona yang sudah pergi menjauh. Noah bingung. Bagaimana bisa dia mengembalikan buku itu kepada gadis yang baru saja dia temui dan bahkan namanya pun tidak tahu. Bahkan, gadis itu baru saja pergi begitu saja.

Tak mengindahkan panggilan Noah, Viona tetap berjalan menjauh. Sejurus kemudian, dia membuka ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Tuntut RF Group seperti yang sudah aku rencanakan sebelumnya. Kau bisa melakukannya, bukan?” ucap Viona entah pada siapa.

***

Para dewan direksi tengah berkumpul di ruang rapat dan berdebat satu sama lain. Sebagai seorang CEO, Daniel duduk di kursi utama dan memimpin rapat dengan tujuan memecahkan masalah yang sedang terjadi para RF Group.

“Jadi, bagaimana kita akan menyelesaikannya? Mereka menuntut perusahaan kita!” seru salah satu dewan direksi.

“Benar. Lagi pula, apa produk baru yang kita luncurkan tersebut benar-benar aman? Mengapa ada seseorang yang alergi setelah memakai produk tersebut dan akhirnya menuntut kita?!” sambung dewan direksi lainnya.

Hampir semua dewan direksi menyalahkan Daniel karena satu kasus yang sedang terjadi. Mereka panik lantaran ada sebuah tuntutan ganti rugi dan pencemaran nama baik terhadap perusahaan. Jika situasi tetap seperti ini, harga saham akan anjlok ke titik terendah, itulah yang mereka khawatirkan.

Dasar picik! Padahal mereka semua tahu kalau produk baru yang telah dipasarkan sudah lulus uji klinis dan terbukti aman. Bahkan, produk baru tersebut sudah mengantongi label BPOM. Hanya karena takut harga saham yang mereka miliki turun, mereka berbondong-bondong menyalahkan Daniel dan lepas tangan dari perusahaan yang sedang terpojok.

“Harap diam!” teriak Daniel melalui pengeras suara.

Sontak para dewan direksi yang sejak tadi beradu mulut, diam seketika. Mereka ingin tahu dengan apa yang akan Daniel katakan.

“Aku tahu jika kalian khawatir dengan tuntutan yang diterima perusahaan. Oleh sebab itu, sebagai seorang CEO, aku akan menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, tanpa harus pergi ke jalur hukum.”

“Apa yang akan kau lakukan? Apa kau bisa menjamin kalau cara yang akan kau gunakan berhasil?”

Tampaknya masih ada seseorang yang belum puas dengan jawaban Daniel. Jika begitu, Daniel akan meyakinkan mereka dengan bertaruh.

“Aku akan menyuruh Noah membujuk korban agar mencabut tuntutannya. Aku yakin dan percaya pada anakku. Namun, jika ternyata hasilnya tidak bagus, aku siap mengundurkan diri dari posisiku sekarang!”

Pernyataan Daniel membuat semua orang terkejut. Noah memang penerus perusahaan dan memiliki otak yang cerdas. Meskipun begitu, bukankah Daniel terlalu mempercayai Noah hingga berani mempertaruhkan posisi CEO-nya?

Di samping itu, Daniel menyuruh Noah membujuk korban untuk mencabut tuntutan? Tuntutan itu sudah masuk ke kejaksaan dengan bukti yang cukup kuat. Jika gagal, bukan hanya ganti rugi dan nama baik perusahaan yang tercoreng, tetapi juga produk-produk yang sudah dipasarkan bisa ditarik kembali dan bisa menyebabkan kebangkrutan.

“Aku rasa mengundurkan diri tidak cukup untuk menyelesaikan masalah yang gagal ditangani. Jika ternyata Noah gagal, harga saham akan turun drastis, dan kami akan rugi besar.”

Ah, kakek-kakek itu terus saja memprovokasi dewan direksi lainnya. Sejak awal, dia memang berniat menyudutkan Daniel. Sepertinya orang tua itu menaruh dendam pada Daniel karena Daniel berencana menyerahkan jabatannya pada Noah, bukan kepada dirinya.

Daniel tersenyum dan berniat mengikuti permainan orang tua tersebut. “Baiklah. Jadi, apa yang kau inginkan?”

“Jika Noah gagal, aku ingin kau mengganti saham kami dengan harga saham yang sekarang.”

Daniel hampir tertawa lepas. Semua orang yang sudah dibutakan uang dan kekuasaan memang selalu berubah menjadi gila. Mereka bahkan hanya memedulikan diri sendiri dan tidak memedulikan perusahaan yang sedang dalam masalah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status