Home / Urban / Salah Balas Dendam / Aku Tidak Mau Menikah

Share

Aku Tidak Mau Menikah

Author: PHANTOM
last update Last Updated: 2022-08-12 20:04:08

Noah memasang wajah serius. Jika perkataannya kurang meyakinkan maka dia akan membuat ayahnya yakin dan mempercayainya.

“Aku serius, Ayah. Jika Ayah tidak percaya, aku akan memperkenalkannya lain kali.”

“Besok! Bawa kekasihmu ke hadapan Ayah saat makan malam.”

Besok? Tampaknya ayahnya belum mempercayai Noah sebelum melihat buktinya secara langsung. Namun, besok adalah waktu yang terlalu cepat. Bagaimana cara Noah mencari seorang gadis yang bisa diajak bersandiwara dalam waktu sesingkat itu? Ya, Noah benar-benar terjebak dalam permainannya sendiri.

“Baiklah! Aku akan membawanya besok ke hadapan Ayah. Tapi ....” Noah mengalihkan pandangannya pada Karin. “Ayah harus berjanji untuk tidak membahas pernikahanku lagi dengan Karin.”

“Baiklah. Ayah berjanji!”

Noah berdiri dan langsung pergi ke kamarnya. Dia harus berpikir dan mencari cara untuk menemukan seorang gadis untuk diperkenalkan pada ayahnya besok. Bukan gadis sembarangan, gadis itu harus cantik dan memiliki otak yang cerdas.

Sementara itu, Karin yang merasa kesal dengan perkataan dan perlakuan Noah, dengan sopan meminta ijin kepada Daniel untuk pulang. Mendapatkan hati Noah memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun dia sudah menyingkirkan semua gadis yang menempel pada Noah, pria itu tetap tidak pernah melihatnya.

Karin masuk mobil dan berteriak dengan lantang. Dia menggigit bibirnya, suatu kebiasaan yang dia lakukan saat marah.

“Kau berkata padaku, kalau Noah tidak berkencan dengan siapa pun! Lalu, mengapa dia mengatakan hal yang sebaliknya?!” geram Karin pada asistennya yang sedang menyetir.

“Maaf, Nona. Mungkin ada yang salah dengan penyelidikan saya.”

“Cari tahu siapa wanita itu! Aku akan menyingkirkannya!”

***

Di kamarnya, Noah tengah berbaring di ranjang sembari memejamkan mata. Tidak tidur, dia melakukan itu karena otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana caranya menemukan seorang gadis untuk dijadikan kekasih palsunya? Oh, berapa kali pun dia berpikir, otak cerdasnya tidak bisa menemukan jawaban.

Helaan napas keluar dari mulut Noah. Dia mengalihkan kepalanya ke arah samping, ke sebuah sofa panjang yang selalu dia gunakan untuk membaca buku. Netranya kemudian terpaku melihat sebuah buku yang ada di atas sofa. Buku milik seseorang yang beberapa menit lalu dia temui di bar.

“Bar!”

Noah beranjak dari ranjangnya dan bergegas keluar dari kamar. Setelah melihat buku itu, bayang-bayang wajah seorang gadis yang belum dia ketahui namanya muncul seketika. Gadis yang cocok untuk menjadi kekasihnya. Ah, kekasih palsu lebih tepatnya.

Dengan kecepatan tinggi, Noah membawa pergi mobilnya ke sebuah bar yang sebelumnya dia datangi. Dia berharap jika gadis itu masih ada di sana. Namun ...

Terlambat! Tempat duduk gadis itu kosong. Noah mencari keberadaannya ke setiap sudut, namun tampaknya gadis itu sudah pergi sejak tadi.

“Apa ada yang bisa aku bantu, Tuan? Kau terlihat sedang mencari seseorang,” tanya Bartender.

Sial! Mengapa Noah tidak terpikirkan untuk menanyakannya kepada bartender? Mungkin saja bartender itu mengetahui sesuatu tentang gadis itu.

“Apa kau melihat gadis yang duduk di sini sebelumnya? Dia memakai gaun hitam selutut dan rambutnya di urai,” jelas Noah.

“Maksudmu Viona? Dia sudah pergi sejak tadi.”

Viona, nama yang bagus. Baru sekarang Noah mengetahui namanya, itu pun dari mulut orang lain.

“Apa kau memiliki kontaknya? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya.”

Bartender itu tampak berpikir sebentar. Dia terlihat ragu.

“Aku tidak bisa memberikan kontaknya ke sembarang orang. Tapi, aku bisa meneleponnya sekarang agar kau bisa berbicara dengannya.”

Noah mengangguk. Sesuai perkataannya, bartender itu pun menghubungi nomor Viona dan memberikan ponselnya kepada Noah. Tampaknya Viona belum tidur, gadis itu langsung mengangkatnya dalam waktu beberapa detik.

[Halo? Ada apa meneleponku?] tanya Viona di seberang telepon. Dia tidak tahu jika yang meneleponnya bukan temannya sang bartender, melainkan Noah.

Noah tampak bergeming sejenak. Padahal tadi dia sangat bersemangat untuk mengajak Viona menjadi kekasih palsunya, namun saat dia diberi kesempatan untuk berbicara, dia menjadi ragu.

“Maaf karena mengganggumu. Namaku Noah. Tadi kita sempat bertemu di bar dan hari sebelumnya kita bertemu di kafe. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kau datang ke RF Group besok? Aku akan menyampaikannya di sana.”

Noah tidak bisa mengatakan hal penting itu melalui telepon. Dia harus mengatakannya secara langsung di hadapan Viona. Namun, apakah Viona akan datang?

***

Tawa keras menggema mengisi keheningan kamar, Viona masih tak percaya dengan Noah yang tiba-tiba menghubunginya dan memintanya datang ke RF Group untuk membicarakan sesuatu. Bagaimana tidak? Rencana Viona untuk mendekati Noah menjadi lebih mudah karena Noah sendiri yang justru memintanya datang menghampirinya.

Meskipun Viona tidak tahu apa yang akan Noah bicarakan padanya. Namun, kesempatan bagus ini tidak akan disia-siakan olehnya.

Viona berdiri di hadapan cermin besar dan menatap gaun merah yang membalut tubuh langsingnya. Dia harus mengecek penampilannya sekali lagi sebelum pergi menemui Noah. Sebagai sentuhan akhir, dia mengoles lipstik pemberian Noah pada bibirnya.

“Semoga berhasil, Viona!” seru Viona pada dirinya sendiri. 'Berhasil menggoda Noah dan mendapatkan hatinya,' lanjutnya dalam hati.

Viona pergi menuju RF Group menggunakan taksi. Dia sengaja pergi pada jam makan siang karena tidak ingin menganggu Noah yang mungkin sibuk di jam kerjanya. Lagi pula, Noah tidak memberitahunya mengenai jam berapa dia harus datang ke RF Group. Jadi, dia bebas datang kapan saja, bukan?

“Permisi. Namaku Viona, aku datang untuk bertemu dengan Noah,” ucap Viona pada salah satu resepsionis.

“Apa sebelumnya Anda sudah membuat janji?”

“Ya, aku sudah membuat janji dengannya. Bisakah kau menghubunginya dan memberitahukan kedatanganku?”

Resepsionis itu mengangguk dan segera menghubungi Noah melalui telepon. Viona mengetuk-ngetuk jarinya di meja resepsionis, menunggu sang resepsionis selesai memberitahukan kedatangannya pada Noah.

Selang beberapa waktu, resepsionis menutup teleponnya dan berkata, “Direktur Noah sudah menunggu Anda di ruangannya. Mari, saya antar.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Salah Balas Dendam   Terungkap

    Viona menutup buku harian yang sempat dibacanya. Betapa dia masih tidak menyangka dengan semua tulisan-tulisan tersebut. Daniel ayah kandungnya? Selain itu, ibunya bunuh diri? Hal-hal seperti itu masih membuatnya tak habis pikir. Bagaimana dengan Noah? Bukankah itu artinya pria itu adalah saudara tirinya?Seketika Viona menaruh dahinya di atas meja, matanya terpejam, memikirkan semua hal konyol dan tidak masuk akal ini. Namun, jika melihat Demian yang menemuinya dengan wajah serius, tentu saja dia tidak berpikir bahwa pria itu sedang main-main. Jika semua ini memang adalah kebenarannya maka Viona tidak bisa diam saja. Dia sudah membalas dendam kepada orang yang tidak bersalah dan ternyata orang itu adalah ayah kandungnya. Sekarang dia mengerti, mengapa Daniel Rutherford selalu bersikap baik padanya sejak kecil. Daniel sudah mengetahui identitas Viona, namun pria itu tidak berniat mengungkapkan kebenaran yang selama ini terkubur rapat. Mengapa? Apa karena pria itu merasa sangat b

  • Salah Balas Dendam   Di Balik Masa Lalu

    Viona menatap gelas yang penuh dengan air berwarna oranye dan bulir-bulir bening di luar gelasnya. Kini, dia tengah berhadapan dengan Demian di sebuah kafe yang dekat dengan jalanan ramai. Sudah beberapa menit sejak mereka saling duduk berhadapan, namun tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Setelah cukup lama diselimuti keheningan, akhirnya Demian menghela napas panjang dan mengeluarkan sebuah dokumen yang entah apa isinya, lalu menyodorkannya ke hadapan Viona yang kemudian membuat gadis itu menatapnya bingung. “Bukalah.”Demian menyuruh Viona membuka dokumen yang dibawanya, sedangkan Viona langsung membukanya tanpa banyak bertanya. “Mengapa Anda memberikan ini kepada saya?”Viona sama sekali tidak mengerti, mengapa Demian memberikannya sebuah dokumen tes DNA yang hanya melihat sekilasnya pun dia sudah tahu.“Apa Nona sudah membacanya?”Viona lantas menggeleng. “Bacalah terlebih dahulu.”Sebelah alis Viona terangkat, namun dia berniat untuk tidak bertanya lebih

  • Salah Balas Dendam   Aku Akan Bersamamu

    Cukup lama Viona memeluk Noah, hingga akhirnya dia melepaskan pelukan itu dan menarik lengan Noah menuju ranjang.Noah tidak tahu apa yang hendak Viona lakukan, dan dia pun sengaja tidak bertanya. Namun, dia terkejut ketika Viona tiba-tiba naik ke atas pangkuannya. Kedua matanya terbelalak, lalu dialihkan ke tempat lain. Dia bisa melihat jelas di balik pakaian basah Viona, dan itu membuatnya tak kuasa menelan ludah.“Viona, sebaiknya kau ganti pakaian lebih dulu. Aku akan meminjamkan bajuku.”Namun, Viona tak mengindahkan perkataan Noah. Gadis itu justru membungkam mulut Noah dengan bibirnya. Memagut daging tanpa tulang tersebut secara perlahan-lahan.Sontak Noah kembali membelalakkan mata. Hari ini Viona terlihat sangat agresif dari biasanya, padahal gadis itu tak pernah seperti ini.Viona melepaskan pakaiannya di hadapan Noah dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Tatapannya tertuju pada kedua iris hitam Noah, tak berniat untuk menatap ke arah lain.“Apa kau akan menola

  • Salah Balas Dendam   Aku Hanya Ingin Memeluk

    Di sebuah kafe, Viona tengah duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih tua darinya. Cukup lama mereka di sana, membicarakan sesuatu yang penting dan berbahaya.“Kau sudah mengambil semuanya?”Viona sontak bertanya pada pria itu. Kedua matanya melirik tas besar yang dia yakini adalah uang.“Totalnya 1.4 miliar. Aku sudah bersusah payah mendapatkan uang ini, jadi semua ini adalah milikku. Selain itu, aku ingin kau segera mengirim uang yang kau janjikan padaku.”Pria itu adalah seorang magang di perusahaan RF Group yang membawa kabur uang di dalam brankas. Tentu saja itu pun karena suruhan dari Viona karena gadis itu menjanjikan sejumlah uang yang cukup menggiurkan.Mengerlingkan matanya, Viona kemudian memberikan selembar cek ke hadapan pria itu.“Aku akan membayarnya setengahnya dulu. Jika kau berhasil membuat orang itu mati karena penyakitnya kambuh maka aku akan membayarkan sisanya. Bukankah itu kesepakatan kita?”Sengaja Viona memilih seseorang yang mata duitan u

  • Salah Balas Dendam   Kematian Sang Presdir

    Daniel memijit pangkal hidungnya sembari memikirkan masalah yang terjadi di ruang produksi. Para audit tidak akan tinggal diam jika mereka menemukan sesuatu yang dianggap tidak pantas telah memasuki area produksi. Bagaimana bisa hewan menjijikkan itu bisa masuk ke sana? Padahal setiap hari selalu ada pembersihan besar-besar untuk menjaga kebersihan area produksi.Saat Daniel hendak membuka laptopnya, kemudian Demian datang secara terburu-buru. Wajahnya terlihat tidak baik, seolah ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi. Dan entah mengapa, Daniel memiliki firasat buruk tentang itu.“Presdir silakan lihat ini.”Demian menyodorkan dokumen yang dibawanya ke hadapan Daniel. Itu adalah dokumen yang dikirim oleh audit, dan baru sampai pagi ini.Tanpa banyak bicara, seketika Daniel mengambil dokumen tersebut dan langsung membaca setiap kata di dalamnya. Kedua matanya terbelalak dan mulutnya menjadi kelu hingga tak bisa berkata-kata. Pria itu memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. T

  • Salah Balas Dendam   Percaya

    Setelah makan malam bersama, Noah mengantarkan Viona pulang dengan mobilnya. Makan malam mereka hanya diselimuti keheningan, mengingat ada masalah yang sedang menimpa RF Group.Seperti biasa, Noah menurunkan Viona di depan rumahnya. Saat dia hendak turun dan mengantar gadis itu hingga depan pintu rumah, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka dengan penuh emosi.“Vionaaa!”Dengan perasaan kesal, Bardi mengampiri Viona yang sejak tadi ditunggunya. Kedua tangannya mengepal sempurna, bahkan rahangnya mengeras. Pria itu sungguh tidak bisa menahan amarahnya. Sejurus kemudian, dia menarik kerah baju Viona secara paksa meski di samping gadis itu ada seorang pria yang tengah berdiri tegak.“Pasti kau yang sudah memberitahu mereka soal keberadaanku, bukan?”Tak tanggung-tanggung, Bardi langsung melontarkan pertanyaan yang sangat dia yakini jawabannya. Sementara Viona, gadis itu tersenyum mengejek meski hanya bisa dilihat sekilas. Hal itu membuat Bardi semakin naik darah hingga tanpa sa

  • Salah Balas Dendam   Jangan Meremehkanku

    Sejauh ini rencana Viona berjalan dengan lancar. Dalam hatinya dia sangat ingin tertawa keras, namun tentu saja tidak bisa ditunjukan di hadapan Noah. Sebaliknya, dia harus menunjukan rasa simpati dan menghibur Noah yang tengah menyalahkan diri sendiri.Yang sangat ingin Viona lihat saat ini adalah ... bagaimana ekspresi Daniel? Membayangkannya saja tidak cukup. Dia ingin melihat ekspresi pria paruh baya itu dengan mata kepalanya sendiri.“Noah, itu salahmu. Tikus adalah hewan liar yang bisa muncul kapan saja. Suatu kebetulan karena tikus itu terlihat oleh para audit di hari ini.”Viona tidak tahu harus menghibur Noah dengan cara apa. Bersandiwara di hadapannya saja sudah cukup melelahkan, namun dia memang harus melakukannya.Noah masih memejamkan mata, namun otaknya sedang berpikir keras. Bagaimana bisa ada tikus yang masuk ke ruang produksi di saat para audit sedang melakukan peninjauan? Kebetulan juga karena Viona ada di sana? Namun, apa benar itu suatu kebetulan?Sebenarnya Noah t

  • Salah Balas Dendam   Tikus

    Noah pergi lebih padi dari biasanya ke kantor, sedangkan Viona akan datang lebih siang dan setelah para audit hadir di RF Group. Tentu saja itu hanya alasan. Lagi pula, Viona harus menyiapkan sebuah kejutan untuk RF Group sebelum dia datang ke sana. Viona pergi ke toko hewan liar yang menyediakan berbagai macam hewan liar yang tidak seharushnya dijadikan peliharaan. Dia membeli satu tikus kecil yang hendak dibawa ke RF Group sebagai kejutan. Memasukkannya ke dalam tas make-up yang dilubangi sedikit untuk memberinya udara. Audit adalah orang yang memeriksa kualitas produksi secara langsung. Jika mereka menemukan sesuatu yang kotor dan menjijikkan di ruang produksi maka akan mempengaruhi penilaian terhadap RF Group. Dengan langkah gontai, Vioan berjalan menuju ruangan Noah. Namun, sebelum memasuki ruangan, dia terlebih dahulu menanyakan keberadaan Noah kepada Bella yang merupakan sekretarisnya. “Noah?” Viona memanggil Noah begitu dia masuk ke dalam ruangan. Tampak pria itu yang masi

  • Salah Balas Dendam   Dinding Bertirai

    Tengah malam, Viona keluar dari kamar untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Dia pergi ke dapur, namun saat melewati ruang tengah, dia mendapati Noah yang masih belum tidur dan sedang memainkan laptop.Viona berinisiatif menghampirinya, menanyakan apa yang dilakukan pria itu di saat orang-orang sudah lelap dalam tidurnya.“Sedang mengerjakan apa?”Mendengar suara feminim tersebut, sontak Noah menoleh dan tersenyum. Lingkaran hitam di bawah mata pria itu terlihat sangat jelas, menandakan bahwa pria itu sama sekali belum memejamkan mata barang sedetik pun.“Ah, aku sedang mempersiapkan laporan untuk audit besok. Mereka akan datang ke RF Group untuk mengecek produk secara langsung, dan aku sedang mebuat laporan singkat mengenai produk terbaru kami.”“Audit?”Seketika Viona menarik sudut bibirnya secara tipis. Itu adalah kesempatan bagus untuk menjatuhkan nama baik RF Group dalam waktu yang singkat. Dia bersyukur karena Noah selalu terbuka mengenai pekerjaannya, padahal seharu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status