Share

Kekasih Palsu

Penulis: PHANTOM
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-12 20:07:23

Di lantai 8, lift berhenti. Viona berjalan di belakang resepsionis yang sedang memandunya berjalan menuju ruangan Noah. Resepsionis itu kemudian berhenti di sebuah pintu berwarna putih dan mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali.

“Direktur Noah, tamu Anda sudah datang.”

“Masuklah!”

Resepsionis membukakan pintu untuk Viona. Dia masuk bersama Viona hanya untuk membungkuk kepada Noah, lalu pergi begitu saja.

“Apa aku datang di waktu yang kurang tepat? Sepertinya kau masih sibuk dengan pekerjaanmu,” ucap Viona yang berusaha membuka percakapan.

Resepsionis itu berkata kalau Noah sudah menunggu Viona di ruangannya. Menunggu apanya? Noah bahkan masih sibuk berkutat dengan laptopnya.

Seperti mengetahui isi pikiran Viona, Noah sontak menutup laptop dan melepas kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Dia beranjak dari kursi kerjanya dan beralih menuju sofa.

“Silakan duduk,” sambut Noah dengan ramah.

Viona duduk di sofa yang berhadapan dengan Noah. Dia duduk dengan menyilangkan kaki dan menaruh tas kecilnya di samping.

“Jadi ... apa yang ingin kau katakan, Direktur Noah? Ah, aku tidak percaya jika pria di hadapanku ini seorang direktur dari RF Group.”

Kebohongan yang luar biasa. Viona seharusnya diberi sebuah penghargaan besar untuk aktingnya yang bagus itu.

Noah terkekeh. “Setelah dipikir-pikir, kita belum berkenalan dengan formal. Kalau begitu, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Noah Rutherford, Direktur RF Group.”

“Viona. Itu namaku.”

Hanya Viona. Tidak ada nama belakang atau sejenisnya. Sebuah nama yang diberikan sang ibu yang merupakan orang tua tunggal.

“Baiklah! Karena kita sudah mengetahui nama satu sama lain, aku akan mengatakan maksudku secara langsung.” Noah menatap Viona dengan serius. “Jadilah kekasihku!”

Perkataan Noah membuat Viona tertegun. Serangan mendadak itu sangat tidak masuk akal. Tidak mungkin jika Noah menjadikannya kekasih hanya karena dua kali pertemuan. Jadi, apa yang sebenarnya pria itu inginkan?

“Maaf, apa perkataanku membuatmu terkejut? Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku butuh seseorang untuk berpura-pura menjadi kekasihku agar pernikahanku dengan wanita licik itu batal.”

Viona menyunggingkan bibirnya. Berpura-pura? Kata itu memang membuatnya sedikit kecewa, namun dia akan mengubah kepura-puraan itu menjadi kenyataan.

“Baiklah, aku rasa aku bisa membantumu.”

“Benarkah? Ah- maksudku ... terima kasih, Viona.”

Viona terkekeh melihat ekspresi terkejut Noah. Siapa sangka jika mereka akan saling memanfaatkan satu sama lain. Namun, situasi yang terjadi saat ini merupakan permulaan yang cukup baik.

“Oh iya! Apa kau senggang malam ini? Sebenarnya aku ingin memperkenalkanmu kepada ayahku pada saat makan malam. Dia berjanji akan membatalkan rencana pernikahanku dengan Karin jika aku membawa kekasihku ke hadapannya.”

Tunggu! Apa Viona tidak salah dengar? Makan malam dengan Noah dan ayahnya? Ayah Noah adalah Daniel, itu artinya Viona harus berhadapan dengan Daniel! Ah, apa ini sudah waktunya dia bertemu dengan pria paruh baya itu?

Viona berdeham kecil. Sejujurnya dia ingin menolak, namun karena dia sudah terlanjur mengatakan akan membantu Noah maka dia harus menyetujui ajakan pria itu.

“Ya, jika hal ini diperlukan untuk membuat ayahmu percaya dan bisa membuat pernikahanmu dengan wanita itu batal, aku akan ikut makan malam,” jawab Viona. Lagi pula, cepat atau lambat, dia pasti akan bertemu dengan Daniel Rutherford secara langsung. Mengkhawatirkan kejadian yang akan terjadi suatu hari nanti hanya membuang-buang waktu.

“Kalau begitu, aku akan menjemputmu nanti malam.”

“Baiklah.” Viona mengulurkan telapak tangannya ke hadapan Noah. “Berikan ponselmu?”

Tanpa banyak tanya, Noah pun memberikan ponselnya kepada Viona. Gadis itu kemudian memasukkan nomor ponselnya ke dalam kontak Noah dan menghubungi nomornya sendiri hingga ponsel miliknya berdering.

“Ini nomor ponselku. Aku akan mengirimkan alamat rumahku melalui pesan singkat–“

Brak!

Selesai dengan perkataannya, seorang gadis tiba-tiba muncul dengan membanting pintu. Di belakangnya ada seorang resepsionis yang sempat mengantar Viona ke ruangan Noah. Gadis itu berjalan menghampiri Noah dan Viona dengan wajahnya yang tampak marah.

“Maafkan saya, Direktur. Saya sudah memberitahunya kalau Anda sedang kedatangan tamu dan tidak ingin diganggu, tapi Nona Karin tetap menerobos masuk,” ucap resepsionis itu sembari membungkuk.

Noah menghela napas panjang. Dia tidak bisa menyalahkan resepsionis yang gagal mencegah Karin. Karin itu keras kepala, semua orang pasti kewalahan mengatasi egonya.

Dengan mengibaskan tangan, Noah menyuruh resepsionis itu pergi dari ruangannya dan membiarkan Karin tetap di sana. Lagi pula, Noah sudah terbiasa menghadapi Karin dan tahu bagaimana cara membuatnya diam.

“Ada urusan apa datang ke sini? Kau tidak lihat, kalau aku sedang berkencan dengan kekasihku?” ucap Noah sembari menyeringai.

“Kau harap aku percaya? Mana mungkin sepasang kekasih duduk berjauhan?” cibir Karin.

Viona terkekeh, setuju dengan perkataan Karin yang masuk akal. Dia sontak beranjak dari tempat duduknya dan pindah ke pangkuan Noah. Kedua tangannya kemudian melingkari leher pria itu.

Noah tersentak ketika mendapat perlakukan Viona yang tiba-tiba. Wajah Viona yang terlalu dekat membuat jantungnya berdebar sangat kencang, terutama bibir ranum gadis itu. Tanpa sadar, Noah menelan saliva yang tertahan di tenggorokannya. Seberapa kali pun dia mencoba mengalihkan pandangan, kedua matanya tetap terhipnotis oleh bibir indah Viona.

“Jangan melamun,” bisik Viona dan berhasil membuyarkan pikiran Noah.

Viona menempelnya pipinya dengan pipi Noah dan menyombongkannya di depan Karin. “Tidak peduli meskipun kami duduk berjauhan. Lagi pula, kami bisa menempel sedekat ini setiap saat,” ucapnya.

“Kau!” geram Karin. Dia mengepalkan tangannya dan menatap tajam ke arah Viona. “Aku akan membalasmu nanti!”

Sejurus dengan perkataannya, Karin pergi dengan amarah yang memuncak. Viona terperangah dengan sikap Karin yang tak terduga. Dia kira, Karin akan menjambak rambutnya atau melakukan hal lain, ternyata tidak.

Noah memalingkan wajahnya ke arah lain. Saat Viona menempelkan pipinya, sudut bibir mereka bersentuhan. Mengingat hal itu, wajah Noah terasa panas seperti terbakar sesuatu.

“Karin sudah pergi, sekarang kau bisa turun dari pangkuanku,” ucap Noah yang masih memalingkan wajahnya.

“Tentu,” jawab Viona sembari turun dari pangkuan Noah. “Ah! Karena aku sudah terlalu lama di sini, jadi aku akan pergi. Sampai jumpa nanti malam!” lanjutnya sambil berlalu.

Noah melihat punggung Viona menjauh, sontak membaringkan tubuhnya di atas sofa panjang sembari menutup wajahnya dengan lengan. Hanya sentuhan kecil saja jantungnya sudah berdebar kencang, bagaimana jika nanti dia mengulum bibir Viona atau berbuat sesuatu yang lebih? Apakah dia masih akan baik-baik saja?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Salah Balas Dendam   Terungkap

    Viona menutup buku harian yang sempat dibacanya. Betapa dia masih tidak menyangka dengan semua tulisan-tulisan tersebut. Daniel ayah kandungnya? Selain itu, ibunya bunuh diri? Hal-hal seperti itu masih membuatnya tak habis pikir. Bagaimana dengan Noah? Bukankah itu artinya pria itu adalah saudara tirinya?Seketika Viona menaruh dahinya di atas meja, matanya terpejam, memikirkan semua hal konyol dan tidak masuk akal ini. Namun, jika melihat Demian yang menemuinya dengan wajah serius, tentu saja dia tidak berpikir bahwa pria itu sedang main-main. Jika semua ini memang adalah kebenarannya maka Viona tidak bisa diam saja. Dia sudah membalas dendam kepada orang yang tidak bersalah dan ternyata orang itu adalah ayah kandungnya. Sekarang dia mengerti, mengapa Daniel Rutherford selalu bersikap baik padanya sejak kecil. Daniel sudah mengetahui identitas Viona, namun pria itu tidak berniat mengungkapkan kebenaran yang selama ini terkubur rapat. Mengapa? Apa karena pria itu merasa sangat b

  • Salah Balas Dendam   Di Balik Masa Lalu

    Viona menatap gelas yang penuh dengan air berwarna oranye dan bulir-bulir bening di luar gelasnya. Kini, dia tengah berhadapan dengan Demian di sebuah kafe yang dekat dengan jalanan ramai. Sudah beberapa menit sejak mereka saling duduk berhadapan, namun tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan. Setelah cukup lama diselimuti keheningan, akhirnya Demian menghela napas panjang dan mengeluarkan sebuah dokumen yang entah apa isinya, lalu menyodorkannya ke hadapan Viona yang kemudian membuat gadis itu menatapnya bingung. “Bukalah.”Demian menyuruh Viona membuka dokumen yang dibawanya, sedangkan Viona langsung membukanya tanpa banyak bertanya. “Mengapa Anda memberikan ini kepada saya?”Viona sama sekali tidak mengerti, mengapa Demian memberikannya sebuah dokumen tes DNA yang hanya melihat sekilasnya pun dia sudah tahu.“Apa Nona sudah membacanya?”Viona lantas menggeleng. “Bacalah terlebih dahulu.”Sebelah alis Viona terangkat, namun dia berniat untuk tidak bertanya lebih

  • Salah Balas Dendam   Aku Akan Bersamamu

    Cukup lama Viona memeluk Noah, hingga akhirnya dia melepaskan pelukan itu dan menarik lengan Noah menuju ranjang.Noah tidak tahu apa yang hendak Viona lakukan, dan dia pun sengaja tidak bertanya. Namun, dia terkejut ketika Viona tiba-tiba naik ke atas pangkuannya. Kedua matanya terbelalak, lalu dialihkan ke tempat lain. Dia bisa melihat jelas di balik pakaian basah Viona, dan itu membuatnya tak kuasa menelan ludah.“Viona, sebaiknya kau ganti pakaian lebih dulu. Aku akan meminjamkan bajuku.”Namun, Viona tak mengindahkan perkataan Noah. Gadis itu justru membungkam mulut Noah dengan bibirnya. Memagut daging tanpa tulang tersebut secara perlahan-lahan.Sontak Noah kembali membelalakkan mata. Hari ini Viona terlihat sangat agresif dari biasanya, padahal gadis itu tak pernah seperti ini.Viona melepaskan pakaiannya di hadapan Noah dan mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Tatapannya tertuju pada kedua iris hitam Noah, tak berniat untuk menatap ke arah lain.“Apa kau akan menola

  • Salah Balas Dendam   Aku Hanya Ingin Memeluk

    Di sebuah kafe, Viona tengah duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat jauh lebih tua darinya. Cukup lama mereka di sana, membicarakan sesuatu yang penting dan berbahaya.“Kau sudah mengambil semuanya?”Viona sontak bertanya pada pria itu. Kedua matanya melirik tas besar yang dia yakini adalah uang.“Totalnya 1.4 miliar. Aku sudah bersusah payah mendapatkan uang ini, jadi semua ini adalah milikku. Selain itu, aku ingin kau segera mengirim uang yang kau janjikan padaku.”Pria itu adalah seorang magang di perusahaan RF Group yang membawa kabur uang di dalam brankas. Tentu saja itu pun karena suruhan dari Viona karena gadis itu menjanjikan sejumlah uang yang cukup menggiurkan.Mengerlingkan matanya, Viona kemudian memberikan selembar cek ke hadapan pria itu.“Aku akan membayarnya setengahnya dulu. Jika kau berhasil membuat orang itu mati karena penyakitnya kambuh maka aku akan membayarkan sisanya. Bukankah itu kesepakatan kita?”Sengaja Viona memilih seseorang yang mata duitan u

  • Salah Balas Dendam   Kematian Sang Presdir

    Daniel memijit pangkal hidungnya sembari memikirkan masalah yang terjadi di ruang produksi. Para audit tidak akan tinggal diam jika mereka menemukan sesuatu yang dianggap tidak pantas telah memasuki area produksi. Bagaimana bisa hewan menjijikkan itu bisa masuk ke sana? Padahal setiap hari selalu ada pembersihan besar-besar untuk menjaga kebersihan area produksi.Saat Daniel hendak membuka laptopnya, kemudian Demian datang secara terburu-buru. Wajahnya terlihat tidak baik, seolah ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi. Dan entah mengapa, Daniel memiliki firasat buruk tentang itu.“Presdir silakan lihat ini.”Demian menyodorkan dokumen yang dibawanya ke hadapan Daniel. Itu adalah dokumen yang dikirim oleh audit, dan baru sampai pagi ini.Tanpa banyak bicara, seketika Daniel mengambil dokumen tersebut dan langsung membaca setiap kata di dalamnya. Kedua matanya terbelalak dan mulutnya menjadi kelu hingga tak bisa berkata-kata. Pria itu memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. T

  • Salah Balas Dendam   Percaya

    Setelah makan malam bersama, Noah mengantarkan Viona pulang dengan mobilnya. Makan malam mereka hanya diselimuti keheningan, mengingat ada masalah yang sedang menimpa RF Group.Seperti biasa, Noah menurunkan Viona di depan rumahnya. Saat dia hendak turun dan mengantar gadis itu hingga depan pintu rumah, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka dengan penuh emosi.“Vionaaa!”Dengan perasaan kesal, Bardi mengampiri Viona yang sejak tadi ditunggunya. Kedua tangannya mengepal sempurna, bahkan rahangnya mengeras. Pria itu sungguh tidak bisa menahan amarahnya. Sejurus kemudian, dia menarik kerah baju Viona secara paksa meski di samping gadis itu ada seorang pria yang tengah berdiri tegak.“Pasti kau yang sudah memberitahu mereka soal keberadaanku, bukan?”Tak tanggung-tanggung, Bardi langsung melontarkan pertanyaan yang sangat dia yakini jawabannya. Sementara Viona, gadis itu tersenyum mengejek meski hanya bisa dilihat sekilas. Hal itu membuat Bardi semakin naik darah hingga tanpa sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status