Share

Bab 7 Eden Entertainment

“Selamat, Evelyn. Kamu sudah dinyatakan diterima sebagai sekretaris direktur bisnis. Pak Direktur pun sudah berpesan kalau kamu akan mulai bekerja besok,” ucap seorang pria berusia sekitar tiga puluhan sembari mengulurkan tangannya ke hadapan Evelyn.

Evelyn membalas uluran tangan tersebut dengan mantap dan membungkuk hormat sedikit. “Terima kasih, Pak Handi. Saya akan berusaha untuk menunjukkan kinerja terbaik agar tidak mengecewakan ekspektasi Bapak,” balas Evelyn dengan sopan.

Handi—manajer personalia dan juga teman Anita—menganggukkan kepala. “Rena,” panggil pria itu yang kemudian diikuti dengan kemunculan seorang gadis muda di sisinya. “Kamu antar Evelyn keliling kantor dulu agar besok dia nggak canggung dengan situasi kantor.”

Gadis bernama Rena itu menyapa Evelyn dengan sopan, tahu bahwa posisi Evelyn tidak bisa didapatkan sembarang orang, “Halo, Bu Evelyn. Perkenalkan, saya Rena, staf departemen personalia.” Perkenalannya ditanggapi Evelyn dengan sebuah senyuman dan jabatan tangan.

Melihat bahwa tugasnya selesai, Handi pun berkata, “Aku harus urus hal lain, jadi aku tinggal dulu ya, Evelyn.”

“Baik, Pak. Sekali lagi terima kasih,” ucap Evelyn.

Begitu Handi menghilang dari pandangan, Rena pun langsung mengajak Evelyn pergi untuk memulai tur. “Mari ikut saya, Bu.”

Perusahaan tempat Evelyn bekerja dipanggil Eden, sebuah perusahaan yang menduduki peringkat pertama sebagai manajemen artis Nusantara. Dikatakan bahwa Eden memiliki induk perusahaan yang sangat besar dari Capitol. Demikian, dengan dana besar dan juga kemampuan manajemen internal yang luar biasa, dalam kurun waktu tiga tahun perusahaan tersebut berhasil menempati peringkat pertama hingga sekarang.

Mata Evelyn mengedar, mendapati wajah-wajah familier berkeliaran dalam perusahaan tersebut. ‘Memang perusahaan manajemen artis nomor satu, banyak sekali artis papan atas Nusantara di sini,’ batinnya. Manik hitamnya memandangi pula mewahnya bangunan kantor tempatnya bekerja. ‘Siapa pun yang memiliki perusahaan ini tentunya bukan orang biasa.

“Ini kantor Pak Reza, direktur bisnis yang akan menjadi atasan utama Bu Evelyn. Selain Ibu, ada juga Bu Linda yang merupakan asisten personal Pak Reza, beliau juga yang akan memandu Ibu untuk satu bulan ke depan,” jelas Rena. Dia melirik ke kiri dan kanan, lalu sedikit berbisik, “Sedikit saran, Bu. Sabar-sabar ya sama Bu Linda, dia orangnya agak … sulit. Kalau ada apa-apa, Ibu bisa langsung lapor ke Pak Handi aja.”

Mendengar penjelasan Rena, Evelyn pun merasa terharu dengan pesan gadis itu. “Terima kasih peringatannya, Mbak Rena,” balasnya.

“Santai aja, Bu. Kalau ada apa-apa, Ibu juga bisa ke saya langsung.” Rena memukul ringan dadanya, menunjukkan dia bisa diandalkan. “Karena Pak Reza sedang di luar kantor, kita langsung ke lantai berikutnya, ya.”

Ketika mereka selesai mengitari sebagian besar area kantor, Evelyn pun bertanya, “Saya dengar induk perusahaan Eden adalah sebuah perusahaan besar di Capitol, apa itu benar, ya?”

Rena tersenyum canggung. “Benar, Bu Evelyn. Induk perusahaan kita adalah grup Dean dari Capitol.”

Jawaban Rena sukses membuat Evelyn terperangah. “Grup Dean? Grup dengan dana terbesar dengan puluhan anak perusahaan di berbagai bidang itu?!”

Informasi perihal induk perusahaan Eden tidak pernah disebarluaskan kecuali kepada klien dan investor, dan para karyawan pun diwajibkan untuk merahasiakan hal tersebut ke pihak luar. Oleh karena itu, Rena sama sekali tidak merasa aneh dengan keterkejutan Evelyn.  

“Iya, Bu. Berbeda dengan anak perusahaan grup Dean yang lain, Eden jauh lebih spesial karena dipegang oleh Pak Adam Dean sendiri,” lanjut Rena.

Kening Evelyn pun mengerut. Adam Dean, pria itu dikenal sebagai pewaris utama keluarga Dean. Setelah sang kakek mundur dari dunia bisnis, sang ayah menjadi pemegang saham grup Dean terbesar, sedangkan Adam sendiri merupakan pemilik saham terbesar kedua setelah sang ayah. 

Walau memiliki kedudukan yang begitu penting, tapi informasi mengenai Adam begitu terbatas. Dikatakan bahwa pria tersebut tidak suka menjadi pusat perhatian, dan dengan kekuasaan serta kekayaan yang dia miliki, jelas media tidak berani menyebarluaskan foto pria tersebut. Yang semua orang ketahui adalah … pria itu memiliki kemampuan bisnis luar biasa dan menjadi alasan utama dinasti bisnis keluarga Dean semakin berjaya.

“Walau begitu, Pak Adam sebagai CEO sangat jarang muncul karena terlewat sibuk. Kata senior saya sih setahun atau dua tahun sekali dia akan mengunjungi Nusantara untuk melihat perkembangan Eden. Saya sudah dua tahun kerja di sini, tapi saya baru pernah lihat sekali,” jelas Rena. “Tapi memang, orangnya itu—”

Sebelum Rena menyelesaikan ucapannya, pintu lift mendadak terbuka. Rena dan Evelyn mengalihkan pandangan mereka ke dalam lift, berniat untuk masuk. Namun, ketika keduanya melihat sosok yang berada di dalam lift, mereka membeku di tempat.

Rona wajah Evelyn sekejap menghilang dan dirinya berubah pucat. Mata hitam segelap malamnya memantulkan manik biru milik sosok di hadapannya, membuat otot dalam tubuhnya mengencang meneriakkan peringatan untuk segera kabur.

B-bagaimana bisa?!

LuciferAter

Nah, ketemu siapa nih?!

| 4
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Chellin Vinvin
Ketemu babang Adam yeeeee heheheh
goodnovel comment avatar
Gendhis Sugerto
bagaimana bisa.? bisa dong .......
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
Adam sang mata Biru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status