Share

Bab 6 Pertemuan

Penulis: LuciferAter
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-20 16:46:32

Pria ini!

Melihat pria di hadapannya, Evelyn tak mampu melanjutkan ucapannya. Bukan hanya karena pandangan sang pria yang mengintimidasi, tapi juga karena keberadaan permata biru terang yang begitu dia kenali. 

“Tidak masalah,” balas Adam dengan suara rendah yang menggelitik telinga, tidak menunggu Evelyn menyelesaikan ucapannya.

Suara dalam milik Adam membuat darah dalam tubuh Evelyn berdesir. Walau telah lama berusaha melupakan malam itu, tapi ingatan Evelyn menghantui dirinya. Tubuh wanita itu dengan jelas mengingat jejak yang telah ditinggalkan pria di hadapannya tersebut.

Delapan tahun sudah berlalu, tapi sedikit pun tidak pernah Evelyn lupakan perihal penampilan pria di hadapannya ini. Mata biru terang itu, bibir tipisnya, juga lekukan otot pada tubuh yang satu malam itu pernah menguasai dirinya.

Bibir Evelyn terbuka mengucapkan sebuah kata, “Kamu—"

“Pak Adam, kita harus segera pergi,” sebuah suara lain menghentikan Evelyn dan mengalihkan pandangan Adam.

“Julian, aku sedang—"

Tersadar akan kegilaan yang hampir saja dia lakukan, Evelyn pun tidak menunggu Adam dan berkata, “Sekali lagi, saya minta maaf. Permisi.” Dia pun berbalik dan bergegas pergi.

Melihat betapa tergesa-gesanya wanita itu, Adam sedikit terkejut. Namun, dengan cepat dia mengalihkan pandangan seraya berkata, “Kita pergi.”

***

“Masih sakit, Sayang?” tanya Evelyn kepada Lili yang terduduk di sofa, gadis itu hanya mengangguk kecil. “Makanya, lain kali kamu harus lebih hati-hati waktu main,” tegur Evelyn seraya terus meniup lutut putri kecilnya yang baru saja diobati.

Di sebelah Lili, Liam terlihat sedang menggenggam tangan adiknya. “Liam yang salah, Ma. Liam yang ajak main Lili. Mama jangan marahin Lili, marahin Liam aja.”

Selesai menutup luka Lili dengan perban, Evelyn tersenyum lembut. “Mama tidak marah, Liam. Mama cuma mau kalian lebih hati-hati lain kali agar tidak terluka lagi seperti ini,” tegas Evelyn. “Kalau kalian sakit, nanti Mama sedih. Paham, ‘kan?” tanya wanita itu seraya mengusap kepala kedua anaknya dengan lembut.

“Paham, Ma,” balas keduanya secara serempak.

“Ya sudah, sekarang kalian nonton dulu di sini, ya. Mama beres-beres dulu sebelum kita pergi beli es krim.”

Mendengar kata “es krim”, mata Lili yang tadi sendu kembali berbinar. “Es krim!” teriak gadis itu membuat Evelyn terkekeh.

Sekarang, Evelyn telah berada di apartemennya di tengah kota. Sebuah apartemen yang dia beli dengan uang dari hasil kerjanya di luar negeri, bukan dari keluarga Aditama. 

Walau kembali ke Nusantara, tapi Evelyn tidak menghubungi keluarganya sedikit pun. Delapan tahun dia dibuang ke luar negeri tanpa kontak dengan sang ayah maupun adik, hanya media dan orang lain yang menjadi sumber pengetahuannya perihal kabar keduanya. Sekarang, dia pun lebih memilih untuk tidak mengontak keluarga Aditama lagi.

Ketika sedang membereskan pakaiannya, benak Evelyn kembali ke saat dirinya bertemu kembali dengan pria bermata biru itu. ‘Semua karena malam itu,’ batin wanita itu. ‘Andai tidak ada dirinya, maka … mungkin aku tidak akan berada dalam posisi ini.

Kehidupan Evelyn di luar negeri tidaklah mudah, terlebih karena dirinya tengah mengandung tanpa suami yang mendampinginya. Tak hanya itu, selain bantuan dana di awal dari sang ayah, sejak pernikahan Risa dan Andre, tidak ada lagi bantuan dari Reyhan untuk Evelyn yang telah dianggap putri tak berguna. Kalau bukan karena kemampuan dan tekadnya, mungkin saja dia tidak akan bisa bertahan sampai saat ini.

Mengingat masa-masa di Calpa, pandangan Evelyn sedikit menggelap. Namun, dia dengan cepat mengalihkan pikirannya sendiri.

Bertemu dengan Adam menguak semua kenangan pahit akibat kecelakaan di malam itu, dan hal tersebut membuat hati Evelyn gusar. ‘Apa kembali ke Nusantara merupakan keputusan yang salah?’ batinnya.

Tiba-tiba, suara dering ponsel bisa terdengar. Evelyn meraih ponselnya di atas ranjang dan menjawab, “Halo?”

Dari ujung panggilan yang lain, sebuah suara terdengar berkata, “Evelyn, ini Anita. Kamu sudah sampai di apartemen, bukan?”

Mendengar suara teman sekaligus mantan bosnya di luar negeri itu, Evelyn pun tersenyum. “Hai! Sudah, sesuai jadwal. Ada apa?”

“Aku hanya ingin memberi tahu bahwa besok kamu bisa langsung ke alamat yang baru saja aku kirim untuk wawancara.” Anita melanjutkan dengan nada semangat, “Tadi temanku memberikan info. Karena besok memang ada jadwal interview besar di kantornya, jadi dia menginginkanmu untuk sekalian datang agar tidak ada rumor dirimu masuk karena koneksi. Dari cara bicaranya, dia jujur tertarik dengan kemampuanmu."

Berita tersebut membuat Evelyn sedikit terkejut, dia pun tersenyum. “Sungguh?” Dia mengangguk-angguk mendengar arahan Anita perihal wawancara kerja besok. Sembari membaca alamat yang dikirimkan temannya itu, Evelyn berujar, “Kantornya ada di jalan Kota Selatan? Oke, aku mengerti. Thank you, Anita!” ucapnya dengan ekspresi lembut seraya kemudian mematikan panggilan.

Mendadak, pintu kamar Evelyn terbuka, menunjukkan dua wajah mungil dengan mata berbinar. “Mama, masih lama? Lili mau es krim,” ujar Lili dengan suara kecil, khawatir membuat sang ibu kesal.

Melihat kedua putra-putrinya, Evelyn langsung berkata dengan nada bersalah, “Maaf, Sayang. Sudah nunggu lama, ya? Sebentar.” Dia pun memasukkan setumpuk pakaian ke dalam lemari. “Kita pergi sekarang, ya.” 

Evelyn memakaikan sepatu untuk Lili, dan Liam memakai sepatunya sendiri, begitu mandiri. Selesai itu, wanita tersebut menggandeng Liam dan Lili untuk keluar dari apartemen. 

Dengan pandangan terarah ke kedua anaknya, Evelyn membatin, ‘Kamu harus kuat, Evelyn, terutama demi Liam dan Lili, kamu harus bertahan.’ Dia mengangkat pandangannya ke depan. ‘Lagi pula, kamu tidak akan bertemu dengannya lagi, bukan?

LuciferAter

Mbak Evelyn yakin banget yak nggak ketemu lagi sama si Adam? Menurut kalian, mereka bakalan ketemu lagi nggak guys? (Pertanyaan agak-agak geblek sih, yak ini)

| 50
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
kudu ktm ev,,kasian c kembar adam jg pst bucin buahahaha
goodnovel comment avatar
Yusuf Hardi
pasti ketemu si mereka
goodnovel comment avatar
Nora Millu
nyimak dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 379 Satu Cerita Berakhir [END]

    Tidak lama setelah Evelyn beserta suami dan ibunya turun dari panggung, iringan merdu piano pun terdengar. Pintu ruang pesta terbuka, membuat setiap pasang mata beralih ke arah sosok berbalut gaun pengantin berwarna putih mutiara yang berjalan memasuki ruang pesta didampingi seorang wanita dengan gaun hijau indah. Itu adalah Rena yang didampingi oleh sang nenek, Yara. Memerhatikan calon istrinya menghampiri, Dominic merasa seakan jantungnya ingin melompat keluar dari dada. Langkah Rena dalam gaun indah itu sangatlah ringan, hampir seperti melayang bak dewi yang turun dari khayangan. Bulu mata lentiknya yang bergetar mengikuti langkahnya membuat penampilan wanita itu memesona Dominic. Saat wanita rupawan itu sudah berada di hadapannya, Dominic hanya bisa membeku seperti orang bodoh, tenggelam dalam pancaran indah sepasang manik hijau yang menghipnotis itu. Dengan tangan yang telah disodorkan oleh Yara kepada Dominic, Rena yang melihat pria itu mematung konyol tersenyum geli. “Tidak

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 378 Perkumpulan

    “Tidak kusangka akan tiba hari di mana Tuan Dominic Grey akan berakhir menikah,” ucap Selena, sekretaris Dominic, yang menangis haru melihat sang atasan mengenakan jas putih pernikahan, terlihat begitu cerah dibandingkan hari-hari biasanya.Di sebelah Selena, Julian menepuk-nepuk pundak wanita tersebut. “Aku paham perasaanmu.” Dia sendiri sempat merasakan hal serupa ketika Adam Dean menikah dengan Evelyn Grey.Sembari menggandeng lengan Julian, Elena memasang senyuman geli. Dengan wajah bangga, dia berkata, “Hehe, kalian kurang peka. Sedari awal, aku sama sekali tidak terkejut Adam akan berakhir dengan Evelyn dan Dominic akan berakhir dengan Rena.”Sementara para pemuda-pemudi Capitol mengomentari pernikahan Rena, di satu area khusus yang dijaga banyak pengawal berpakaian tradisional, terlihat Saraswati dan Anindita hadir bersama dengan ibu mereka, Adhisti. Ketiganya terlihat tengah berbincang ramah dengan Diandra dan Henry yang dengan mahir menjamu mereka.Tampak sosok Adhisti juga s

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 377 Undangan Pernikahan

    BUK! Suara tubuh yang terbanting ke tempat tidur empuk bisa terdengar. Hal tersebut diikuti dengan kecupan basah dan lenguhan yang saling beradu. Dalam ruang tidur di pesawat pribadi itu, Dominic tampak sedang mengungkung sosok Rena. Tangan pria tersebut menelusup masuk ke dalam pakaian gadis di hadapan, meremas sedikit dan menyebabkan sebuah lenguhan rendah untuk kabur dari bibir Rena. “Hah ….” Napas yang terengah terdengar kala ciuman mereka terpisah. “Dom …,” panggil Rena. Ujung mata gadis itu tampak sedikit merah dan basah, terlihat begitu menggoda. “Jangan sekarang ….” Mereka sekarang di mana? Di dalam pesawat dengan puluhan bawahan yang menunggu di depan ruang pribadi. Kalaupun sudah berpindah ke kamar tidur, tapi Rena tidak bisa menjamin segala hal yang terjadi dalam ruangan tersebut tidak akan didengar oleh orang-orang di luar! Sebagai seseorang yang telah berkutat dengan dunia malam, tidur dengan seorang pria jelas adalah sesuatu yang tidak begitu asing untuknya. Akan te

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 376 Aku Menginginkanmu

    Adhisti tersenyum, lalu menepuk pelan punggung Rena. “Aku tidak berkata kamu akan menikah sekarang, bukan?” Dia melirik Dominic yang hanya terdiam di tempatnya selagi menatap intens ke arah Rena. “Akan tetapi, aku yakin seseorang tidak bisa lagi menunggu lama.”Satria, yang mendorong kursi roda Adhisti—Rena yakin sepertinya keduanya telah berbaikan setelah mengetahui kebenaran di balik kematian Wulan—tertawa rendah dan menimpali, “Jikalau memang kalian akan merayakannya, jangan lupa untuk mengundang kami.”Mendengar hal itu, Bhadrika langsung bersiaga dan berujar, “Tuan Putri, di hari itu, tolong infokan paling tidak satu bulan sebelum. Banyak persiapan yang perlu regu pengawal siapkan untuk memastikan keluarga kerajaan bisa pergi ke luar kerajaan.” Dia sudah memikirkan seribu satu cara untuk menjaga acara pernikahan tersebut.Rena hanya bisa tertawa mendengar ucapan semua orang. Senyuman di bibirnya merekah lebar lantaran senang semuanya berakhir baik.Pandangan Rena mendarat pada An

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 375 Bukan Salahmu

    Menepiskan pandangan para pengunjung hotel pada dirinya, Dominic masuk ke dalam lift khusus untuk kemudian menuju penthouse miliknya.Sebelum pintu tertutup, manajer hotel tersebut berucap, “Jikalau ada yang diperlukan, silakan menghubungi saya, Tuan Grey. Saya permisi.”Dominic melangkah masuk ke dalam kamar, lalu meletakkan Rena dengan hati-hati di sana. Lelah sepertinya merasuk tubuh gadis tersebut, bahkan setelah semua kericuhan untuk tiba di kamar tersebut, Rena sama sekali tidak terganggu.Tidak ingin mengusik Rena, Dominic pun keluar dari ruangan. Dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.“Kami sudah tiba,” ucap Dominic.“Rena … sudah menemui Eli Black?” tanya suara melantun dari ujung telepon yang lain.“Sudah.”“Apa … dia baik-baik saja?” tanya suara itu lagi.Dominic melirik ke arah Rena dari celah pintu yang tidak sepenuhnya tertutup. “Dia bertahan, Yang Mulia.”Mendengar balasan Dominic, Yara tersenyum sendu. “Bagus … itu bagus.”Dominic menjatuhkan pandangan, lal

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 374 Akan Kupastikan

    Ketegangan di antara kedua pria asing itu membuat sejumlah pengunjung kafe dan juga pejalan kaki memerhatikan mereka. Hal tersebut membuat Rena langsung mengenakan kembali kaca mata hitamnya dan menarik ujung hoodie putih Dominic.“Kita pergi saja. Jangan menarik perhatian,” ucap Rena dengan suara rendah, takut ada yang mendengar atau mengenali dirinya.Bagaimanapun, mereka masih berada di Kerajaan Nusantara, tempat di mana dirinya sempat dikenal sebagai pewaris takhta.Mendengar permintaan Rena, Dominic pun menurut dan menghempaskan tangan Eli. Dia melingkarkan tangan di pinggang Rena dan menarik gadis itu pergi menjauh dari Eli Black.Sebelum sepenuhnya pergi, Eli sedikit berseru, “Yarena! Apa kamu akan pergi begitu saja?!”Sungguh, Eli berharap Rena akan memberikan ‘akhir’ yang dia inginkan, bukan mengabaikannya seperti ini. Atas segala dosa yang dia lakukan, Eli ingin Rena mengakhirinya dan memberikan balasan yang setimpal.Di saat mendengar pertanyaan Eli, Rena menghentikan langk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status