Seringkali orang luar Sunda mengira wawacan dan pantun itu sama, padahal keduanya punya karakteristik unik. Wawacan itu bentuk
sastra sunda klasik yang biasanya bercerita panjang dengan struktur ketat, mirip epic poetry. Dulu sering dibawakan sebagai dendang atau tembang dengan iringan kecapi. Sedangkan pantun Sunda lebih pendek, spontan, dan bersifat interaktif - sering dipakai dalam percakapan sehari-hari atau pertunjukan humor. Yang menarik, wawacan biasanya mengandung nilai filosofis mendalam sementara pantun lebih ringan tapi penuh sindiran sosial.
Perbedaan paling mencolok ada di fungsi budayanya. Wawacan seperti 'Mundinglaya Dikusumah' itu warisan leluhur yang dijaga ketat, sementara pantun berkembang lebih dinamis mengikuti zaman. Kalau diperhatikan, pola rima wawacan juga lebih kompleks dengan aturan internal yang ketat, berbeda dengan pantun yang lebih fleksibel dalam permainan kata. Meski sama-sama menggunakan bahasa Sunda klasik, rasanya jelas berbeda ketika didengar langsung.